Setelah selesai menyetrika Nilam keluar dari ruangan setrika karena Sintia sendiri yang akan mengambil pakaian tersebut. Baik Sintia atau Ilham melarang orang luar masuk ke dalam kamar. Nilam menundukkan kepalanya saat berpapasan dengan Ari di dapur.
"Hmm aku minta maaf yang soal yang tadi". Ucap Nilam dan menundukkan kepalanya.
"Ya lain kali tanya terlebih dahulu". Jawab Ari dan meletakan gelasnya kemudian meninggalkan Nilam.
"Ishh jutek sekali". Ucap Nilam dan menatap punggung Ari.
Ari berjalan menghampiri bundanya yang sedang duduk di ruang tamu.
"Bun". Panggil Ari.
"Iya". Jawab Sintia dan meletakan buku yang dia bawa.
"Bunda kenapa mempekerjakan perempuan yang masih muda bahkan tidak pakai hijab". Tanya Ari dan Sinta tersenyum.
"Bunda hanya menolongnya". Jawab Sintia.
"Menolong bagaimana ". Tanya Ari.
Sintia lalu menceritakan pada Ari saat Abinya tidak sengaja menabrak Nilam dan saat sampai di rumah sakit banyak lebam pada tubuhnya.
"Bagaimana jika dia orang jahat Bun, bisa saja itu lebam dia dapat karena kejahatan". Ucap Ari.
"Tidak boleh seperti itu, Bunda yakin dia orang baik". Jawab Sintia dan Ari menanggukan kepalanya.
drt
drt
Ponsel Ari berdering dan menampilkan nama seseorang.
"Bun Ari kebelakang dulu , mau mengangkat telepon dari teman". Ucap Ari.
"Teman apa teman". Gooda Sintia saat melihat nama seorang perempuan di layar ponselnya.
"Teman bunda". Jawab Ari dan berjalan menuju halaman belakang.
Sesampainya di halaman belakang Ari menekan tombol hijau karena ponselnya sudah berdering tiga kali.
"Assalamualaikum Ari". ucap perempuan di sebrang sana.
"Waalaikumussalam Fatimah". Jawab Ari.
"Sudah sampai di Indonesia". Tanya Fatimah. Sambil memperhatikan wajah Ari yang ada di layar ponselnya.
"Alhamdulillah sudah". Jawab Ari.
"Syukurlah kalau sudah sampai, kapan kembali lagi ke sini". Tanya Fatimah.
"Aku sudah tidak akan kesana Fatimah". Jawab Ari.
"Maksudnya". Ucap Fatimah.
"Aku akan menetap di Indonesia ". Ucap Ari.
"Kalau kamu tidak kesini lagi lalu bagaimana usaha mu di sini". Tanya Fatimah.
"Aku sudah percayakan pada orang kepercayaan ku". Jawab Ari.
Ari menatap layar ponselnya karena cukup lama Fatimah tidak berbicara.
"Fatimah kamu masih di sana ". Tanya Ari.
"Masih, tadi sedikit ada kendala ". Jawab Fatimah.
"Oh ya Ari apa boleh kapan kapan aku main kesana". Tanya Fatimah.
"Boleh saja". Jawab Ari.
"Baiklah jika aku kesana akan aku hubungi dan jangan lupa jemput aku di bandara". Ucap Fatimah.
"Oke, yang pasti ayahmu harus tau jika kamu kesini ". Ucap Ari.
"Tentu, aku tidak mungkin pergi tanpa izin ayah". Ucap Ari.
"Ari sudah dulu ya, assalamualaikum ". Sambung Fatimah.
"Waalaikumussalam ". Jawab Ari dan memasukkan ponselnya ke dalam saku.
Ari menatap taman bunga milik bundanya tanpa dia tau ada orang yang menatapnya dengan tajam. Ari membalikkan badannya dan bertapa terkejutnya saat melihat si kembar.
"Kenapa menatap Abang seperti itu ". Tanya Ari.
"Tadi siapa, calon Abang". Tanya Ehsan.
"Baik tidak, penyayang tidak, akhlaknya bagaimana, Eshal tidak setuju dengan perempuan yang di telepon tadi ". Ucap Eshal Sambil bersedekap.
" Adik adik Abang, mau Abang dekat dengan siapa dan menikah dengan siapa Abang tidak perlu persetujuan kalian yang penting Abi dan Bunda setuju ". Ucap Ari.
"Jadi stop membuat perempuan yang dekat dengan Abang pergi ". Sambung Ari dan berjalan meninggalkan si kembar.
"Abang pokonya kami tidak setuju mana ada perempuan baik tapi ganjen seperti itu ". Teriak Eshal.
Ari masuk ke dalam rumah tanpa memperdulikan teriakan Eshal sedangkan Eshal merasa kesal dengan abangnya.
Nilam membawa plastik yang berisi sampah dan berjalan menuju gerbang untuk membuangnya. Sesampainya di depan gerbang tubuh Nilam bergetar dan kantong yang dia bawa jatuh saat melihat seseorang di depan gerbang. Keringat dingin sudah membanjiri wajahnya. Secara perlahan Nilam berjalan mundur dan berlari menuju kamarnya dan meninggalkan kantong sampah yang tergeletak di tanah. Sedangkan di lantai atas Ari memperhatikan Nilam dengan intens.
"Kenapa dia seperti ketakutan seperti itu". Ucap Ari lalu melihat ke arah pria yang memakai topi.
"Aku harus cari tau apa dia orang baik atau jahat, jika dia orang jahat maka aku tidak akan biarkan dia tinggal di sini dan membawa masalah dalam keluarga ku". Ucap Ari lalu masuk ke dalam kamar.
Pria bertopi tersebut langsung masuk ke dalam mobil saat melihat Nilam.
"Astaga bagaimana ini anak buah Tante Sarah melihat ku id rumah ini". Ucap Nilam dan mengigit kukunya.
"Apa yang harus aku lakukan, aku tidak mau kembali ke sana". Sambung Nilam dan berkali kali menghembuskan nafasnya.
"Tenang Nilam , pasti semuanya baik baik saja, ishh tapi aku takut jika keluarga Tante Sinta kenapa kenapa karena menolong ku, aku tau Tante Sarah tidak akan diam saja". Ucap Nilam.
Nilam masih ingat dengan pembantu yang ada di rumah Tante Sarah yang berakhir tragis karena menolongnya kabur dari Tante Sarah.
Nilam memejamkan matanya saat merasakan pusing, Nilam menyandarkan tubuhnya di tembok dan menelungkup wajah di antara lutut kakinya.
💙💙💙
Hay aku bawa rekomendasi cerita yang sangat wajib untuk di baca, cuss langsung ketik judulnya " Ranjang Panas Sang CEO 5 " karya " Yayuk Triatmaja"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Marliana MARLIANA
jangan senpai nilam ditangkap com orang2 mtn mertua jht itu...
2023-05-10
0