The Bad Boy And His Nanny

The Bad Boy And His Nanny

Bab 1: Menjadi ART

Aku berdiri di depan sebuah apartemen mewah dengan dua puluh lantai. Aku menengadahkan kepalaku mencoba melihat ke puncak apartemen itu.

"Wah, tinggi banget. Aku beneran bakal tinggal disini?" Gumamku, masih belum bisa mempercayainya.

Aku tinggal di sini bukan untuk menjadi penghuni. Tapi aku akan menjadi asisten rumah tangga. Ya, pembantu. Aku bertugas membersihkan apartemen milik seseorang, kemudian aku akan dibayar atas jasaku itu.

Setelah lulus SMA beberapa tahun lalu, aku diterima di salah satu Universitas di Jakarta. Aku adalah orang pertama di keluarga besarku yang melanjutkan sekolah hingga ke perguruan tinggi. Aku mendapatkan beasiswa yang akan menanggung semua biaya kuliahku hingga aku lulus nanti. Aku sangat bersyukur dan bangga, diterima di sebuah Universitas ternama dan di ibukota pula.

Namun biaya untuk kebutuhan sehari-hari harus aku cari sendiri. Maka dari itu aku bekerja paruh waktu untuk bisa menyewa kamar kost juga memenuhi kebutuhanku sehari-hari. Orang tuaku tidak memiliki banyak biaya untuk memenuhi semua kebutuhanku di kota besar ini. Apalagi, aku punya dua orang adik yang masih bersekolah. Jadilah aku disini seorang diri menimba ilmu sambil membanting tulangku demi bertahan hidup.

Aku bekerja paruh waktu di sebuah minimarket selama beberapa bulan terakhir. Namun di semester baru ini aku jadwal kuliahku bentrok dengan jadwal shiftku di minimarket itu. Akhirnya aku terpaksa berhenti dan harus mencari pekerjaan lain. Namun ternyata mendapatkan pekerjaan di ibukota tidak semudah itu.

Aku masih ingat bagaimana aku sangat putus asa saat itu, tidak punya pekerjaan dan uangku semakin menipis. Sering kali terlintas dalam pikiranku apa aku berhenti kuliah saja dan kembali ke kampung halamanku? Namun aku kembali menepis pikiran-pikiran itu disaat memikirkan orang tua dan adik-adikku.

"Teteh gak apa-apa, Mah. Teteh masih punya uang, kok. Ini juga baru beli makan sama fried chicken." dustaku pada ibuku. Aku mengapit HPku diantara bahu dan telingaku sementara tanganku sibuk mengupas kentang yang dikirimkan minggu lalu oleh orang tuaku yang merupakan petani sayur.

"Udah, Mama simpen uangnya buat bekel sekolah Annis sama Asha, ya. Mama sama Bapak gak usah mikirin Teteh." Aku menolak saat ibuku mengatakan akan mengirimkan uang untukku. Lebih baik uang orang tuaku difokuskan untuk kepentingan sekolah adik-adikku, Annisa dan Ashanti.

Sebenarnya aku membutuhkan uang itu, jujur aku sudah bosan makan kentang dan sayuran kukus. Selama beberapa hari terakhir itulah yang aku makan untuk menghilangkan rasa laparku. Tapi mau bagaimana lagi, aku harus berhemat.

Hingga suatu hari Bi Dini, kerabat dari ayahku yang bekerja sebagai asisten rumah tangga pada sebuah keluarga kaya raya, menawarkanku sebuah pekerjaan. Bi Dini terpaksa pulang ke kampung halaman kami karena suaminya sakit keras. Ia tidak bisa berhenti dari pekerjaannya jika tidak menemukan orang yang menggantikannya.

Karena sama-sama berada di kota besar ini, aku merasa berkewajiban membantu bibiku itu dan aku memang sangat membutuhkan pekerjaan agar aku bisa tetap berada disini dan menyelesaikan kuliahku. Akhirnya disinilah aku, menggantikan Bi Dini menjadi asisten rumah tangga di salah satu unit Apartemen ini.

Aku akan tinggal untuk menjadi ART di apartemen yang ditinggali oleh seorang tuan muda yang masih duduk di bangku kelas 12 yang bernama Alghiffari Airlangga. Dia adalah putra kedua dari direktur utama PT Melcia Properti, perusahan yang memiliki beberapa real estate di kota-kota besar di Indonesia, termasuk apartemen yang sedang aku tatap ini.

