Bab 15: Ancaman yang Mendebarkan

"Suatu hari lo akan bersyukur karena udah ngasih ciuman pertama lo sama gue. " Ucap Ghiffa. Entah mengapa ia terdengar sangat yakin.

Aku beranjak dari tepi tempat tidurnya dan berjalan menjauhi Ghiffa yang berjongkok di depanku. Melihat aku beranjak, dia juga berdiri menghadapku.

"Tuan, sepertinya ciuman itu tidak artinya bagi anda. Tapi bagi saya itu sangat penting. Saya ingin memberikannya pada orang yang saya sayang. Bukan ke sembarang orang!" Ucapku emosi, seraya menahan air mataku yang jika saja aku mengedip pasti akan mengalir. Tidak. Aku tidak boleh meneteskan air mataku lagi di depan cowok gila ini.

"Terus lo mau marah sama gue? Lo mau minta gue tanggung jawab?" Sinisnya.

"Saya mau resign." Ucapku dengan mantap, "anda tidak perlu membayar gaji saya selama saya bekerja disini. Saya berterimakasih karena walaupun saya belum sebulan berada disini, saya bisa makan dan punya tempat bernaung dengan nyaman. Saya akan segera mencari pengganti saya sebagai ART yang mengurus Tuan. Maafkan saya. Saya permisi." Segera aku berjalan menuju pintu.

Tepat saat aku membalikkan badanku, Ghiffa membopong badanku. Sontak aku berteriak, "Tuan! Turunkan saya!" Aku terus meronta-ronta tapi sepertinya itu tidak membuat Ghiffa yang memiliki tubuh jauh lebih tinggi dariku, terpengaruh dengan rontaan badanku yang mungil ini.

Dia membawaku ke balkon kamarnya kemudian mendudukkanku di tepi balkon.

"Kalau lo terus gerak-gerak lo bakal jatoh. Liat di belakang lo. "

Ghiffa mendorongku sehingga tubuhku sedikit menggantung di balkon itu. Tangannya mencengkram kuat tanganku, namun bisa saja ia melepaskanku kapan saja. Aku menoleh ke pinggir dan melihat betapa tingginya ini. Aku baru sadar ini ada di lantai 20, seketika bulu kudukku berdiri dan tubuhku gemetar hebat.

Sontak aku mencengkram bagian lengan pada kaos yang Ghiffa kenakan, apa aku akan didorongnya ke bawah? Apa Ghiffa senekat itu?

"Tolong jangan dorong saya dari sini, Tuan! Saya mohon. Saya janji akan melakukan apapun yang Tuan mau!" suaraku bergetar saking takutnya.

Ghiffa terkekeh mendengar ucapanku, "Beneran?"

"Iya, Tuan. Saya janji saya akan lakukan apapun. Tapi tolong jangan dorong saya!" Teriakku putus asa. Aku masih ingin hidup! Aku ingin lulus kuliah dan bekerja. Aku juga ingin menikah. Tidak mungkin aku mati sekarang!

Malang sekali hidupku ini. Aku kira pekerjaan sebagai ART di apartemen milik orang kaya itu akan membuat hidupnya tentram dan nyaman. Diberi tempat tinggal dan juga gaji yang lumayan. Nyatanya aku malah mendapatkan majikan yang tidak waras seperti ini.

"Okay." Ghiffa siap bernegosiasi, "Pertama gue gak mau lo berhenti. Lo harus tetep jadi ART gue, sampai gue sendiri yang berhentiin lo. Lo ngerti?"

"Iya, Tuan. Saya gak akan berhenti." Jawabku tanpa pikir panjang. Biarlah yang penting aku selamat dulu dari sini.

"Kedua, gue pengen lo cium gue minimal satu kali sehari."

"HAH?!"

Aku yang asalnya menangis ketakutan kini membelalakkan mataku selebar-lebarnya, dengan posisi tubuh masih menggantung di sisi balkon, pada cowok nekat yang masih mencengkram tanganku ini.

Dia benar-benar sudah gila!

"Lo gak mau?" Tanya Ghiffa. Seketika ia melonggarkan cengkraman tangannya pada tanganku, membuatku melingkarkan tanganku di sekeliling lehernya dengan sangat erat.

"Iya, Tuan. Iya!" Ujarku segera.

"Janji?"

