"Kesukaan saya, Tuan?" Tanyaku bingung.
"Ah udahlah, lupain." Ucap Ghiffa seraya merogoh saku celananya, "Nih, gue tunggu di depan." Ghiffa menyerahkan sebuah kartu kreditnya padaku, sedangkan ia berjalan keluar supermarket.
"Aneh banget sih itu anak?" Gumamku.
Aku pun segera mengantri di kasir dan membayar semua belanjaan dengan kartu milik Ghiffa.
Setelah itu kami berjalan menuju mobil Ghiffa dan memasukkan semua belanjaan ke bagasi.
"Ayo masuk lagi. Gue mau beli sesuatu." Ucapnya seraya berjalan kembali memasuki Mall.
Aku mengekor di belakangnya. Tiba-tiba saja ia berhenti dan membalikkan badannya. Sontak aku yang sedang berjalan di belakangnya sambil melihat ke sekeliling, menabrak tubuhnya sekilas sebelum aku sedikit terpental ke belakang. Aku merasakan hidungku menabrak dadanya.
"Maaf Tuan." Ujarku karena sudah tidak sengaja menabraknya.
"Gue mau beli sesuatu buat cewek gue. Biasanya cewek suka dikasih apa?" Tanyanya tiba-tiba.
Wah, ini benar-benar mengejutkan. Ternyata majikanku ini sudah punya pacar?
"Tuan mau ngasih sesuatunya dalam rangka apa?"
"Gue baru jadian sama dia hari ini." Ucapnya sedikit tersipu.
Untuk pertama kalinya aku melihat wajah yang biasanya jutek nan mengesalkan itu tiba-tiba saja merona merah. Sedetik kemudian aku jadi penasaran. Siapa perempuan yang bisa menaklukkan seorang Ghiffa yang menyebalkan tapi tampan rupawan bak idol Kpop ini?
Yang mengejutkan juga, tanggal jadian Ghiffa sama dengan tanggal aku berpacaran dengan Zayyan. "Wah kok bisa samaan ya, Tuan. Saya juga baru jadian hari ini."
"Penting lo ngasih tau gue?" Ucapnya tidak tertarik.
Sialan. Aku mengumpat dalam hati. Benar juga sih, kenapa juga aku harus memberitahukannya tentang hal ini.
"Cepetan kasih gue ide. Biasanya cewek sukanya dikasih apa? " Tanya Ghiffa tidak sabar.
Aku berpikir sejenak, "pacarnya Tuan sukanya apa? Warna kesukaan atau mungkin hal yang dia sukain?"
Aku membutuhkan sedikit referensi agar tidak salah memberikan saran.
"Gue cuma tahu dia suka Kpop. Terus dia suka warna tosca. " Ucapnya memberikan detail.
Kebetulan sekali, aku pun menyukai warna tosca dan juga Kpop.
"Kalau gitu karena Tuan baru jadian sebaiknya kasih hal-hal yang tidak terlalu mahal. Mungkin bisa kasih barang2 couple gitu, Tuan. Kayak case HP, kaos, atau gantungan ponsel yang samaan. Pokoknya couple item gitu, Tuan."
"Couple item? " Ghiffa terlihat berpikir.
"Iya Tuan. Kalau pacar tuan suka Kpop kayaknya dia bakal suka hal-hal yang lucu-lucu dan couple-an gitu."
Hal yang aku rekomendasikan pada Ghiffapun hal-hal yang sering aku impikan selama ini jika aku punya pacar.
"Ya udah kita liat-liat dulu aja." Ghiffa sepertinya belum bisa memutuskan.
Iapun memasuki sebuah toko pakaian yang dari luar saja sudah terlihat mahal. Ia mulai memilih-milih sweater, kaos, dan lain-lain.
Aku sendiri hanya melihat-lihat saja. Perhatianku tertuju pada sebuah kaos berwarna tosca dengan sedikit sablon yang simple dan manis di bagian dada sebelah kiri. Aku meraih tag harga dan seketika aku tercengang melihat harga dari kaos itu. Sungguh tidak masuk akal. Sepotong kaos saja harganya nyaris satu juta rupiah!
Akupun meletakkan kaos itu dengan hati-hati, tidak ingin tiba-tiba saja ada cacat dan aku harus membelinya.
