BAB 16 Tembus

"Kalian pulangnya bersama?" tanya Melvin mengeraskan rahang.

"Saya dan Disra searah, Pak," jawab Felix. Dia menoleh pada Disra. "Ayo Dis, kita pulang."

"Ci, loe pulang gimana?" tanya Disra. Tidak mungkin dirinya egois pulang begitu saja.

"Gua udah pesen ojek online," tutur Suci.

Disra menoleh pada Felix. "Lix, kita tunggu Suci naek ojol dulu ya," usul Disra.

"Nggak usah, 5 menit lagi nyampe, kok ojek onlinenya," tolak Suci tak ingin merepotkan.

"Bener?" tanya Disra memastikan.

"Bener, nih liat," ujar Suci menunjukkan layar ponselnya yang sedang menampilkan aplikasi ojek online.

"Oh, ya udah, gua pulang ya."

"Iya."

"Pak Melvin, kita pulang ya," ujar Felix pada Melvin. Disra hanya tersenyum pada Melvin.

Felix dan Disra jalan terlebih dahulu. Belum jauh melangkah. Suci mengejar Disra dan berbisik, "Loe lagi datang bulan ya?"

"Ha? Seharusnya sih besok. Kenapa?" tanya Disra panik.

"Loe nembus!" seru Suci berbisik. Dia berdiri dibelakang Disra untuk menutupi bok*ng Disra.

"OMG, gua nggak berasa keluarnya, " bisik Disra. Dia mulai panik. Dia menggunakan celana berwarna cream.

"Kenapa loe berdua kaya patung gitu?" tanya Felix dengan suara agak keras. Dia sudah sampai di tempat motornya terparkir.

"Lix, gua pinjem jaket loe! Bawa sini?" pinta Disra.

"Loe mau pake jaket gua?" tanya Felix.

Dia menyeringitkan dahi. Tak biasanya sahabatnya ini meminjam jaketnya. Disra tahu dirinya tak kuat angin. Pasti akan masuk angin jika mengendarai motor tanpa jaket.

"Itu ... itu ...." Disra pun tak enak meminta jaket Felix untuk menutupi bagian belakangnya. Dia pun tak tega Felix bawa motor tanpa menggunakan jaket.

"Ya udah, pake aja." Felix berjalan mendekati Disra.

Belum Felix sampai ke depan Disra. Sudah ada Melvin di samping Disra. Dia melepas blazer semi formalnya dan menarik pelan mundur suci. Lalu, menyampirkan blazernya pada pinggang Disra.

Disra mendongak melihat Melvin yang begitu dekat dengannya. Tinggi Melvin yang berbanding terbalik dengannya membuat Disra memanjangkan lehernya.

"Biar saya antar kamu pulang. Pasti tidak nyaman jika pulang dengan naik motor dalam keadaan seperti ini," terang Melvin.

"Dia biasa pulang sama saya, Pak," ujar Felix tak rela Disra pulang dengan pria lain.

Suci menghampiri Felix. "Biar Disra pulang sama Pak Melvin," bisik Suci.

Disra seperti linglung. Dia tahu Melvin mengetahui tentang dirinya yang tembus menstruasi. Bingung bercampur malu.

Melvin langsung menggiring Disra ke mobilnya dan memasukan gadis itu ke penumpang depan.

Felix hanya menatap tajam Melvin yang membawa Disra ke mobilnya. Tak lama, mobil itu melaju.

"Kenapa sih?" tanya Felix pada Suci.

"Masalah darurat para wanita," terang Suci.

"Apaan?" tanya Felix penasaran.

"Lagi merah," jelas Suci.

"Apaan sih?" tanta Felix bingung.

"Au ah! Capek ngomong sama loe!" Dia melihat layar ponselnya. "Ojek online gua udah dateng. Gua pulang ye!" ujar Suci seraya meninggalkan Felix sendiri.

***

Disra menatap ke jendela tanpa ada niatan untuk melirik ke arah Melvin.

"Mau berhenti ke mini market dulu?" tanya Melvin.

Disra menoleh. Bagaimana dia keluar dengan keadaan seperti itu. "Itu ...."

"Biar aku yang turun untuk membelinya," jelas Melvin.

"Apa?" Dahi Disra berkerut. "Apa tidak malu?" tanya Disra malu-malu.

"Tidak." Melvin langsung menepikan mobilnya. Dia turun dari mobil. "Tunggu di sini.

Melvin masuk ke dalam mini market. Namun, tempatnya cukup luas. Menyediakan bahan-bahan segar pula. Dia langsung masuk ke bagian perlengkapan wanita. Mulai melihat jejeran pembalut berbagai merk.

Dia mulai memperhatikan jenis-jenis pembalut yang tersedia. Bingung harus membeli jenis apa.

Mengambil satu jenis, setelah membaca meletakkan kembali. Mengambil jenis lainnya dan membaca lagi. Namun, dia masih tak tahu harus beli jenis apa. Dia mengambil berbagai jenis pembalut dan di masukan ke dalam keranjang belanja.