Kabar baiknya, mereka adalah orang yang sangat kaya raya. Otomatis gaji ARTnya juga bisa dikatakan lumayan. Kabar buruknya, putra kedua mereka memiliki sikap yang sangat menyebalkan. Dia sangat tempramental. Setidaknya itulah yang sering bibiku katakan. Aku tidak tahu seburuk apa tabiat majikanku itu, yang pasti aku semakin tidak semangat untuk melakukan pekerjaan baruku ini.

Dengan malas aku melangkahkan kaki memasuki apartemen mewah itu. Aku masih tidak percaya, aku datang ke Jakarta untuk memperbaiki nasib keluargaku, namun aku disini malah bekerja sebagai ART, pekerjaan yang sama dengan yang dilakoni Bi Dini yang hanya lulusan SMP. Harga diriku sedikit terluka karenanya.

Tapi aku berusaha positif thinking. Semoga ini adalah salah satu bentuk perjuanganku sebelum aku menjadi orang sukses nanti. Semoga saja.

Kini aku berada di depan pintu sebuah unit di lantai dua puluh. Aku memasukkan kode akses dan seketika pintu itupun terbuka. Bibiku memang sudah memberikanku kode akses untuk pintu apartemen itu, dan mengatakan aku langsung masuk saja karena di jam segini majikanku itu memang masih belum pulang dari sekolahnya.

Aku terperangah melihat betapa nyaman dan mewahnya apartemen yang didesain dengan dominasi warna abu itu. Apartemen itu sangat nyaman dan luas untuk ditinggali seorang diri. Dapur, ruang tengah, dan juga ruang makan berada di satu ruangan. Ada dua buah kamar yang saling berhadapan dan aku melihat sebuah lorong kecil di sisi dapur. Aku berjalan kesana dan mendapati sebuah kamar kecil tanpa jendela dengan kasur kecil, lemari, dan meja rias yang bisa juga difungsikan menjadi meja belajar. Sudah pasti ini adalah kamarku.

Aku segera membereskan barang-barangku, memasukkan pakaianku ke dalam lemari kecil itu. Pun, Buku-buku dan laptop aku letakkan di meja rias itu.

"Bi!!" Terdengar teriakan dari luar sana.

Aku segera bergegas keluar kamar untuk menemui pemilik suara itu, yang aku yakin adalah majikanku, Alghiffari Airlangga.

"Iya, Tuan." Jawabku, dengan segera menghampiri seorang remaja laki-laki dengan seragam putih abu yang duduk di sofa ruang tengah, sedang membuka sepatunya. Cowok itu mendongak dan betapa tercengangnya aku.

Alghiffari sungguh cowok paling tampan yang pernah aku lihat. Aku melihat wajah dengan garis wajah yang begitu tegas dan sorot mata tajam dengan manik mata hitam yang bersinar seakan terdapat kerlipan bintang di sana. Hidungnya bangir sempurna. Kulitnya putih cerah tanpa cela.

Cowok dengan wajah nyaris sempurna itu bangkit dari sofa, seakan ingin menampakkan betapa menjulangnya dirinya. Aku hanya setinggi bahunya, aku kira. Dada bidang dan badan tegap sempurna itu berdiri kokoh di hadapanku.

Alghiffari menatapku dengan tatapannya yang bingung, "Lo siapa?"

Dengan segera aku menyadarkan diriku dan menjawab pertanyaan bernada dingin itu, "saya Ayana, Tuan. Keponakannya Bi Dini, kebetulan Bi Dini sudah berhenti jadi say...."

"Bikinin gue minum." Potongnya sembari melangkah menuju kamarnya. Sepertinya ia sama sekali tak peduli siapa asisten rumah tangganya, selama ada orang yang melayaninya tidak ada masalah baginya.

"Baik, Tuan. Tuan mau dibuatkan apa?" Tanyaku dengan sopan.

Alghiffari menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya ke arahku, "lo gak dikasih tahu sama bibi lo, kesukaan gue apa?!" Bentaknya. Kedua alis tebalnya bertemu.

