Pasar Malam

Malam hari Ari membawa Ehsan dan Eshal ke pasar malam. Terlihat wajah antusias dari kedua anak itu.

"Bang apa masih lama sampainya". Tanya Eshal.

"Sebentar lagi Eshal, sabar". Jawab Ari dan tetap fokus mengendarai mobilnya.

"Yah kenapa macet sih, Bang bagaimana kalau sampai sana pasar malamnya sudah tutup". Ucap Ehsan.

"Ini belum terlalu malam, ini juga macet karena sebentar lagi sampai". Ucap Ari.

Ari hanya bisa mengelengkan kepalanya saat melihat keantusiasan si kembar dan itu wajar karena ini pertama kalinya mereka datang ke pasar malam.

"Bang kata teman ku pasar malam itu seru Lo banyak wahananya sama seperti Dufan". Ucap Eshal.

mobil yang Ari Kendarai memasuki area parkir, sedangkan si kembar menatap kagum pada pasar malam tersebut. Mereka semua turun dari mobil.

"Ingat jangan buat ulah dan Jangan jauh jauh mainnya". Ucap Ari.

"Siap Abang". Ucap si kembar.

Mereka mulai melangkahkan kakinya menuju pasar malam tersebut.

"Sederhana tapi indah". Ucap Ehsan.

"Kalian mainlah Abang tunggu di sini". Ucap Ari.

"Iya Abang". Ucap si kembar secara bersamaan.

Ari memilih untuk duduk di sebuah bangku yang ada di sana dan memperhatikan si kembar.

"Assalamualaikum". Ucap Ghazali.

"Waalaikumussalam Ghazali ". Jawab Ari dan tersenyum pada Ghazali dan juga pada Shazia serta Rayyan dan Reyhan yang ada di stroller.

"Di sini sama siapa". Tanya Ghazali.

"Sama si kembar". Jawab Ari.

"Bagaimana sudah mengetahui semuanya". Tanya Ghazali.

"Sudah file yang kedua itu adalah sebuah kebohongan, aku cukup kasihan dengan jalan hidupnya". Jawab Ari.

"Wah adiknya kembar seperti kita". Ucap Eshal.

"Siapa namanya mba". Tanya Ehsan.

"Namanya Rayyan dan Reyhan". Jawab Shazia.

"Gemas, Abang kapan punya seperti ini". Tanya Eshal dan Ari menatap Eshal dengan tajam sedangkan yang di tatap hanya tersenyum.

"Cepet cari bro seperti mereka ingin cepat ponakan". Ucap Ghazali sambil menahan senyumnya.

"Bagaimana mau cepat cari dan menikah setiap kali bertemu dengan perempuan yang cocok si kembar selalu membuat ulah dan perempuan itu pergi, makanya sampai sekarang masih sendirian". Jawab Ari dengan kesal.

drt

drt

Ari melihat ponselnya yang berdering dan memperlihatkan nama Fatimah. Ari menggeser merah dan memasukkan kembali ponselnya.

"Siapa Fatimah hmm". Goda Ghazali.

"Bukan siapa siapa". Jawab Ari.

"Kalau bukan siapa siapa kok tersenyum saat melihat ponsel tadi". Ucap Ghazali yang semakin gencar menggoda temannya itu.

drt

drt

Ponsel Ari kembali Bergetar tetapi Ari sama sekali tidak berniat untuk mengangkat panggilannya.

"Angkat nanti marah bahanya Lo, eh tapi aku sarankan kalau suka sebaiknya cepat di halalkan keburu di ambil orang". Ucap Ghazali.

"Hmmm". Guman Ari sambil melihat si kembar sedang bermain dengan Rayyan dan Reyhan.

"Li aku mau tanya". Ucap Ari.

"Tanya apa". Ucap Ghazali.

"Kamu menikah dengan perempuan yang ayahnya membunuh ayah mu, apa kamu tidak memiliki dendam". Ucap Ari.

"Tang salah ayahnya dan bukan anaknya, lagian mungkin itu sudah takdir dari ayahku jadi untuk apa dendam hanya membuat sakit hati nantinya dan hidup tidak tenang". Jawab Ghazali.

Ari hanya menanggukan kepalanya. waktu semakin larut akhirnya mereka semua pulang ke rumah masing masing. Sesampainya di rumah menunjuk pukul sebelas malam.

"Assalamualaikum". Ucap Ari dan si kembar secara bersamaan lalu mencium punggung tangan kedua orang tuanya.

"Waalaikumussalam". Jawab Ilham dan Sintia

Ilham dan Sintia tersenyum saat melihat anak anak sudah pulang, mereka memang sengaja menunggu di ruang tamu.