"Iya, Tuan saya janji!"

Ghiffa menarik pinggangku. Rasa takut masih menguasaiku, nafas dan jantungku terus menderu, dan tanpa sadar aku masih memeluknya.

Aku lega karena kini tubuhku tidak lagi menggantung di sisi balkon. Namun saat aku sadar, aku merasakan tangan Ghiffa juga memelukku.

Apa maksud dari pelukannya ini? Baru saja ia akan mendorongku jatuh, namun sekarang ia memelukku dengan sangat erat. Seakan ingin menenangkanku.

Tinggal bersamanya lebih lama aku bisa benar-benar gila!

"Sekarang kasih jatah gue hari ini. "

Aku melepas pelukannya dan menatapnya tercengang, "yang Tuan katakan tadi serius? "

"Iyalah, lo kira gue bercanda?" Tatapannya mengatakan bahwa ia berkata jujur.

"Ayo, tunggu apa lagi?" Ujarnya. Ia mendekatkan wajahnya padaku.

Apakah aku harus benar-benar melakukan ini? Mimpi apa sih aku semalam?

Kuhela nafasku. Lalu ku tutup mataku, "Tuan saja yang lakukan. Saya pasrah." Ucapku lesu.

Beberapa saat tidak terjadi apapun. Hingga aku merasa pinggangku diangkat dan seketika aku sudah berdiri di lantai balkon. Aku membuka mataku dan menatap Ghiffa dengan bingung.

"Tuan.. "

"Gue gak mau gue yang cium lo. Perjanjiannya juga lo yang cium gue. " Ia melangkah masuk ke kamarnya, "sekarang lo masak dulu. Gue laper. Inget lo temenin gue makan. Setelah itu lo masuk lagi ke kamar gue dan lo harus cium gue. "

Kemudian, setelah itu aku memasak dan karena Ghiffa memaksa, kami pun menyantap makan malam itu bersama-sama. Aku memainkan makan malamku dengan malas tanpa memakannya, merasa tidak terlalu lapar. Juga karena orang yang duduk di depanku ini membuatku tidak berselera untuk makan.

"Kenapa lo?" Tanya Ghiffa sambil terus melahap makanannya.

Aku menghela nafas. Malas rasanya untuk menjawabnya.

"Kalau ditanya tuh dijawab. Bukan diem aja." Ujar Ghiffa sedikit meninggikan suaranya.

"Gak apa-apa, Tuan." Cicitku, "Saya hanya merasa lebih nyaman makan di dalam kamar."

"Udah gue bilang. Lo harus makan disini setiap kali waktu makan." Tegas Ghiffa.

Aku tidak menjawab apa-apa, begitu juga Ghiffa sibuk menghabiskan makanannya. Kami terdiam sampai ia beranjak setelah meminum air putih.

"Gue tunggu di kamar." Ucap Ghiffa seraya melangkahkan kakinya menuju kamar.

Aku hanya bisa menatapnya dengan tatapan tidak percaya. Dia benar-benar ingin aku masuk ke kamarnya dan melakukan itu?

Aku pun membereskan meja makan dan masuk ke kamar Ghiffa. Ia sedang duduk di bersandar pada headboard tempat tidurnya. Ghiffaa menepuk-nepuk tempat tidurnya sambil memandang ke arahku. Ia ingin aku duduk disana.

Dengan pasrah aku melangkahkan kakiku mendekat padanya. Aku duduk di samping Ghiffa.

Ia meraih rambutku dan menyelipkannya pada belakang telingaku. Tubuhku reflek tersentak kaget karena apa yang dilakukannya.

"Tenang gue gak akan bilang sama cowok lo itu, dan juga cewek gue." Ucapnya seraya tersenyum puas.

Mendengar ucapan Ghiffa membuatku semakin merasa bersalah pada Zayyan. Kenapa dia sangat tidak berperasaan seperti ini? Apa dia tidak memikirkan bagaimana perasaan pacarnya?

"Saya akan melakukannya, tapi setelah itu saya akan langsung ke kamar saya." Aku meminta keringanan.

Ghiffa menggelengkan kepalanya, "itu beda lagi. Lo tetep harus nemenin gue tidur."

"Tuan, saya benar-benar lelah. Setidaknya saya mohon untuk hari ini saja." Aku menangkupkan tanganku padanya, memohon dengan sangat.