"Lo mau ini?" Tiba-tiba saja Ghiffa ada di sebelahku. Ia meraih kaos yang aku lihat tadi.
"Nggak, Tuan!" Ucapku segera.
"Kenapa? Udah gue beliin." Ghiffa berjalan menuju kasir.
Reflek aku memegang lengan Ghiffa, "tidak usah, Tuan. Ini kaosnya mahal sekali."
Ghiffa meraih tag harga pada kaos itu, "Ini murah kali. Udah lo tunggu di luar."
"Tapi tuan... " Aku merasa tidak enak, tapi di satu sisi aku senang dibelikan kaos semahal dan sebagus itu.
Beberapa saat Ghiffa keluar dari toko itu dan menghampiriku yang menunggunya di depan toko. Ia memberikan paper bag berlogo toko itu padaku, "nih."
"Tuan harusnya tidak usah kasih saya seperti ini." Ucapku tidak enak tapi jujur aku senang sekali hingga aku tidak sadar tersenyum padanya.
Namun tiba-tiba Ghiffa berkata, "Kenapa? Kalau lo ngerasa gak enak nanti gue potong dari gaji lo."
"Hah? Tapi tuan..." Aku kehabisan kata-kata.
Kok jadi gajiku yang dipotong? 'kan dia yang mau memberikanku kaos ini?! Padahal rencananya aku akan mentraktir keluargaku makan jika nanti aku gajian.
"Loh ini kemana, Tuan? Kita gak akan pulang?" Tanyaku saat Ghiffa malah menaiki eskalator untuk ke lantai atas.
"Gue pengen nonton." Ucapnya.
Kenapa dia tidak langsung pulang saja sih?
Beberapa saat kemudian aku duduk di dalam bioskop memakan popcorn porsi besar yang tidak aku pesan. Di sisi sebelah kiriku ada satu cup besar cola, yang juga tidak aku pesan. Aku melirik tajam pada tuan mudaku yang duduk di sebelah kananku. Dia berkata akan memotong biaya nontonku ini dan juga kaos tadi dari gajiku nanti.
Tanpa sadar aku menghela nafas. Sekitar satu juga dari gajiku akan menghilang karena hal tidak berguna ini.
"Kenapa lo?" Tanya Ghiffa tanpa rasa bersalah.
"Saya 'kan udah bilang Tuan, Tuan nonton sendiri aja. Saya tunggu di luar. Saya gak apa-apa kok nunggu sampai filmnya selesai." Gerutuku.
"Lo bukannya berterimakasih. Daripada lo nungguin gue sambil cengo di luar." Ucapnya tanpa rasa bersalah
Berterimakasih untuk apa coba kalau semua biayaku menonton ini juga akan dipotong dari gaji pertamaku. Lebih baik aku cengo daripada dipotong gaji lagi.
"Liat tuh cewek-cewek pada liatin lo. Mereka pasti iri lo bisa nonton sama cowok seganteng gue." Bisiknya sambil tangannya meraih popcorn yang sedang aku pegang.
Tanpa sadar aku mengerutkan dahi dan kehilangan kata-kata mendengar ucapan pongah itu. Tapi akupun sempat mendengar kata-kata itu tadi dari tiga orang cewek yang duduk tepat di bangku bawah sebelah kananku. Mereka mengatakan, "Eh liat coba, ganteng banget pacarnya!" Ucap salah satu dari mereka sambil melihat ke arah Ghiffa.
Pacar? Yang benar saja!
"Udah tenang aja. Gaji lo jadi ART gue gede 'kan. Paling kepotong berapa buat lo nemenin gue hari ini." Ucap Ghiffa setelah menangkap ekspresi jengkelku.
"Tuan, buat Tuan emang sedikit. Tapi buat saya uang itu bisa saya pake buat saya kirim ke kampung."
"Semenjak lo di Jakarta, lo udah pernah nonton?" Tanya Ghiffa.
"Belum pernah, Tuan." Cicitku. Boro-boro untuk nonton, untuk makan sehari-hari saja aku harus hemat. Gajiku tidak akan cukup jika mengikuti gaya hidup orang-orang di sini.
