Setelah puas menangis Nilam memasukkan foto tersebut ke dalam sakunya lalu melihat tangannya masih mengeluarkan darah. Nilam mengusap darah tersebut. samar samar Nilam mendengar pembicaraan para pelayan yang ada di sana.
"Kasihan ya sejak di tinggal tuan Angga hidupnya menderita seperti itu".
"Kenapa harus kasihan , dia itu pembawa sial, coba saja waktu dulu tuan besar tidak membawanya dan merawatnya, tuan Angga pasti masih hidup sampai sekarang".
"Iya benar, pantas dia mendapatkan ini semua, seorang pembawa sial yang berharap jadi nyonya di rumah ini".
"Husss jangan pada ngegosip lebih baik kita kerjakan ini nanti nyonya marah".
Nilam memejamkan matanya saat mendengar pembicaraan mereka. Nilam mengusap wajahnya.
"Ya Allah sampai kapan aku harus merasakan ini semua, rasanya aku sudah tidak sanggup dengan ujian yang engkau berikan ". Ucap Nilam.
Nilam meninggalkan tempat itu dan masuk ke dalam kamar, sesampainya di dalam mobil Nilam merebahkan tubuhnya di lantai lalu memejamkan matanya bahkan Nilam harus menahan lapar karena sejak tadi perut belum terisi sama sekali.
tes
tes
tes
Hujan mengguyur permukaan bumi, Nilam memeluk tubuhnya dengan erat karena merasa dingin.
"Aku bukan pembawa sial". Ucap Nilam sambil memejamkan matanya.
"Aku tidak menginginkan hidup seperti ini ". Sambung Nilam.
"Tidak, tidak aku bukan pembawa sial". Racau Nilam.
Sedangkan di tempat lain, tepatnya di rumah keluarga Ilham. Ari sedang berada di kamarnya dengan laptop yang berada di pangkuan. Ari sedang mengecek penjual dan pembeli bahan bahan pakaian. setelah selesai Ari mematikan laptopnya lalu berjalan menuju balkon sambil menatap hujan yang turun.
drt
drt
drt
Ari melihat ponselnya dan ketika melihat namanya yang tertera di layar ponsel membuat Ari malas untuk mengangkatnya. Ari meletakkan ponselnya di atas meja. setelah cukup lama berada di di luar Ari memilih untuk masuk dan merebahkan dirinya di ranjang lalu memejamkan matanya.
drt
drt
drt
Ari menghela nafasnya lalu mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan tersebut.
"Ari kenapa kamu membatalkan kerja sama kita". Ucap Citra di seberang sana.
"Ini kerja sama yang akan menguntungkan Ari". Sambung Citra
"Maaf citra aku tidak bisa melanjutkan kerja sama sini dan besok akan aku kirimkan uang denda karena sudah membatalkan kerja sama ini". Ucap Ari lalu memastikan sambung teleponnya.
Ari bangun dan menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang lalu tangannya terulur ke laci meja yang ada di samping tempat tidurnya. Ari mengambil sebuah kotak dan mengeluarkan isinya. Ari tersenyum saat memegang sebuah sapu tangan.
"Kenapa aku masih menyimpannya padahal aku tidak kenal dengan pemilik sapu tangan ini". Ucap Ari
"Adik manis, terima kasih sudah mengobati luka kakak dulu, mungkin sekarang kamu sebesar Ehsan dan Eshal ". Sambung Ari.
Setelah cukup lama memandangi sapu tangan itu, Ari memasukkan kembali ke dalam kotak lalu meletakkan ke dalam laci.
Ari kembali merebahkan tubuhnya di ranjang dan menatap langit langit kamar.
"Umi terima kasih sudah melahirkan Ari , Umi adalah Umi terbaik yang Ari punya dan Ari juga sangat bersyukur telah di berikan bunda yang sangat baik, mungkin umi tidak bisa memberikan kasih sayang ke Ari tapi Allah sudah menggantinya dengan memberikan bunda Sintia". Ucap Ari.
Ari memejamkan matanya saat sudah merasakan kantuk. sedangkan di dalam kamar Ilham, Sintia merasa kesal dengan suaminya.
