BAB 10 Hari Pertama Kerja

...Jangan takut berjalan sendiri karena singa tidak pernah berjalan bergerombol seperti kambing!...

~Disra Auriestela~

Meskipun hanya menjadi asisten programmer. Namun, itu sudah membuat Disra senang. Tidak hanya akan mendapatkan banyak ilmu. Dirinya pun dibayar dengan gaji yang besar.

Hari pertama kerja, dia tidak perlu memakai pakaian formal seperti kerja kantoran pada umumnya. Perusahaan itu membebaskan dalam berpakaian selama itu sopan.

Disra menyiapkan buku dan modul kuliahnya kedalam tas. Sepulang kerja, dia akan langsung ke kampus.

Disra datang ke gedung tempat kerja barunya. Menampilkan senyum lebar setiap bertemu dengan orang lain meskipun tak mengenal orang tersebut.

Dia ditempatkan di sebuah cubicle, melihat sekeliling. Tidak ada Raska di tempat itu, tidak ada pula orang lain di sana. Dia tak tahu harus berbuat apa. Hanya ada resepsionis yang menunggu di luar ruangan.

Disra memberanikan diri untuk keluar ruangan, dia menghampiri sang resepsionis, membaca pin gold di dada sang resepsionis.

“Mba Ila, maaf kok ruangan sepi ya?” tanya Disra.

“Nanti juga ada Mba,” jawab Ila sang resepsionis.

“Oh! Bukannya masuk kerja jam 8 ya Mba?”

“Iya, tapi biasanya pada datang jam 9,” jelas Ila.

Disra mengangguk dan kembali ke dalam ruangan. Ruangan kosong yang jika dia berbicara akan menggema. Disra membuka ponselnya, sesekali mengecek email dan juga chat. Setelah itu dia melihat sekeliling ruangan. Masih belum tahu apa yang harus dia lakukan.

Jam terus bergulir dan akhirnya Raska datang ke hadapannya. “Wih, dah datang loe?”

“Udah, Kak,” jawab Disra.

“Datang jam berapa?”

“Sampai sini jam 7:30.”

“Pagi banget! Besok-besok datang jam 9 aja.”

“Emang boleh, Kak?”

“Bolehlah.” Raska meletakan tas ranselnya di mejanya. Lalu, pria itu pergi meninggalkan ruangan.

“Kak Raska mau ke mana?” tanya Disra menghentikan langkah Raska.

“Ngopi!” seru Raska.

Disra melihat jam menempel di dinding. Raska melihat kebingungan di mata Disra. “Mau ikut nggak?”

“Nggak suka kopi, Kak.”

“Nggak cuma kopi, di sini ada teh juga.”

“Boleh Kak? Ini udah jam 9.”

“Ya boleh! Udah ikut aja dari pada sendirian!” seru Raska.

“Nanti yang lain nyariin nggak?”

“Ya lain siapa? Pak Bagas? Dia juga lagi ngopi!”

“Bukan, karyawan lainnya?” tanya Disra semakin bingung.

Dia biasa kerja dalam lingkup ruang Call Center yang biasanya berisi 50 orang dalam satu ruangan. Ke samping kanan dan kiri, depan dan belakang, dia akan melihat para rekan kerjanya. Namun, di tempat dia bekerja saat ini sudah jam 9, dia baru bertemu dengan dua orang. Ila dan juga Raska, sangat berbanding terbalik dengan dunia kerjanya dulu.

“Karyawan lainnya lagi ke Singapura, ada yang Malaysia, Thailand, Vietnam dan Australia, sedang presentasi program ke klien,” tutur Raska. “Mau ikut nggak?” tanyanya lagi.

“Mau,” jelas Disra bangkit dari duduknya dan mengejar Raska yang sudah berjalan ke ambang pintu. “Emang berapa orang perwakilan ke setiap negara?” tanyanya yang sudah berdiri di samping Raska.

“Empat orang,” jawab Raska.

“Apa? Empat orang? Lalu, karyawan lainnya kemana?” tanya Disra.

Jika dihitung kepergian para karyawan setiap kelompok 4 orang maka, dari yang dikunjungi 5 negara total hanya 20 karyawan. Sangat berbanding terbalik dari tempat ia bekerja di Terabig Net yang total semua agent bisa lebih dari 200 karyawan. Bukankah jumlah karyawan terlalu sedikit?

“Karyawan lain yang mana?” tanya Raska.

“Karyawan lain,” ujar Disra.

Mereka melewati meja resepsionis, dan tak ada Ila di sana. Namun, Disra tidak mempermasalahkannya. Semua orang punya kepentingan masing-masing. Mungkin saja gadis itu sedang ke toilet.

“Oh, mungkin si Fredi lagi bersihin kaca.”

“Bersihin kaca?”

“Iya, dia ‘kan OB,” terang Raska.

Disra hanya menggigit bibirnya pelan. Bukan itu maksudnya. “Maksud aku, programmer, data analys, product owner, project manager, dan lainnya?”

“Ya, sebagian di rumah!” ujar Raska.

“Ha? Di rumah?” tanya Disra tak percaya.

