BAB 14 Bebek Jontor

...Tak akan ada jalan buntu bagi yang mau berusaha!...

~Disra Auristela~

Menjadi asisten programmer membuat Disra berpikir extra. Begitu banyak coding yang harus dipelajari. Begitu banyak bahasa pemrograman yang lambat laun harus dikuasainya. Namun, tidak ada penyesalan di hati Disra bergabung dengan para programmer. Selain banyak ilmu, dirinya pun mendapatkan gaji yang besar. Meskipun, dirinya belum menikmatinya karena masa kerja belum setahun.

“Kak Raska, bantu aku dong?” pinta Disra.

“Tugas kuliah loe yang kemarin?” tanya Raska.

“Iya.”

“Coba sini gua liat?”

“Langsung buka websitenya aja ya, Kak.”

Disra langsung mengetikan nama website toko baju yang menjadi tugas kuliahnya. Raska benar-benar banyak membantu. “Gini caranya,” ujar Raska.

“Wih, mantap,” puji Disra tanpa melepas pandangannya dari layar monitor.

“Dis, gue besok nggak ke kantor ya?”

“Kenapa, Kak?”

“Nyokap gua pulang dari kampung. Gue mau jemput dia di bandara.”

“Oh, jadi besok aku sendiri?”

“Gua juga nggak tahu nih Dis, biasanya Pak Bagas nggak ngelarang siapapun kerja dari rumah. Tapi, dia nggak bolehin loe kerja di rumah. Jadi, kita semua harus bergantian datang ke kantor buat tandem loe.”

“Owh, mungkin karena aku anak baru yang belum bisa dilepas kali, Kak?”

Raska berpikir sejenak. “Bisa jadi sih, by the way, karena gua besok nggak ke kantor. Juli yang jadi mentor loe ya.”

“Iya, Kak. Ga pa-pa.”

Hari terus berlalu. Tidak ada masalah dalam pekerjaan, tidak ada masalah juga selama perkuliahan. Namun, dirinya selalu bad mood saat pelajaran keamanan jaringan. Bukan mata kuliah yang menyebalkan. Melainkan sang dosen pengajar yang selalu tersenyum padanya.

Disra tak habis pikir dengan Melvin, bagaimana bisa lelaki itu memiliki sikap yang dengan mudah berubah. Dia masih ingat bagaimana Melvin memarahinya saat dirinya menjadi agent call center.

“Kelompok empat silakan maju,” ujar Melvin.

Disra beserta teman satu kelompoknya maju ke depan. Disra sebagai pimpinan project memulai presentasi. Suci dan teman lainnya membantu Disra.

“Selamat malam, kami dari kelompok empat akan mencoba mempresentasikan tugas mata kuliah keamanan jaringan,” ucap Disra. Dia mulai memaparkan hasil kerja kerasnya. Lebih tepatnya, kerja kerasnya sendri dan dibantu oleh teman-teman kerjanya.

Suci dan yang lainnya tersenyum lebar saat melihat Disra memaparkan materi mereka.

“Apa ada pertanyaan?” tanya Disra setelah usai menerangkan presentasinya.

Beberapa mahasiswa dari kelompok lain mengajukan pertanyaan pada Disra.

“Bagaimana korelasinya dengan VPN?” Pertanyaan dari kelompok satu.

“Bukankah website akan menjadi lebih berat dibuka?” Pertanyaan dari kelompok dua.

Disra menjelaskan dengan tenang dan tepat sasaran. Meskipun, beberapa kali terjadi perdebatan antar mahasiswa yang bertanya.

“Apa ada lagi yang ingin bertanya?” tanya Disra.

“Bisa jelaskan lebih detil algoritmanya?” tanya Melvin.

Disra mulai menjawab pertanyaan Melvin. Beruntung sekali dia memiliki teman seperti Raska, Razak dan lainnya. Berbagai ilmu komputer ia dapatkan dari teman-teman kerjanya.

Melvin tak melepas pandangannya pada Disra dan hal itu membuat Disra risih. Semakin gadis itu menganggap Melvin orang yang aneh. Namun, dia mencoba untuk bersikap tenang. Setidaknya, pria itu tak berbuat macam-macam padanya. Berharap satu semester ini cepat terselesaikan.