Aku mendengus dalam hati. Bentakan pertama di kurang dari 5 menit pertama bekerja. Terbukti sudah ucapan bibiku yang mengatakan majikanku ini memang sangat tidak ramah. Rasa kagumku terhadap ketampanannya memudar karena bentakannya itu.

"Maaf, Tuan. Saya tidak tahu." Cicitku seraya menundukkan kepalaku, aku sama sekali tidak ingin mencari masalah dengan remaja yang sama sekali tidak manis ini.

"Bikinin gue lemonade! Inget itu! Kalau gue baru pulang dari manapun bikinin gue lemonade, pake gula dikit aja. Ngerti lo?!" Ucapnya masih dengan nada tinggi.

"Baik, Tuan."

Aku segera berjalan menuju dapur. Pantas saja sikapnya begitu asam, minuman favoritnya saja minuman sari buah lemon dengan sedikit gula, aku mendengus dalam hati.

Tring.

Seketika moodku berubah saat mendengar satu notifikasi masuk. Aku menoleh ke arah layar HP yang aku letakkan di konter meja dapur. Reflek kedua ujung bibirku tertarik ke atas, menerbitkan sebuah senyum di bibirku. Sebuah pesan dari seseorang yang aku beri nama Hyuga telah membuat moodku yang buruk berubah begitu saja. Hanya satu kalimat yang dikirimkannya, namun mampu membuat hatiku terlonjak bahagia.

[Hyuga] : Ay, lagi apa?