"Terus gue gak tidur sampe pagi, gitu maksud lo? Lo tahu sendiri gue gak bisa tidur kalau gak ada orang deket gue."

Aku menghela nafas. Sudahlah, percuma saja aku mendebatnya. Kepalanya sekeras batu.

"Ya sudah." Cicitku.

Perlahan aku duduk bergeser mendekat padanya. Aku menelan salivaku. Ku dekatkan wajahku padanya perlahan Ghiffa pun menutup matanya.

Semakin dekat dan... aku mencium pucuk hidung Ghiffa.

Sudah. Sudah aku lakukan.

Aku segera beranjak dari samping Ghiffa.

"Kok di hidung?!" Protesnya.

"Tuan gak bilang tadi saya harus cium dimana. Jadi sudah. Jatah Tuan hari ini udah saya berikan."

Aku segera berlari menuju pintu.

"Hey lo mau kemana?!"

Aku menoleh sekilas padanya, "ke toilet. " Segera kubuka pintu kamar Ghiffa dan menutupnya lagi.

Aku merasakan nafas dan jantungku melaju cepat, pipiku terasa panas. "Kenapa aku deg-degan gini seudah cium Ghiffa?"

Terpopuler

Comments

Natha

Natha

ntar juga terbiasa nyium🤣
malah nagih pengen nyium 🤣🤭

2024-08-31

2

Erni Fitriana

Erni Fitriana

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2024-06-04

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Menjadi ART
2 Bab 2: Hyuga
3 Bab 3: Alghiffari Airlangga
4 Bab 4: Tuan Muda Menyebalkan
5 Bab 5: Takut Tidur Sendiri
6 Bab 6: Anak Badung
7 Bab 7: Berpacaran dengan Zayyan
8 Bab 8: Satu Sendok Es Krim
9 Bab 9: Seperti Kencan
10 Bab 10: Alghazali Airlangga
11 Bab 11: Jangan Temui Gazha lagi
12 Bab 12: Kejadian di Danau
13 Bab 13: Menghindar
14 Bab 14: Sudut Pandang Ghiffa
15 Bab 15: Ancaman yang Mendebarkan
16 Bab 16: Hyuga = Zayyan?
17 Bab 17: SMA Centauri
18 Bab 18: Pembuat Onar
19 Bab 19: Kecurigaan
20 Bab 20: Terlanjur Sayang
21 Bab 21: Perayaan Satu Bulan
22 Bab 22: Seperti Kencan (part 2)
23 Bab 23: Makan Malam (Romantis?)
24 Bab 24: Menyadari Perasaan
25 Bab 25: Terungkap
26 Bab 26: Zayyan bukan Hyuga
27 Bab 27: Patah Hati
28 Bab 28: Hari yang Berat
29 Bab 29: Tempat Bersandar
30 Bab 30: Awal yang Baru
31 Bab 31: Menelaah Hati
32 Bab 32: Kesalahan Nyonya Natasha
33 Bab 33: Klarifikasi pada Zalfa
34 Bab 34: Tidak Pandang Bulu
35 Bab 35: Cerita yang Familiar
36 Bab 36: Lari dari Kenyataan
37 Bab 37: Menolak
38 Bab 38: Membuat Ayana Jatuh Cinta
39 Bab 39: Nama yang Kembali Terdengar
40 Bab 40: Dilema
41 Bab 41: I am so Into You
42 Bab 42: Membuat Kesepakatan
43 Bab 43: Ghiffa Rasa Hyuga
44 Bab 44: Syarat Tambahan
45 Bab 45: Ghiffa dan Ghaza
46 Bab 46: Hubungan yang Buruk
47 Bab 47: Tindakan Nekat
48 Bab 48: Hanya Aku
49 Bab 49: Hukuman untuk Ghiffa
50 Bab 50: Si Tuan Manja
51 Bab 51: Rendah Diri
52 Bab 52: Sikap Ghaza
53 Bab 53: Merasa Bersalah
54 Bab 54: Kejadian Sebenarnya
55 Bab 55: Bumerang
56 Bab 56: Hyuganya Aya, Ayanya Hyuga
57 Bab 57: Badai Belum Usai
58 Bab 58: Cerita tentang Ghiffa
59 Bab 59: Cerita tentang Ghiffa (part 2)
60 Bab 60: Pelangi Setelah Badai
61 Bab 61: Hasil Keringat Sendiri
62 Bab 62: Wajah Baru
63 Bab 63: Jaga Hati