“Dis, pulang yuk?” ajak Suci.

“Iya, bareng ke depannya Ci.”

“Loe nggak sama Felix?”

“Nggak tahu tuh anak, kayanya lagi sibuk banget di tempat kerjanya. Udah dua hari nggak masuk kuliah,” dengus Disra.

“Mau makan dulu nggak? Gua belum makan nih!”

“Boleh deh,” jawab Disra.

Disra dan Suci pergi ke rumah makan khusus bebek. Mereka duduk berhadapan dengan empat kursi di setiap mejanya. Disra melihat menu yang tersedia. “Bebek cabe ijo satu,” ujar Disra.

“Saya, bebek bakar madu sama es teh manis,” ucap Suci. Dia menoleh pada Disra. “Dis, loe mau minum apa?”

“Samain aja, Ci.”

Disra dan Suci mengobrol selagi menunggu makanan mereka dihidangkan. Tidak lama es teh manis mereka tiba. Disra menyedot minumannya. “Duh, lama banget sih makanannya, keburu abis nih es-nya,” keluh Disra.

“Kalau abis pesen lagi aja sih, medit bener!” sindir Suci.

“Bukan masalah medit! Kalau pesen minuman lagi, bisa-bisa gua kenyang duluan!” seru Disra.

“Ya udah jangan diminum dulu.”

Disra merogoh kantong celananya karena merasa ponselnya bergetar. Melihat sejenak layar ponselnya. “Hallo, Lix.”

“Dis, loe di mana?” tanya Felix di seberang telepon.

“Gua sama Suci lagi makan bebek tengil Pak Ahmed,” jelas Disra.

“Gua ke sana ya?”

“Ngapain? Bukannya loe hari ini nggak kuliah?”

“Kata siapa? Gua ke kampus tapi telat hari ini. ya udah gua ke sana ya?”

“Iye bawel! Mau dipesankan nggak?” tanya Disra.

“Bebek kremes aja buat gua.”

“Sip.”

Disra mematikan sambungan telepon. Dia mengangkat tangannya ke arah pelayan rumah makan. “Bebek kremes satu ya Mas, sama es teh manis satu,” terang Disra.

“Felix mau ke sini?” tanya Suci.

“Iya, lagi on the way. Dia masuk kuliah tapi tadi telat.”

Suci menyedot minumannya, pandangannya ke depan. Pintu rumah makan terdorong ke dalam. Masuklah sosok tampan dari luar rumah makan. “Dis, ada Pak Melvin.”

Disra mengikuti arah pandang Suci. Dia hanya melirik sekilas lalu sibuk kembali dengan ponselnya. “Biarin aja, dia juga manusia yang butuh makan,” ucap Disra acuh dan menyibukkan diri dengan ponselnya.

“Iya, tapi ….” Ucapan Suci tenggelam, bagaimana mau membicarakan orang lain jika yang dibicarakan semakin mendekat.

“Boleh saya duduk di sini?” tanya Melvin pada Disra dan Suci.

“Boleh, Pak,” jawab Suci, sedangkan Disra mengedarkan matanya ke sekeliling. Tidak ada lagi meja kosong, tak ada alasan bagi Disra untuk mengusir Melvin.

Melvin berdiri di samping Disra. Menunggu gadis mengangkat tasnya yang menempati kursi kosong samping Disra.

“Dis,” panggil Suci.

Disra hanya pura-pura tak mengerti maksud Suci untuk mengangkat tasnya.

“Di sini saja, Pak. Kalau tidak keberatan,” ujar Suci mempersilakan Melvin duduk di sampingnya.

Mau tidak mau, Melvin duduk di samping Suci. Namun, itu tak membuatnya kecewa, dia bisa lebih jelas menatap Disra.

Tak mau terlihat begitu berambisi. Melvin meraih buku menu. “Yang paling rekomendasi apa di sini?” tanya Melvin.

Suci baru mau bersuara bebek bakar madu paling rekomendasi. Namun, suara Disra sudah terlebih dahulu menggema. “Bebek jontor paling rekomendasi,” terang Disra.