- - -

Ayana Pitaloka

Alghiffari Airlangga

Terpopuler

Comments

Erni Fitriana

Erni Fitriana

cuzzzzz ksrya selanjutnya yg kubaca

2024-06-04

1

Winters

Winters

woahhh kakak yang baik

2023-05-27

1

Winters

Winters

wah pasti km pinter sampai dpt beasiswa

2023-05-27

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Menjadi ART
2 Bab 2: Hyuga
3 Bab 3: Alghiffari Airlangga
4 Bab 4: Tuan Muda Menyebalkan
5 Bab 5: Takut Tidur Sendiri
6 Bab 6: Anak Badung
7 Bab 7: Berpacaran dengan Zayyan
8 Bab 8: Satu Sendok Es Krim
9 Bab 9: Seperti Kencan
10 Bab 10: Alghazali Airlangga
11 Bab 11: Jangan Temui Gazha lagi
12 Bab 12: Kejadian di Danau
13 Bab 13: Menghindar
14 Bab 14: Sudut Pandang Ghiffa
15 Bab 15: Ancaman yang Mendebarkan
16 Bab 16: Hyuga = Zayyan?
17 Bab 17: SMA Centauri
18 Bab 18: Pembuat Onar
19 Bab 19: Kecurigaan
20 Bab 20: Terlanjur Sayang
21 Bab 21: Perayaan Satu Bulan
22 Bab 22: Seperti Kencan (part 2)
23 Bab 23: Makan Malam (Romantis?)
24 Bab 24: Menyadari Perasaan
25 Bab 25: Terungkap
26 Bab 26: Zayyan bukan Hyuga
27 Bab 27: Patah Hati
28 Bab 28: Hari yang Berat
29 Bab 29: Tempat Bersandar
30 Bab 30: Awal yang Baru
31 Bab 31: Menelaah Hati
32 Bab 32: Kesalahan Nyonya Natasha
33 Bab 33: Klarifikasi pada Zalfa
34 Bab 34: Tidak Pandang Bulu
35 Bab 35: Cerita yang Familiar
36 Bab 36: Lari dari Kenyataan
37 Bab 37: Menolak
38 Bab 38: Membuat Ayana Jatuh Cinta
39 Bab 39: Nama yang Kembali Terdengar
40 Bab 40: Dilema
41 Bab 41: I am so Into You
42 Bab 42: Membuat Kesepakatan
43 Bab 43: Ghiffa Rasa Hyuga
44 Bab 44: Syarat Tambahan
45 Bab 45: Ghiffa dan Ghaza
46 Bab 46: Hubungan yang Buruk
47 Bab 47: Tindakan Nekat
48 Bab 48: Hanya Aku
49 Bab 49: Hukuman untuk Ghiffa
50 Bab 50: Si Tuan Manja
51 Bab 51: Rendah Diri
52 Bab 52: Sikap Ghaza
53 Bab 53: Merasa Bersalah
54 Bab 54: Kejadian Sebenarnya
55 Bab 55: Bumerang
56 Bab 56: Hyuganya Aya, Ayanya Hyuga
57 Bab 57: Badai Belum Usai
58 Bab 58: Cerita tentang Ghiffa
59 Bab 59: Cerita tentang Ghiffa (part 2)
60 Bab 60: Pelangi Setelah Badai
61 Bab 61: Hasil Keringat Sendiri
62 Bab 62: Wajah Baru
63 Bab 63: Jaga Hati
64 Bab 64: Ghiffa yang Sesungguhnya
65 Bab 65: Ayana adalah Pacarku
66 Bab 66: Kesempatan Bagus
67 Bab 67: Kembali Tahu Diri
68 Bab 68: Menemani Ghaza
69 Bab 69: Menculik Ayana
70 Bab 70: Hanya, Kamu Bilang?
71 Bab 71: Sudut Pandang Berbeda
72 Bab 72: Mempertahankan
73 Bab 73: Gadis Berhati Murni
74 Bab 74: Kampung Halaman