“Loe pikir ini perusahaan apa?”

“Software house,” jawab Disra.

“Pemimpin Melgalaxy Technologies tidak mempermasalahkan karyawannya bekerja di rumah. Apa yang kita kerjakan tidak harus berkumpul dalam satu titik. Bekerja secara virtual sangat memungkinkan selama semua pekerjaan berjalan sebagaimana semestinya. Kita hanya perlu bertemu dengan klien saat mempresentasikan hasil dari project kita,” papar Raska.

Disra hanya mengangguk, yang dikatakan Raska benar adanya. Tidak perlu ke kantor, yang namanya programmer bisa dikerjakan di mana saja. Terlebih sudah didukung oleh jaringan internet yang memudahkan segalanya.

“Kak Raska nggak ke klien?”

“Masih mengerjakan project dengan tim. Kemarin, gue di minta datang karena ada loe yang harus gue uji! Kalau nggak mah, gua di rumah!”

“Terus, kenapa sekarang ke kantor?”

“Soalnya loe tandem sama gua!” ketus Raska.

Mereka tiba di rooftop yang sudah di sulap bagaikan sebuah café. Ternyata tidak sedikit karyawan yang datang ke sana. “Semua programmer?” bisik Disra.

Raska duduk di salah satu meja, dia memesan minuman terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan Disra. Memesan kopi dan pastry. Tidak lupa memesankan Disra lemon tea.

“Bukan, gedung ini nggak cuma berisi Melgalaxy Technologies. Ada perusahaan lain lagi. Orang-orang yang datang ke rooftop adalah orang-orang yang pekerjaannya mobile, nggak harus di dalam ruangan. Dari lantai 2 sampai lantai 23 paling jarang ke rooftop. Pekerjaan mereka tak memungkinkan keluar ruangan,” jelas Raska.

“Emang, ada perusahaan apa lagi di Barvia Tower ini?”

“Banyak. Ada perusahaan asuransi, alat kecantikan, PT Outsourcing juga ada.”

“Terus apa lagi?”

Pelayan meletakan pesanan Raska ke atas meja. Raska mengambil pastry dan melahapnya. “Ada perusahaan pialang juga.”

Dari lantai 2 hingga lantai 23, setiap lantai di tempati oleh perusahaan yang berbeda. Seharusnya, jumlah perusahaan yang di sebutkan oleh Raska masih banyak lagi. Namun, pria itu hanya menyebutkan beberapa.

“Kakak baru menyebutkan 4 perusahaan, seharusnya masih ada beberapa nama perusahaan lagi. Apa lagi, Kak?” tanya Disra penasaran.

Raska baru akan memasukan pastry ke dalam mulutnya. “Pergilah ke lantai 35. Di sana pusat pengelola gedung. Loe bisa bertanya berapa banyak perusahaan yang menempati Barvia Tower ini!” ujar Raska dengan meninggikan suaranya. “Loe pikir gua pengelola ha …? Lagi pula, saat di lobby sudah ada layar besar yang menunjukan nama-nama perusahaan di setiap lantainya.”

Disra tertawa seraya mengambil lemon tea-nya dan menyedotnya. “Namanya juga anak baru, Kak.”

“Baru hari pertama kerja udah bikin snewen aja!” ketus Raska.

Disra mengambil satu pastry dan mulai memakannya. Dia melihat Ila yang sedang mengobrol dengan seorang pria.

Resepsionis saja bisa santai seperti itu. Kayanya bakal betah gua kerja di sini.

Dia melihat di meja lain, ada Bagas yang sedang berbincang dengan seseorang. Namun, Disra tak bisa melihat lawan bicara Bagas karena orang itu membelakanginya.

“Itu Pak Bagas ya, Ka?” tanya Disra menunjuk Bagas dengan dagunya.

“Iya, ‘kan gua udah bilang, dia juga di sini palingan.”

“Terus, siapa yang lagi bicara dengan Pak Bagas?”

Raska melihat orang yang ditunjuk oleh Disra. “Itu Bos kita,” terangnya.

“Bos,” gumam Disra memiringkan kepalanya, mencoba melihat orang yang sedang berbincang dengan Bagas. Dia mengerutkan dahinya saat melihat dari sisi samping orang yang dipanggil bos tersebut oleh Raska.