Suci hanya mengernyitkan dahinya, bebek jontor adalah andalan bagi para pecinta pedas. Tidak hanya sambalnya saja yang pedas. Namun, bebeknya pun sudah di marinasi dengan bumbu khusus yang juga pedas. Tak pakai sambal pun sudah sangat pedas.

Melvin tersenyum dan memesan sesuai arahan dari Disra. “Bebek jontornya satu, es teh manis satu,” ujar Melvin.

“Pak, itu bebek jontor itu ….”

“Enak banget itu bebek jontor,” ujar Disra memotong ucapan Suci.

Suci tidak melanjutkan kalimatnya karena sudah dipotong oleh Disra. Dia tahu temannya sedang sengaja.

“Pak Melvin, suka juga makan di sini?” tanya Suci memecah keheningan.

“Baru coba hari ini,” jawab Melvin. “Kalian, sudah sering ke sini?”

“Jarang-jarang sih Pak,” jawab Suci.

Bebek pesanan Disra dan Suci sudah sampai. “Maaf Pak, saya makan duluan ya,” terang Disra tanpa rasa malu. Dia mulai memakan bebeknya. Sedangkan Suci masih menunda makannya karena merasa tidak enak jika memulai duluan.

Disra hanya menundukkan kepalanya. Dia risih karena tahu Melvin beberapa kali mencuri pandang terhadapnya. Ingin bertanya pada pria itu mengapa selalu menatapnya. Namun, dirinya takut dibilang terlalu percaya diri.

Melvin menatap Disra yang lahap menyantap bebek cabe ijonya. “Kamu suka pedas?” tanyanya.

“Iya,” jawab Disra singkat.

Felix masuk ke dalam rumah makan, dia melihat punggung Disra dan langsung menghampirinya. “Ciprut!” seru Felix mengagetkan Disra.

Disra menoleh. “Udah sampe, Beb?” tanyanya pada Felix.

Seketika rahang Melvin mengeras saat mendengar Disra mengeluarkan kata ‘Beb’ pada pria yang baru saja datang.

Terpopuler

Comments

jen

jen

hahaha ada yg kebakaran jenggot /Grin/

sukaaaa deh Thor ceritanya , bikin senyum senyum /Smile/

2025-03-03

1

fsf

fsf

bahasa gaul kali pak ngak usah cembokur gitu Napa /Grin/

2025-03-20

1

Star

Star

/Facepalm//Facepalm/

2025-02-06

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 Magic Word Tak Berguna
2 BAB 2 Kerja Kuliah
3 BAB 3 Tamat Riwayatmu! Miss Call Angel!
4 BAB 4 Surat Pembaca
5 BAB 5 Dasar Kecoa Bunting! Babi Busuk! Cowok Brengsek!
6 BAB 6 Tanggung Jawab
7 BAB 7 Babi
8 BAB 8 Interview
9 BAB 9 Sekali Interview
10 BAB 10 Hari Pertama Kerja
11 BAB 11 Hidung Minimalis
12 BAB 12 Keganjenan
13 BAB 13 Enkripsi
14 BAB 14 Bebek Jontor
15 BAB 15 All You Can Eat
16 BAB 16 Tembus
17 BAB 17 Ciuman Pertama
18 BAB 18 Sah!
19 BAB 19 Mimpi
20 BAB 20 Ciuman Kedua
21 BAB 21 Cinta Ditolak, Dukun Bertindak!
22 BAB 22 1 Tahun Pacaran
23 BAB 23 Beauty and The Beast
24 BAB 24 Syntax Error
25 BAB 25 Dinas
26 BAB 26 Thailand
27 BAB 27 Bos Besar
28 BAB 28 Jenius
29 BAB 29 Trust
30 BAB 30 Transphobia
31 BAB 31 Makan Malam
32 BAB 32 Jam Tangan
33 BAB 33 Couple Sweater
34 BAB 34 Aturan Persahabatan
35 BAB 35 Pattaya
36 BAB 36 Satu Ranjang
37 BAB 37 Panggilan Telepon
38 BAB 38 Mineral Water
39 BAB 39 E-Commerce
40 BAB 40 Klakson
41 BAB 41 Di bawah pohon mangga
42 BAB 42 Penculikan
43 BAB 43 Room 19
44 BAB 44 Battle Dance
45 BAB 45 Makam
46 BAB 46 Kepergok
47 BAB 47 Tanggung Jawab
48 BAB 48 Persiapan Pernikahan
49 BAB 49 Bawa istrimu pergi
50 BAB 50 Malam Pertama
51 BAB 51 Tragedi Malam Pertama
52 BAB 52 Kabur
53 BAB 53 ASET
54 BAB 54 Bertaubat Bersama
55 BAB 55 Pesugihan
56 BAB 56 Mulutmu Harimaumu
57 BAB 57 Rendah Diri
58 BAB 58 Keistimewaan Hidung Minimalis
59 BAB 59 Video
60 BAB 60 Antara Marah dan Panggilan Alam
61 BAB 61 Persahabatan
62 BAB 62 Publikasi
63 BAB 63 Sistem Pakar
64 BAB 64 Hamil
65 BAB 65 Menuju Pernikahan
66 BAB 66 End
67 Terima Kasih
68 Promo Novel
69 April's Voice
70 Lucid Dream
Episodes