75 Bab 75: However You Are
76 Bab 76: Sandiwara Tugas Projek
77 Bab 77: Menengok Secuil Masa Lalu
78 Bab 78: Yakin Seratus Persen
79 Bab 79: Kejadian tak Terduga
80 Bab 80: Mendadak Suami-Istri
81 Bab 81: Istriku
82 Bab 82: Bapak
83 Bab 83: Pertama Kali
84 Bab 84: Aa Ghiffa
85 Bab 85: Pulang Nanti
86 Bab 86: Kiriman Makanan
87 Bab 87: Sudah Bersuami
88 Bab 88: Lagi, Kiriman dari Ghaza
89 Bab 89: Cincin Berlian Kecil
90 Bab 90: Bertemu Mama Mertua
91 Bab 91: Natasha dan Lucas
92 Bab 92: Di Hotel
93 Bab 93: Morning Sweet Talk
94 Bab 94: Pencarian Ayana
95 Bab 95: Apartemen V Unit 2008
96 Bab 96: Tidak apa-apa
97 Bab 97: Cinta itu Tidak Ada
98 Bab 98: Menangis Bersama Belva
99 Bab 99: Menimpa Jejak
100 Bab 100: Tekad Perempuan yang tersakiti
101 Bab 101: Persiapan Pembalasan
102 Bab 102: Teman Kencan Ghaza
103 Bab 103: Pusat Perhatian
104 Bab 104: Kakak Terbaik
105 Bab 105: Restu
106 Bab 106: Belum Selesai
107 Bab 107: Ungkapan Cinta Ghaza
108 Bab 108: Pergi dari Rumah
109 Bab 109: Menuruti Kenekatan Ghiffa
110 Bab 110: Ghiffa Sang Pemenang
111 Bab 111: Waspada pada Ghaza
112 Bab 112: Memori Buruk
113 Bab 113: Selalu Seperti Ini
114 Bab 114: Pemandangan Menyakitkan
115 Bab 115: Nasehat Lucas
116 Bab 116: Pesona Ayana
117 Bab 117: Trauma
118 Bab 118: Sembuh
119 Bab 119: Bertemu Ghaza Lagi
120 Bab 120: Selamat Berusia 19 Tahun
121 Bab 121: Hadiah dari Tuan Musa
122 Bab 122: Sebelum Acara
123 Bab 123: Jamuan Pernikahan
124 Bab 124: Ghiffa yang Tenang
125 Bab 125: Positive Vibes
126 Bab 126: Honeymoon
127 Bab 127: Berharap Ini Hanya Mimpi Buruk
128 Bab 128: Tidak Berdaya
129 Bab 129: Demi sang Putra
130 Bab 130: Prinsip dan Ego
131 Bab 131: Hati Seorang Ayah
132 Bab 132: Mati Rasa
133 Bab 133: Pulih untuk Ghiffa
134 Bab 134: Bangun
135 Bab 135: Menghargai Diri Sendiri
136 Bab 136: Melandai
137 Bab 137: Ikhlas
138 Bab 138: Lupa atau Pura-pura?
139 Bab 139: Merajuk
140 Bab 140: Ghiffa Curang
141 Bab 141: Pesta Ulang Tahun
142 Bab 142: Papa dan Mama
143 Bab 143: Satu Bulan Kemudian
144 Bab 144: Resepsi
145 Bab 145: Mimpi (end)
146 Ekstra 1: Mengejar Cinta Ghaza
147 Ekstra 2: Mengejar Cinta Ghaza (part 2)
148 Ekstra 3: Mengejar Cinta Ghaza (part 3)
149 Ekstra 4: Visual Novel
150 Ekstra 5: Promosi Novel Baru
151 Ekstra 6: Visual Novel (part 2)
152 Ekstra 7: Wanita Rahasia Daddy Zach
153 Ekstra 8: Pengorbanan Nayara
154 Ekstra 9: Om Rey Tersayang
155 Ekstra 10: Marry Me, Dev
156 Ekstra 11: My Big Girl
Episodes