64 Bab 64: Ghiffa yang Sesungguhnya
65 Bab 65: Ayana adalah Pacarku
66 Bab 66: Kesempatan Bagus
67 Bab 67: Kembali Tahu Diri
68 Bab 68: Menemani Ghaza
69 Bab 69: Menculik Ayana
70 Bab 70: Hanya, Kamu Bilang?
71 Bab 71: Sudut Pandang Berbeda
72 Bab 72: Mempertahankan
73 Bab 73: Gadis Berhati Murni
74 Bab 74: Kampung Halaman
75 Bab 75: However You Are
76 Bab 76: Sandiwara Tugas Projek
77 Bab 77: Menengok Secuil Masa Lalu
78 Bab 78: Yakin Seratus Persen
79 Bab 79: Kejadian tak Terduga
80 Bab 80: Mendadak Suami-Istri
81 Bab 81: Istriku
82 Bab 82: Bapak
83 Bab 83: Pertama Kali
84 Bab 84: Aa Ghiffa
85 Bab 85: Pulang Nanti
86 Bab 86: Kiriman Makanan
87 Bab 87: Sudah Bersuami
88 Bab 88: Lagi, Kiriman dari Ghaza
89 Bab 89: Cincin Berlian Kecil
90 Bab 90: Bertemu Mama Mertua
91 Bab 91: Natasha dan Lucas
92 Bab 92: Di Hotel
93 Bab 93: Morning Sweet Talk
94 Bab 94: Pencarian Ayana
95 Bab 95: Apartemen V Unit 2008
96 Bab 96: Tidak apa-apa
97 Bab 97: Cinta itu Tidak Ada
98 Bab 98: Menangis Bersama Belva
99 Bab 99: Menimpa Jejak
100 Bab 100: Tekad Perempuan yang tersakiti
101 Bab 101: Persiapan Pembalasan
102 Bab 102: Teman Kencan Ghaza
103 Bab 103: Pusat Perhatian
104 Bab 104: Kakak Terbaik
105 Bab 105: Restu
106 Bab 106: Belum Selesai
107 Bab 107: Ungkapan Cinta Ghaza
108 Bab 108: Pergi dari Rumah
109 Bab 109: Menuruti Kenekatan Ghiffa
110 Bab 110: Ghiffa Sang Pemenang
111 Bab 111: Waspada pada Ghaza
112 Bab 112: Memori Buruk
113 Bab 113: Selalu Seperti Ini
114 Bab 114: Pemandangan Menyakitkan
115 Bab 115: Nasehat Lucas
116 Bab 116: Pesona Ayana
117 Bab 117: Trauma
118 Bab 118: Sembuh
119 Bab 119: Bertemu Ghaza Lagi
120 Bab 120: Selamat Berusia 19 Tahun
121 Bab 121: Hadiah dari Tuan Musa
122 Bab 122: Sebelum Acara
123 Bab 123: Jamuan Pernikahan
124 Bab 124: Ghiffa yang Tenang
125 Bab 125: Positive Vibes
126 Bab 126: Honeymoon
127 Bab 127: Berharap Ini Hanya Mimpi Buruk
128 Bab 128: Tidak Berdaya
129 Bab 129: Demi sang Putra
130 Bab 130: Prinsip dan Ego
131 Bab 131: Hati Seorang Ayah
132 Bab 132: Mati Rasa
133 Bab 133: Pulih untuk Ghiffa
134 Bab 134: Bangun
135 Bab 135: Menghargai Diri Sendiri
136 Bab 136: Melandai
137 Bab 137: Ikhlas
138 Bab 138: Lupa atau Pura-pura?
139 Bab 139: Merajuk
140 Bab 140: Ghiffa Curang
141 Bab 141: Pesta Ulang Tahun
142 Bab 142: Papa dan Mama
143 Bab 143: Satu Bulan Kemudian
144 Bab 144: Resepsi
145 Bab 145: Mimpi (end)
146 Ekstra 1: Mengejar Cinta Ghaza
147 Ekstra 2: Mengejar Cinta Ghaza (part 2)
148 Ekstra 3: Mengejar Cinta Ghaza (part 3)
149 Ekstra 4: Visual Novel
150 Ekstra 5: Promosi Novel Baru
151 Ekstra 6: Visual Novel (part 2)
152 Ekstra 7: Wanita Rahasia Daddy Zach
153 Ekstra 8: Pengorbanan Nayara
154 Ekstra 9: Om Rey Tersayang
155 Ekstra 10: Marry Me, Dev
156 Ekstra 11: My Big Girl
157 Ekstra 12: Single Mom
158 Ekstra 13: Miss Rania, I Love you
159 Ekstra 14: Selingkuh Itu Indah
160 Ekstra 15: Mengejar Cinta Nabila
161 Ekstra 16: Jodohkah Kita?
Episodes