Melvin berjalan menuju kasir. Namun, matanya tertuju pada deretan pakaian dalam. Berpikir sejenak lalu memasukan ke dalam keranjang belanjaan.

Keranjang belanjaan di taruh ke atas meja kasir. Sang kasih mengerutkan dahinya. "Beli segini banyak, Mas?" tanya sang kasir.

Hanya di kampus dia akan dipanggil Bapak. Jika di luar dan orang tak mengenalnya. Maka, dirinya akan dipanggil 'Mas' atau 'Kak' tidak salah dengan panggilan itu karena wajah Melvin yang terlihat muda dan usianya pun baru menuju 25 tahun.

"Iya. Kenapa?" tanya Melvin.

"Tidak apa," jawab sang kasir. "Bawa kantung belanja?"

"Beli di sini saja."

Sang kasir menghitung belanjaan Melvin. Satu persatu pembalut di masukan ke dalam kantong belanjaan. Hingga di paling bawah keranjang belanja terdapat panties. Dang kasir hanya menaikan alisnya sebelah.

Tampak Melvin begitu muda, sang kasir beranggapan bahwa pria di depannya belum menikah. "Anak zaman sekarang," gumam sang kasir dalam hati.

Setelah selesai melakukan transaksi jual beli. Melvin kembali ke dalam mobil. Dia melihat Disra yang sedang meringis. "Ada apa?"

"Tidak apa. Hanya sedikit sakit datang bulan," jelas Disra.

Dia merutuki dirinya yang salah perhitungan datang bulan hingga tak mempersiapkan pembalut di dalam tasnya.

"Apa perlu sesuatu?" tanya Melvin.

"Aku mau ke toilet," ujar Disra, dia butuh menggunakan pembalut sebelum menstruasinya bertambah banyak.

"Sebentar. Aku jalankan mobil dulu."

Melvin meletakan kantong belanjaan di kursi belakang dan mulai mengendarai mobilnya. Disra berharap mereka mampir ke pom bensin dan dia bisa menumpang di toilet pom bensin tersebut.

"Bapak beli apa? Mengapa kantung belanjaannya besar?"

"Pembalut untuk mu," terang Melvin.

"Pembalut? Sebanyak itu?"

"Ya, aku tak tahu kau butuh yang berapa centi dan jenis apa. Jadi, aku beli semua jenis saja."

"Seharusnya beli satu saja, Pak," keluh Disra.

"Dis, jangan panggil aku Bapak jika di luar kampus," ujar Melvin.

"Tapi, Pak ...."

"Panggil aku Melvin atau Peter saja," potong Melvin.

"Ya."

Perjalanan tak membutuhkan waktu yang lama. Sampai pada akhirnya sampai di tempat tujuan.

Disra menatap gedung di depannya. "Tempat apa ini?"

"Apartemenku," jelas Melvin.

Dia sengaja membawa Disra ke apartemen. Selama ini, dia tinggal di tempat kost mewah, lebih memilih tinggal di sana karena lingkungan yang bersahabat. Tidak seperti tinggal di apartemen yang penghuninya lebih individu. Namun, dia tak ingin membawa Disra ke tempat kost yang akan dilihat banyak pria teman kost-nya.

"Apa? Kenapa ke sini?" tanya Disra panik.

"Ini yang paling dekat. Rumahmu terlalu jauh, bukankah kau tak nyaman dalam keadaan seperti itu? Setelah selesai, aku antar kau pulang."

"Tapi, kenapa tidak mengantarku ke pom bensin saja?"

"Tidak ada pom bensin dekat sini. Sudah masuk dulu saja," papar Melvin.

Melvin langsung menarik Disra, tidak lupa dengan kantung belanjaannya. Disra yang sedang lemah hanya bisa pasrah dan mengikuti Melvin menggiringnya. Dia hanya ingin secepatnya menggunakan pembalut.