Updated 156 Episodes

1
Bab 1: Menjadi ART
2
Bab 2: Hyuga
3
Bab 3: Alghiffari Airlangga
4
Bab 4: Tuan Muda Menyebalkan
5
Bab 5: Takut Tidur Sendiri
6
Bab 6: Anak Badung
7
Bab 7: Berpacaran dengan Zayyan
8
Bab 8: Satu Sendok Es Krim
9
Bab 9: Seperti Kencan
10
Bab 10: Alghazali Airlangga
11
Bab 11: Jangan Temui Gazha lagi
12
Bab 12: Kejadian di Danau
13
Bab 13: Menghindar
14
Bab 14: Sudut Pandang Ghiffa
15
Bab 15: Ancaman yang Mendebarkan
16
Bab 16: Hyuga = Zayyan?
17
Bab 17: SMA Centauri
18
Bab 18: Pembuat Onar
19
Bab 19: Kecurigaan
20
Bab 20: Terlanjur Sayang
21
Bab 21: Perayaan Satu Bulan
22
Bab 22: Seperti Kencan (part 2)
23
Bab 23: Makan Malam (Romantis?)
24
Bab 24: Menyadari Perasaan
25
Bab 25: Terungkap
26
Bab 26: Zayyan bukan Hyuga
27
Bab 27: Patah Hati
28
Bab 28: Hari yang Berat
29
Bab 29: Tempat Bersandar
30
Bab 30: Awal yang Baru
31
Bab 31: Menelaah Hati
32
Bab 32: Kesalahan Nyonya Natasha
33
Bab 33: Klarifikasi pada Zalfa
34
Bab 34: Tidak Pandang Bulu
35
Bab 35: Cerita yang Familiar
36
Bab 36: Lari dari Kenyataan
37
Bab 37: Menolak
38
Bab 38: Membuat Ayana Jatuh Cinta
39
Bab 39: Nama yang Kembali Terdengar
40
Bab 40: Dilema
41
Bab 41: I am so Into You
42
Bab 42: Membuat Kesepakatan
43
Bab 43: Ghiffa Rasa Hyuga
44
Bab 44: Syarat Tambahan
45
Bab 45: Ghiffa dan Ghaza
46
Bab 46: Hubungan yang Buruk
47
Bab 47: Tindakan Nekat
48
Bab 48: Hanya Aku
49
Bab 49: Hukuman untuk Ghiffa
50
Bab 50: Si Tuan Manja
51
Bab 51: Rendah Diri
52
Bab 52: Sikap Ghaza
53
Bab 53: Merasa Bersalah
54
Bab 54: Kejadian Sebenarnya
55
Bab 55: Bumerang
56
Bab 56: Hyuganya Aya, Ayanya Hyuga
57
Bab 57: Badai Belum Usai
58
Bab 58: Cerita tentang Ghiffa
59
Bab 59: Cerita tentang Ghiffa (part 2)
60
Bab 60: Pelangi Setelah Badai
61
Bab 61: Hasil Keringat Sendiri
62
Bab 62: Wajah Baru
63
Bab 63: Jaga Hati
64
Bab 64: Ghiffa yang Sesungguhnya
65
Bab 65: Ayana adalah Pacarku
66
Bab 66: Kesempatan Bagus
67
Bab 67: Kembali Tahu Diri
68
Bab 68: Menemani Ghaza
69
Bab 69: Menculik Ayana
70
Bab 70: Hanya, Kamu Bilang?
71
Bab 71: Sudut Pandang Berbeda
72
Bab 72: Mempertahankan
73
Bab 73: Gadis Berhati Murni
74
Bab 74: Kampung Halaman
75
Bab 75: However You Are
76
Bab 76: Sandiwara Tugas Projek
77
Bab 77: Menengok Secuil Masa Lalu
78
Bab 78: Yakin Seratus Persen
79
Bab 79: Kejadian tak Terduga
80
Bab 80: Mendadak Suami-Istri
81
Bab 81: Istriku
82
Bab 82: Bapak
83
Bab 83: Pertama Kali
84
Bab 84: Aa Ghiffa
85
Bab 85: Pulang Nanti
86
Bab 86: Kiriman Makanan
87
Bab 87: Sudah Bersuami
88
Bab 88: Lagi, Kiriman dari Ghaza
89
Bab 89: Cincin Berlian Kecil
90
Bab 90: Bertemu Mama Mertua
91
Bab 91: Natasha dan Lucas
92
Bab 92: Di Hotel
93
Bab 93: Morning Sweet Talk
94
Bab 94: Pencarian Ayana
95
Bab 95: Apartemen V Unit 2008
96
Bab 96: Tidak apa-apa
97
Bab 97: Cinta itu Tidak Ada
98
Bab 98: Menangis Bersama Belva
99
Bab 99: Menimpa Jejak
100
Bab 100: Tekad Perempuan yang tersakiti
101
Bab 101: Persiapan Pembalasan
102
Bab 102: Teman Kencan Ghaza
103
Bab 103: Pusat Perhatian
104
Bab 104: Kakak Terbaik
105
Bab 105: Restu
106
Bab 106: Belum Selesai
107
Bab 107: Ungkapan Cinta Ghaza
108
Bab 108: Pergi dari Rumah
109
Bab 109: Menuruti Kenekatan Ghiffa
110
Bab 110: Ghiffa Sang Pemenang
111
Bab 111: Waspada pada Ghaza
112
Bab 112: Memori Buruk
113
Bab 113: Selalu Seperti Ini
114
Bab 114: Pemandangan Menyakitkan
115
Bab 115: Nasehat Lucas
116
Bab 116: Pesona Ayana
117
Bab 117: Trauma
118
Bab 118: Sembuh
119
Bab 119: Bertemu Ghaza Lagi
120
Bab 120: Selamat Berusia 19 Tahun
121
Bab 121: Hadiah dari Tuan Musa
122
Bab 122: Sebelum Acara
123
Bab 123: Jamuan Pernikahan
124
Bab 124: Ghiffa yang Tenang
125
Bab 125: Positive Vibes
126
Bab 126: Honeymoon
127
Bab 127: Berharap Ini Hanya Mimpi Buruk
128
Bab 128: Tidak Berdaya
129
Bab 129: Demi sang Putra
130
Bab 130: Prinsip dan Ego
131
Bab 131: Hati Seorang Ayah
132
Bab 132: Mati Rasa
133
Bab 133: Pulih untuk Ghiffa
134
Bab 134: Bangun
135
Bab 135: Menghargai Diri Sendiri
136
Bab 136: Melandai
137
Bab 137: Ikhlas
138
Bab 138: Lupa atau Pura-pura?
139
Bab 139: Merajuk
140
Bab 140: Ghiffa Curang
141
Bab 141: Pesta Ulang Tahun
142
Bab 142: Papa dan Mama
143
Bab 143: Satu Bulan Kemudian
144
Bab 144: Resepsi
145
Bab 145: Mimpi (end)
146
Ekstra 1: Mengejar Cinta Ghaza
147
Ekstra 2: Mengejar Cinta Ghaza (part 2)
148
Ekstra 3: Mengejar Cinta Ghaza (part 3)
149
Ekstra 4: Visual Novel
150
Ekstra 5: Promosi Novel Baru
151
Ekstra 6: Visual Novel (part 2)
152
Ekstra 7: Wanita Rahasia Daddy Zach
153
Ekstra 8: Pengorbanan Nayara
154
Ekstra 9: Om Rey Tersayang
155
Ekstra 10: Marry Me, Dev
156
Ekstra 11: My Big Girl

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!