Updated 161 Episodes

1
Bab 1: Menjadi ART
2
Bab 2: Hyuga
3
Bab 3: Alghiffari Airlangga
4
Bab 4: Tuan Muda Menyebalkan
5
Bab 5: Takut Tidur Sendiri
6
Bab 6: Anak Badung
7
Bab 7: Berpacaran dengan Zayyan
8
Bab 8: Satu Sendok Es Krim
9
Bab 9: Seperti Kencan
10
Bab 10: Alghazali Airlangga
11
Bab 11: Jangan Temui Gazha lagi
12
Bab 12: Kejadian di Danau
13
Bab 13: Menghindar
14
Bab 14: Sudut Pandang Ghiffa
15
Bab 15: Ancaman yang Mendebarkan
16
Bab 16: Hyuga = Zayyan?
17
Bab 17: SMA Centauri
18
Bab 18: Pembuat Onar
19
Bab 19: Kecurigaan
20
Bab 20: Terlanjur Sayang
21
Bab 21: Perayaan Satu Bulan
22
Bab 22: Seperti Kencan (part 2)
23
Bab 23: Makan Malam (Romantis?)
24
Bab 24: Menyadari Perasaan
25
Bab 25: Terungkap
26
Bab 26: Zayyan bukan Hyuga
27
Bab 27: Patah Hati
28
Bab 28: Hari yang Berat
29
Bab 29: Tempat Bersandar
30
Bab 30: Awal yang Baru
31
Bab 31: Menelaah Hati
32
Bab 32: Kesalahan Nyonya Natasha
33
Bab 33: Klarifikasi pada Zalfa
34
Bab 34: Tidak Pandang Bulu
35
Bab 35: Cerita yang Familiar
36
Bab 36: Lari dari Kenyataan
37
Bab 37: Menolak
38
Bab 38: Membuat Ayana Jatuh Cinta
39
Bab 39: Nama yang Kembali Terdengar
40
Bab 40: Dilema
41
Bab 41: I am so Into You
42
Bab 42: Membuat Kesepakatan
43
Bab 43: Ghiffa Rasa Hyuga
44
Bab 44: Syarat Tambahan
45
Bab 45: Ghiffa dan Ghaza
46
Bab 46: Hubungan yang Buruk
47
Bab 47: Tindakan Nekat
48
Bab 48: Hanya Aku
49
Bab 49: Hukuman untuk Ghiffa
50
Bab 50: Si Tuan Manja
51
Bab 51: Rendah Diri
52
Bab 52: Sikap Ghaza
53
Bab 53: Merasa Bersalah
54
Bab 54: Kejadian Sebenarnya
55
Bab 55: Bumerang
56
Bab 56: Hyuganya Aya, Ayanya Hyuga
57
Bab 57: Badai Belum Usai
58
Bab 58: Cerita tentang Ghiffa
59
Bab 59: Cerita tentang Ghiffa (part 2)
60
Bab 60: Pelangi Setelah Badai
61
Bab 61: Hasil Keringat Sendiri
62
Bab 62: Wajah Baru
63
Bab 63: Jaga Hati
64
Bab 64: Ghiffa yang Sesungguhnya
65
Bab 65: Ayana adalah Pacarku
66
Bab 66: Kesempatan Bagus
67
Bab 67: Kembali Tahu Diri
68
Bab 68: Menemani Ghaza
69
Bab 69: Menculik Ayana
70
Bab 70: Hanya, Kamu Bilang?
71
Bab 71: Sudut Pandang Berbeda
72
Bab 72: Mempertahankan
73
Bab 73: Gadis Berhati Murni
74
Bab 74: Kampung Halaman
75
Bab 75: However You Are
76
Bab 76: Sandiwara Tugas Projek
77
Bab 77: Menengok Secuil Masa Lalu
78
Bab 78: Yakin Seratus Persen
79
Bab 79: Kejadian tak Terduga
80
Bab 80: Mendadak Suami-Istri
81
Bab 81: Istriku
82
Bab 82: Bapak
83
Bab 83: Pertama Kali
84