Terpopuler

Comments

jen

jen

ternyata Peter... buruan dah kaburrrr

2025-03-03

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 Magic Word Tak Berguna
2 BAB 2 Kerja Kuliah
3 BAB 3 Tamat Riwayatmu! Miss Call Angel!
4 BAB 4 Surat Pembaca
5 BAB 5 Dasar Kecoa Bunting! Babi Busuk! Cowok Brengsek!
6 BAB 6 Tanggung Jawab
7 BAB 7 Babi
8 BAB 8 Interview
9 BAB 9 Sekali Interview
10 BAB 10 Hari Pertama Kerja
11 BAB 11 Hidung Minimalis
12 BAB 12 Keganjenan
13 BAB 13 Enkripsi
14 BAB 14 Bebek Jontor
15 BAB 15 All You Can Eat
16 BAB 16 Tembus
17 BAB 17 Ciuman Pertama
18 BAB 18 Sah!
19 BAB 19 Mimpi
20 BAB 20 Ciuman Kedua
21 BAB 21 Cinta Ditolak, Dukun Bertindak!
22 BAB 22 1 Tahun Pacaran
23 BAB 23 Beauty and The Beast
24 BAB 24 Syntax Error
25 BAB 25 Dinas
26 BAB 26 Thailand
27 BAB 27 Bos Besar
28 BAB 28 Jenius
29 BAB 29 Trust
30 BAB 30 Transphobia
31 BAB 31 Makan Malam
32 BAB 32 Jam Tangan
33 BAB 33 Couple Sweater
34 BAB 34 Aturan Persahabatan
35 BAB 35 Pattaya
36 BAB 36 Satu Ranjang
37 BAB 37 Panggilan Telepon
38 BAB 38 Mineral Water
39 BAB 39 E-Commerce
40 BAB 40 Klakson
41 BAB 41 Di bawah pohon mangga
42 BAB 42 Penculikan
43 BAB 43 Room 19
44 BAB 44 Battle Dance
45 BAB 45 Makam
46 BAB 46 Kepergok
47 BAB 47 Tanggung Jawab
48 BAB 48 Persiapan Pernikahan
49 BAB 49 Bawa istrimu pergi
50 BAB 50 Malam Pertama
51 BAB 51 Tragedi Malam Pertama
52 BAB 52 Kabur
53 BAB 53 ASET
54 BAB 54 Bertaubat Bersama
55 BAB 55 Pesugihan
56 BAB 56 Mulutmu Harimaumu
57 BAB 57 Rendah Diri
58 BAB 58 Keistimewaan Hidung Minimalis
59 BAB 59 Video
60 BAB 60 Antara Marah dan Panggilan Alam
61 BAB 61 Persahabatan
62 BAB 62 Publikasi
63 BAB 63 Sistem Pakar
64 BAB 64 Hamil
65 BAB 65 Menuju Pernikahan
66 BAB 66 End
67 Terima Kasih
68 Promo Novel
69 April's Voice
70 Lucid Dream
Episodes

Updated 70 Episodes

1
BAB 1 Magic Word Tak Berguna
2
BAB 2 Kerja Kuliah
3
BAB 3 Tamat Riwayatmu! Miss Call Angel!
4
BAB 4 Surat Pembaca
5
BAB 5 Dasar Kecoa Bunting! Babi Busuk! Cowok Brengsek!
6
BAB 6 Tanggung Jawab
7
BAB 7 Babi
8
BAB 8 Interview
9
BAB 9 Sekali Interview
10
BAB 10 Hari Pertama Kerja
11
BAB 11 Hidung Minimalis
12
BAB 12 Keganjenan
13
BAB 13 Enkripsi
14
BAB 14 Bebek Jontor
15
BAB 15 All You Can Eat
16
BAB 16 Tembus
17
BAB 17 Ciuman Pertama
18
BAB 18 Sah!
19
BAB 19 Mimpi
20
BAB 20 Ciuman Kedua
21
BAB 21 Cinta Ditolak, Dukun Bertindak!
22
BAB 22 1 Tahun Pacaran
23
BAB 23 Beauty and The Beast
24
BAB 24 Syntax Error
25
BAB 25 Dinas
26
BAB 26 Thailand
27
BAB 27 Bos Besar
28
BAB 28 Jenius
29
BAB 29 Trust
30
BAB 30 Transphobia
31
BAB 31 Makan Malam
32
BAB 32 Jam Tangan
33
BAB 33 Couple Sweater
34
BAB 34 Aturan Persahabatan
35
BAB 35 Pattaya
36
BAB 36 Satu Ranjang
37
BAB 37 Panggilan Telepon
38
BAB 38 Mineral Water
39
BAB 39 E-Commerce
40
BAB 40 Klakson
41
BAB 41 Di bawah pohon mangga
42
BAB 42 Penculikan
43
BAB 43 Room 19
44
BAB 44 Battle Dance
45
BAB 45 Makam
46
BAB 46 Kepergok
47
BAB 47 Tanggung Jawab
48
BAB 48 Persiapan Pernikahan
49
BAB 49 Bawa istrimu pergi
50
BAB 50 Malam Pertama
51
BAB 51 Tragedi Malam Pertama
52
BAB 52 Kabur
53
BAB 53 ASET
54
BAB 54 Bertaubat Bersama
55
BAB 55 Pesugihan
56
BAB 56 Mulutmu Harimaumu
57
BAB 57 Rendah Diri
58
BAB 58 Keistimewaan Hidung Minimalis
59
BAB 59 Video
60
BAB 60 Antara Marah dan Panggilan Alam
61
BAB 61 Persahabatan
62
BAB 62 Publikasi
63
BAB 63 Sistem Pakar
64
BAB 64 Hamil
65
BAB 65 Menuju Pernikahan
66
BAB 66 End
67
Terima Kasih
68
Promo Novel
69
April's Voice
70
Lucid Dream

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!