"Kenapa malam sekali pulangnya". Tanya Ilham.

"Si kembar susah di ajak pulang bi". Jawab Ari.

"Wajar ini pertama kalinya mereka pergi ke pasar malam ". Ucap Sintia.

"Kalian masuk kamar bersih bersih lalu tidur jangan sampai tidur terlalu malam dan tidak melaksanakan sholat tahajud ". Sambung Sintia.

"Siap bunda ". Jawab Ari dan si kembar bersama.

Ari dan si kembar langsung masuk ke kamar mereka masing masing.

"Sekarang kita juga masuk ke dalam kamar ". Ucap Ilham dan langsung mengedong istrinya menuju kamar.

"Awas aja besok pagi mengeluh sakit pinggang karena mengedong ku". Ucap Sintia.

"Kan kamu bisa merawat ku dan aku bisa bermanja dengan istriku ini". Ucap Ilham dan membaringkan tubuh istrinya secara perlahan.

"Tidak usah macam macam mas". Ucap Sintia.

"Hanya satu macam ". Ucap Ilham dan mengedipkan mata.

Ilham menarik selimut dan setelah itu hanya mereka yang tau. Suasana malam membuat mereka tidur dengan nyenyak. Jam tiga pagi mereka semua sudah bangun untuk melaksanakan sholat tahajud bersama. Ilham yang menjadi imam.

"Eshal ayo bangun ". Ucap Sintia saat melihat putrinya malas untuk berdiri saat sholat akan di mulai.

"Eshal Abi tidak pernah mengajarkan mu untuk bermalas-malasan seperti ini". Ucap Ilham.

"Iya bi,maaf". Ucap Eshal lalu berdiri.

Keluarga kecil Ilham melaksanakan sholat tahajud dengan khusyuk dan setelah selesai mereka melanjutkan membaca Alquran sambil menunggu adzan subuh.

Sedangkan di sebuah kamar Nilam mengerjapkan matanya saat mendengar suara seseorang.

"Jam setengah empat, siapa yang mengngaji di jam seperti ini". Ucap Nilam.

"Tapi suaranya bagus juga". Sambung Nilam

Nilam juga mendengar suara lain, Nilam menyadarkan tubuhnya di kepala ranjang.

"Keluarga yang harmonis, jika ayah dan ibuku masih hidup aku juga akan seperti ini tapi sayang itu semua hanya angan angan saja". Ucap Nilam sambil tertawa.

"Ayolah Nilam apa yang kamu inginkan, jangan menginginkan apapun karena Allah SWT tidak mengabulkan apa yang kamu inginkan jangan mengabulkan, hidupku saja di gariskan seperti ini". Sambung Nilam.

Nilam membuka jendela kamarnya dan membiarkan angin masuk, Nilam memejamkan matanya sambil mendengarkan suara mengngaji. Nilam menumpukan dagunya di jendela.

Nilam membereskan ranjangnya saat mendengar suara adzan subuh. Nilam langsung membersihkan dirinya sebelum melakukan pekerjaan.

"Segarnya ". Ucap Nilam.

tok

tok

Nilam berjalan menuju pintu lalu membukanya.

"Asa apa mbok". Tanya Nilam.

"Ayo sholat bareng nduk". Ajak mbok Darmi.

"Mbok saja ". Jawab Nilam.

"Nduk sholat itu wajib bagi umat muslim ". Ucap mbok Darmi.

"Maaf mbok jangan memaksa ku". Ucap Nilam.

Mbok Darmi menghela nafasnya saat mendengar ucapan Nilam.

"Semoga suatu saat hatimu terbuka agar melaksanakan sholat kembali, mbok kembali ke kamar dulu". Ucap mbok Darmi sambil tersenyum dan Nilam menanggukan kepalanya.

Setelah mbok Darmi pergi dari kamarnya Nilam menutup pintunya dan bersandar di belakang pintu, secara perlahan Nilam menetes air matanya tapi buru buru Nilam menghapusnya lagi.

Pukul enam pagi Nilam menyapu halaman belakang sedangkan mbok Darmi pergi ke pasar karena bahan makanan sudah habis.

"Sampai kapan aku harus bersembunyi seperti ini, aku juga ingin bebas pergi kemana saja". Ucap Nilam.

💙💙💙💙

Hay aku punya rekomendasi cerita lagi ini yang paling wajib untuk di baca , cuss ketik judulnya " Istri Untuk Iman" karya " Lavinka"

Terpopuler

Comments

Marliana MARLIANA

Marliana MARLIANA

yang sabar nilam akan indah pada waktunya...
jangan jauh sama Allah..

2023-05-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!