Bab 84: Aa Ghiffa
85
Bab 85: Pulang Nanti
86
Bab 86: Kiriman Makanan
87
Bab 87: Sudah Bersuami
88
Bab 88: Lagi, Kiriman dari Ghaza
89
Bab 89: Cincin Berlian Kecil
90
Bab 90: Bertemu Mama Mertua
91
Bab 91: Natasha dan Lucas
92
Bab 92: Di Hotel
93
Bab 93: Morning Sweet Talk
94
Bab 94: Pencarian Ayana
95
Bab 95: Apartemen V Unit 2008
96
Bab 96: Tidak apa-apa
97
Bab 97: Cinta itu Tidak Ada
98
Bab 98: Menangis Bersama Belva
99
Bab 99: Menimpa Jejak
100
Bab 100: Tekad Perempuan yang tersakiti
101
Bab 101: Persiapan Pembalasan
102
Bab 102: Teman Kencan Ghaza
103
Bab 103: Pusat Perhatian
104
Bab 104: Kakak Terbaik
105
Bab 105: Restu
106
Bab 106: Belum Selesai
107
Bab 107: Ungkapan Cinta Ghaza
108
Bab 108: Pergi dari Rumah
109
Bab 109: Menuruti Kenekatan Ghiffa
110
Bab 110: Ghiffa Sang Pemenang
111
Bab 111: Waspada pada Ghaza
112
Bab 112: Memori Buruk
113
Bab 113: Selalu Seperti Ini
114
Bab 114: Pemandangan Menyakitkan
115
Bab 115: Nasehat Lucas
116
Bab 116: Pesona Ayana
117
Bab 117: Trauma
118
Bab 118: Sembuh
119
Bab 119: Bertemu Ghaza Lagi
120
Bab 120: Selamat Berusia 19 Tahun
121
Bab 121: Hadiah dari Tuan Musa
122
Bab 122: Sebelum Acara
123
Bab 123: Jamuan Pernikahan
124
Bab 124: Ghiffa yang Tenang
125
Bab 125: Positive Vibes
126
Bab 126: Honeymoon
127
Bab 127: Berharap Ini Hanya Mimpi Buruk
128
Bab 128: Tidak Berdaya
129
Bab 129: Demi sang Putra
130
Bab 130: Prinsip dan Ego
131
Bab 131: Hati Seorang Ayah
132
Bab 132: Mati Rasa
133
Bab 133: Pulih untuk Ghiffa
134
Bab 134: Bangun
135
Bab 135: Menghargai Diri Sendiri
136
Bab 136: Melandai
137
Bab 137: Ikhlas
138
Bab 138: Lupa atau Pura-pura?
139
Bab 139: Merajuk
140
Bab 140: Ghiffa Curang
141
Bab 141: Pesta Ulang Tahun
142
Bab 142: Papa dan Mama
143
Bab 143: Satu Bulan Kemudian
144
Bab 144: Resepsi
145
Bab 145: Mimpi (end)
146
Ekstra 1: Mengejar Cinta Ghaza
147
Ekstra 2: Mengejar Cinta Ghaza (part 2)
148
Ekstra 3: Mengejar Cinta Ghaza (part 3)
149
Ekstra 4: Visual Novel
150
Ekstra 5: Promosi Novel Baru
151
Ekstra 6: Visual Novel (part 2)
152
Ekstra 7: Wanita Rahasia Daddy Zach
153
Ekstra 8: Pengorbanan Nayara
154
Ekstra 9: Om Rey Tersayang
155
Ekstra 10: Marry Me, Dev
156
Ekstra 11: My Big Girl
157
Ekstra 12: Single Mom
158
Ekstra 13: Miss Rania, I Love you
159
Ekstra 14: Selingkuh Itu Indah
160
Ekstra 15: Mengejar Cinta Nabila
161
Ekstra 16: Jodohkah Kita?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!