"Lo gak kasihan sama diri lo sendiri? Tiap hari kerja. Kali-kali lo harus juga sesekali having fun. Self reward."
Aku sama sekali tidak pernah berpikir seperti itu. Selama ini hal yang aku lakukan untuk 'having fun' hanya menonton drama atau streaming MV seharian. Tidak pernah aku memanjakan diriku dengan hal-hal seperti ini.
Tidak menyangka kata-kata Tuan Muda sombong ini bisa merubah pandanganku. Baiklah karena sudah terlanjur juga, aku akan menikmati filmnya. Daripada gajiku dipotong dan aku juga tidak dapat apa-apa.
"Tuan, kenapa Tuan gak mengajak pacar Tuan untuk menemani tuan menonton?" Aku mengalihkan pembicaraan. Aku memang penasaran juga.
"Dia lagi gak bisa nemenin gue." Ucapnya singkat.
Aku tidak membalas lagi karena kemudian filmpun dimulai. Aku sendiri merasa aneh, baru saja aku jadian dengan Zayyan tapi sekarang malah menemani Ghiffa seperti ini.
Tunggu, kenapa hal yang aku lakukan dengan Ghiffa hari ini seperti kencan?
***
Beberapa hari setelah hari 'seperti kencan'.
Aku baru saja sampai di apartemen pada sore hari. Aku merebahkan tubuhku sejenak menghilangkan lelah sebelum aku mulai membersihkan rumah dan memasak untuk makan malam. Pagi hari aku sudah mencuci baju dan menyapu, sekarang tinggal mengepel lantai.
Tiba-tiba ponselku berbunyi. Nyonya Natasha menelponku. Aku segera mengangkatnya. Majikanku itu pasti ingin aku melaporkan pertemuanku ke sekolah Ghiffa tempo hari.
"Selamat Sore, Nyonya." Sapaku saat aku mengangkat telepon.
"Sore juga, Ayana. Kamu udah di apartemen? Bisa ke rumah saya gak?"
Segera setelah aku mendapatkan alamat rumah utama, aku bergegas untuk menemui Nyonya Natasha. Beberapa saat kemudian aku tiba di sebuah rumah mewah tiga lantai. Aku tidak bisa berhenti tercengang, saking takjubnya aku pada rumah bergaya modern minimalis milik majikanku.
Beberapa saat kemudian aku dipersilahkan masuk untuk menemui Nyonya Natasha yang sedang merangkai bunga di gazebo belakang rumah mewah itu.
"Gimana pertemuannya?" Tanya Natasha to the point.
Akupun melaporkan semuanya pada Nyonya Natasha, sedetail mungkin, tanpa ada yang aku tutupi.
"Saya malu sekali pada guru-gurunya Ghiffa. Sampai kapan dia akan berbuat onar seperti itu?" Keluhnya. Aku hanya tersenyum tipis merasa simpati.
"Ya sudah makasih ya, Ayana. Oh iya saya hampir lupa, kamu udah cek persediaan makanan? Biasanya hari ini waktunya berbelanja. Nanti saya transfer ke nomor rekening kamu, tolong kamu belikan semua kebutuhan yang sudah habis ya."
"Sudah, Nyonya. Beberapa hari yang lalu saya dan juga Tuan Ghiffa baru saja berbelanja. Tuan Ghiffa sendiri yang antar saya berbelanja di supermarket." Jawabku.
"Ghiffa belanja ke supermarket?! Yang bener kamu?" Nyonya Natasha terlihat sangat terkejut.
"Iya, Nyonya. Katanya karena ini pertama kali saya bekerja makanya Tuan Ghiffa mengantar saya. Selanjutnya saya diminta untuk berbelanja sendiri jika kebutuhannya sudah habis." Terangku.
"Ghiffa itu gak pernah mau kalau saya mintain dia buat nemenin saya belanja. Waktu ART sebelum kamu juga gak pernah dia anterin seperti itu. Aneh banget kok dia mau repot-repot anterin kamu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Natha
sudah punya pacar?
netizens mendadak kecewa 🤣🤣🤣
2024-08-31
2
Erni Fitriana
jangan...jangannnnnnnn🤔🤔🤔🤔
2024-06-04
0
meE😊😊
ya krn ayana spesial🤭🤭
2023-08-08
1