Updated 70 Episodes

1
BAB 1 Magic Word Tak Berguna
2
BAB 2 Kerja Kuliah
3
BAB 3 Tamat Riwayatmu! Miss Call Angel!
4
BAB 4 Surat Pembaca
5
BAB 5 Dasar Kecoa Bunting! Babi Busuk! Cowok Brengsek!
6
BAB 6 Tanggung Jawab
7
BAB 7 Babi
8
BAB 8 Interview
9
BAB 9 Sekali Interview
10
BAB 10 Hari Pertama Kerja
11
BAB 11 Hidung Minimalis
12
BAB 12 Keganjenan
13
BAB 13 Enkripsi
14
BAB 14 Bebek Jontor
15
BAB 15 All You Can Eat
16
BAB 16 Tembus
17
BAB 17 Ciuman Pertama
18
BAB 18 Sah!
19
BAB 19 Mimpi
20
BAB 20 Ciuman Kedua
21
BAB 21 Cinta Ditolak, Dukun Bertindak!
22
BAB 22 1 Tahun Pacaran
23
BAB 23 Beauty and The Beast
24
BAB 24 Syntax Error
25
BAB 25 Dinas
26
BAB 26 Thailand
27
BAB 27 Bos Besar
28
BAB 28 Jenius
29
BAB 29 Trust
30
BAB 30 Transphobia
31
BAB 31 Makan Malam
32
BAB 32 Jam Tangan
33
BAB 33 Couple Sweater
34
BAB 34 Aturan Persahabatan
35
BAB 35 Pattaya
36
BAB 36 Satu Ranjang
37
BAB 37 Panggilan Telepon
38
BAB 38 Mineral Water
39
BAB 39 E-Commerce
40
BAB 40 Klakson
41
BAB 41 Di bawah pohon mangga
42
BAB 42 Penculikan
43
BAB 43 Room 19
44
BAB 44 Battle Dance
45
BAB 45 Makam
46
BAB 46 Kepergok
47
BAB 47 Tanggung Jawab
48
BAB 48 Persiapan Pernikahan
49
BAB 49 Bawa istrimu pergi
50
BAB 50 Malam Pertama
51
BAB 51 Tragedi Malam Pertama
52
BAB 52 Kabur
53
BAB 53 ASET
54
BAB 54 Bertaubat Bersama
55
BAB 55 Pesugihan
56
BAB 56 Mulutmu Harimaumu
57
BAB 57 Rendah Diri
58
BAB 58 Keistimewaan Hidung Minimalis
59
BAB 59 Video
60
BAB 60 Antara Marah dan Panggilan Alam
61
BAB 61 Persahabatan
62
BAB 62 Publikasi
63
BAB 63 Sistem Pakar
64
BAB 64 Hamil
65
BAB 65 Menuju Pernikahan
66
BAB 66 End
67
Terima Kasih
68
Promo Novel
69
April's Voice
70
Lucid Dream

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!