Terpopuler

Comments

jen

jen

mau donk knlan sm kak Melvin.
pinter, ganteng, tajir pula hahaha

2025-03-03

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 Magic Word Tak Berguna
2 BAB 2 Kerja Kuliah
3 BAB 3 Tamat Riwayatmu! Miss Call Angel!
4 BAB 4 Surat Pembaca
5 BAB 5 Dasar Kecoa Bunting! Babi Busuk! Cowok Brengsek!
6 BAB 6 Tanggung Jawab
7 BAB 7 Babi
8 BAB 8 Interview
9 BAB 9 Sekali Interview
10 BAB 10 Hari Pertama Kerja
11 BAB 11 Hidung Minimalis
12 BAB 12 Keganjenan
13 BAB 13 Enkripsi
14 BAB 14 Bebek Jontor
15 BAB 15 All You Can Eat
16 BAB 16 Tembus
17 BAB 17 Ciuman Pertama
18 BAB 18 Sah!
19 BAB 19 Mimpi
20 BAB 20 Ciuman Kedua
21 BAB 21 Cinta Ditolak, Dukun Bertindak!
22 BAB 22 1 Tahun Pacaran
23 BAB 23 Beauty and The Beast
24 BAB 24 Syntax Error
25 BAB 25 Dinas
26 BAB 26 Thailand
27 BAB 27 Bos Besar
28 BAB 28 Jenius
29 BAB 29 Trust
30 BAB 30 Transphobia
31 BAB 31 Makan Malam
32 BAB 32 Jam Tangan
33 BAB 33 Couple Sweater
34 BAB 34 Aturan Persahabatan
35 BAB 35 Pattaya
36 BAB 36 Satu Ranjang
37 BAB 37 Panggilan Telepon
38 BAB 38 Mineral Water
39 BAB 39 E-Commerce
40 BAB 40 Klakson
41 BAB 41 Di bawah pohon mangga
42 BAB 42 Penculikan
43 BAB 43 Room 19
44 BAB 44 Battle Dance
45 BAB 45 Makam
46 BAB 46 Kepergok
47 BAB 47 Tanggung Jawab
48 BAB 48 Persiapan Pernikahan
49 BAB 49 Bawa istrimu pergi
50 BAB 50 Malam Pertama
51 BAB 51 Tragedi Malam Pertama
52 BAB 52 Kabur
53 BAB 53 ASET
54 BAB 54 Bertaubat Bersama
55 BAB 55 Pesugihan
56 BAB 56 Mulutmu Harimaumu
57 BAB 57 Rendah Diri
58 BAB 58 Keistimewaan Hidung Minimalis
59 BAB 59 Video
60 BAB 60 Antara Marah dan Panggilan Alam
61 BAB 61 Persahabatan
62 BAB 62 Publikasi
63 BAB 63 Sistem Pakar
64 BAB 64 Hamil
65 BAB 65 Menuju Pernikahan
66 BAB 66 End
67 Terima Kasih
68 Promo Novel
69 April's Voice
70 Lucid Dream
Episodes

Updated 70 Episodes

1
BAB 1 Magic Word Tak Berguna
2
BAB 2 Kerja Kuliah
3
BAB 3 Tamat Riwayatmu! Miss Call Angel!
4
BAB 4 Surat Pembaca
5
BAB 5 Dasar Kecoa Bunting! Babi Busuk! Cowok Brengsek!
6
BAB 6 Tanggung Jawab
7
BAB 7 Babi
8
BAB 8 Interview
9
BAB 9 Sekali Interview
10
BAB 10 Hari Pertama Kerja
11
BAB 11 Hidung Minimalis
12
BAB 12 Keganjenan
13
BAB 13 Enkripsi
14
BAB 14 Bebek Jontor
15
BAB 15 All You Can Eat
16
BAB 16 Tembus
17
BAB 17 Ciuman Pertama
18
BAB 18 Sah!
19
BAB 19 Mimpi
20
BAB 20 Ciuman Kedua
21
BAB 21 Cinta Ditolak, Dukun Bertindak!
22
BAB 22 1 Tahun Pacaran
23
BAB 23 Beauty and The Beast
24
BAB 24 Syntax Error
25
BAB 25 Dinas
26
BAB 26 Thailand
27
BAB 27 Bos Besar
28
BAB 28 Jenius
29
BAB 29 Trust
30
BAB 30 Transphobia
31
BAB 31 Makan Malam
32
BAB 32 Jam Tangan
33
BAB 33 Couple Sweater
34
BAB 34 Aturan Persahabatan
35
BAB 35 Pattaya
36
BAB 36 Satu Ranjang
37
BAB 37 Panggilan Telepon
38
BAB 38 Mineral Water
39
BAB 39 E-Commerce
40
BAB 40 Klakson
41
BAB 41 Di bawah pohon mangga
42
BAB 42 Penculikan
43
BAB 43 Room 19
44
BAB 44 Battle Dance
45
BAB 45 Makam
46
BAB 46 Kepergok
47
BAB 47 Tanggung Jawab
48
BAB 48 Persiapan Pernikahan
49
BAB 49 Bawa istrimu pergi
50
BAB 50 Malam Pertama
51
BAB 51 Tragedi Malam Pertama
52
BAB 52 Kabur
53
BAB 53 ASET
54
BAB 54 Bertaubat Bersama
55
BAB 55 Pesugihan
56
BAB 56 Mulutmu Harimaumu
57
BAB 57 Rendah Diri
58
BAB 58 Keistimewaan Hidung Minimalis
59
BAB 59 Video
60
BAB 60 Antara Marah dan Panggilan Alam
61
BAB 61 Persahabatan
62
BAB 62 Publikasi
63
BAB 63 Sistem Pakar
64
BAB 64 Hamil
65
BAB 65 Menuju Pernikahan
66
BAB 66 End
67
Terima Kasih
68
Promo Novel
69
April's Voice
70
Lucid Dream

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!