"Maas jangan terlalu erat memeluknya". Ucap Sintia saat Ilham memeluknya dengan begitu erat bahkan satu kakinya menindih kaki Sintia.
"CK mas lepas ih, ingat sudah tua ya , jangan aneh aneh". Ucap Sintia dan memukul tangan Ilham yang mulai nakal.
"Diamlah sayang, tua tua bikin masih bisa bikin kamu klepek klepek juga ". Bisik Ilham dan mengecup dahi istrinya.
"Tidurlah ini sudah malam ". Ucap Ilham.
Langit malam dengan suasana hujan menemani mahkluk bumi untuk mengistirahatkan tubuhnya agar memiliki energi untuk keesokan harinya. menit demi menit terus berjalan hingga adzan subuh berkumandang.
Keluarga Ilham sudah terbangun sejak jam tiga pagi untuk melaksanakan sholat tahajud dan di lanjutkan membaca Al-Qur'an bersama. Ilham dan Sintia sudah membiaskan kepada anak-anaknya untuk melaksanakan sholat tahajud dan di lanjutkan membaca Al-Qur'an sambil menunggu adzan subuh.
Saat subuh datang keluarga itu melaksanakan dengan khusyuk.
Pukul tujuh pagi Ilham dan Sintia bersiap mengantarkan Ari ke bandara karena hari ini Ari akan kembali ke Mesir untuk menyelesaikan studinya S3.
"Abang berapa lama disana". Ucap Eshal yang sejak pagi bergelayutan manja.
"Eshal sudah berapa kali kamu menanyakan itu pada Abang dan Abang sudah menjawabnya". Ucap Ari.
"lima bulan, itu lama Abang apa tidak bisa di percepat". Ucap Eshal.
"Tidak bisa Eshal lagian di rumah kan masih ada Ehsan". Ucap Ari.
"Eshal benci Abang, Kenapa Abang lebih suka di Mesir daripada di sini". Ucap Eshal lalu keluar dari kamar Ari.
Ari menghela nafasnya karena setiap akan berangkat ke Mesir Eshal pasti akan seperti itu dan membuat Ari tidak tenang untuk berangkat. Ari turun ke bawah sambil membawa kopernya.
"Sudah semaunya Ari". Tanya Ilham.
"Sudah bi". Jawab Ari.
"Kalau sudah semua Ayo kita berangkat". Ucap Sintia.
"Tunggu dulu Eshal mana". Tanya Ehsan.
"Sudah ada di dalam mobil". Jawab Ilham.
Mereka semua berjalan keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobil.
"Abang pikir tidak mau mengantarkan Abang". Ucap Ilham dan mencolek dagu adiknya.
"Jangan colek colek Eshal masih marah ya". Ucap Eshal dan memalingkan wajahnya.
Sintia dan Ilham hanya mengelengkan kepalanya saat melihat anaknya anaknya. Ilham melajukan mobilnya dengan santai menuju bandara. satu jam perjalanan akhirnya mereka sampai di bandara.
"Abang buruan pulang ya". Ucap Eshal dan memeluk Ari sebelum turun dari mobil.
"CK dasar drama queen". Ucap Ehsan dan turun dari mobil.
"Apa sih". Ucap Eshal.
"Lima bulan Eshal, itu tidak lama". Ucap Ari.
"Sekarang lepas dan kita turun". Sambung Ari.
Dengan keadaan terpaksa Eshal melepaskan pelukannya lalu turun dari mobil.
"Abi bunda Ari berangkat dulu ya, Do'a Ari selamat sampai tujuan". Ucap Ari.
"Iya nak hati hati di sana dan jangan lupa kewajiban". Ucap Sintia.
"Iya Bunda". Jawab Ari.
Ari mencium punggung tangan Ilham dan Sintia lalu masuk kedalam. Eshal memeluk Sintia dengan erat.
"Abang hanya lima bulan jadi jangan cemburut". Ucap Sintia dan Eshal tersenyum
setelah mengantarkan Ari mereka semua memilih untuk kembali ke rumah.
Citttt
Bruk
"Astaghfirullah". ucap Ilham dan menghentikan mobilnya.
"Mas". ucap Sintia.
"Ada apa Abi". Ucap Ehsan.
"Abi menabrak orang". Uap Ilham lalu turun dari mobil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments