Aku segera membalasnya.
[Ayana] : Bentar ya, Ga.
Dengan segera aku memotong sebuah lemon dan memerasnya dengan alat yang memang sudah tersedia di dapur berdesain elegan itu. Aku berikan sedikit gula dan aku seduh menggunakan sedikit air panas agar gulanya larut. Kemudian aku tuangkan air dingin lengkap dengan beberapa bongkah es batu kecil. Aku letakkan di atas nampan dan menyimpannya di ruang tengah.
Aku melihat sepatu yang tadi dikenakan Alghiffari tergeletak begitu saja di depan sofa. Adikku Asha yang masih SD saja sepertinya sudah jauh lebih mandiri dari majikanku itu, karena Asha selalu meletakkan sepatunya di rak sepatu setelah ia membukanya. Sedangkan cowok ini, umurnya sudah 18 tahun namun masih belum bisa mengurus dirinya sendiri, dumelku dalam hati.
Aku meraih sepatu itu dan aku letakkan di lemari sepatu dekat pintu masuk. Kemudian aku melangkah menuju kamar Alghiffari dan mengetuknya.
"Tuan, lemonadenya sudah tersedia di meja." Ucapku agak berteriak. Terdengar sahutan dari dalam dan akupun segera menuju kamarku, ingin segera membalas pesan dari Hyuga.
[Ayana] : Ga, maaf ya. Aku tadi lagi bikin minum dulu.
Tidak lama Hyuga segera membalasnya.
[Hyuga] : Gapapa, Ay. Kamu lagi apa sekarang?
[Ayana] : Lagi diem aja di kamar, kalau kamu lagi apa?
[Hyuga] : Sama. Aku juga lagi di kamar. Baru pulang banget nih.
[Ayana] : Sore banget, biasanya kamu 'kan agak siang pulang kerjanya hari ini.
Aku memang sudah hafal dengan jadwal Hyuga, sudah hampir 6 bulan aku ber-chat ria dengan teman mayaku ini. Dia bekerja di sebuah coffee shop sebagai seorang pramusaji. Usianya sama denganku tapi dia tidak melanjutkan kuliah, memilih bekerja agar bisa membantu ekonomi keluarganya.
[Hyuga] : Iya, tadi biasa aku main bola dulu.
[Ayana] : Tiada hari tanpa main bola deh kayaknya kamu.
[Hyuga] : Hehe, tahu aja. 'kan kamu sendiri tahu aku mau kayak Kojiro Hyuga, jadi atlet bola profesional. Cuma sekarang lagi nyangkut dulu jadi pelayan di coffee shop.
Teman mayaku ini memang sangat mengidolakan tokoh Kojiro Hyuga, rival Tsubasa Ozora di serial kartun klasik, Captain Tsubasa. Karena sama-sama menyukai serial inilah, aku dan Hyuga menjadi sangat dekat.
[Ayana] : Semoga kesampean deh. wkwkwk
[Hyuga] : Gak ikhlas gitu doainnya ada 'wkwk'nya.
[Ayana] : (emoji senyum sambil menutup mulut dengan tangan)
[Hyuga] : Eh, Ay. Gimana jadinya jawaban kamu? Udah kamu pikirin pertanyaan aku kemarin?
[Ayana] : Aku udah bilang 'kan, aku pengen kita ketemu dulu. Aku gak mau pacaran sama orang yang belum pernah aku temuin, bahkan nama asli dan wajah kamu kayak gimana aja aku gak tahu.
[Hyuga] : Gak bisa gitu kayak gini aja. Chat dan telepon kayak biasa, tapi status kita bukan temenan lagi, tapi jadi pacar.
Begitulah, aku dan Hyuga sudah sedekat itu. Bahkan ia sampai memintaku menjadi pacarnya. Sebenarnya aku tidak ingin bertemu, tidak ingin jika Hyuga akan hilang perasaan padaku saat melihatku. Aku memang kurang percaya diri. Aku tidak terlalu cantik. Aku akui itu.
Maka dari itu aku tidak siap kehilangan sosok yang selalu menemaniku selama 6 bulan ini. Tidak juga untuk melangkah lebih jauh seperti yang diharapkan oleh Hyuga, ke tahap berpacaran. Tidak, sungguh aku tidak siap dengan semua perubahan yang akan terjadi. Aku terlanjur berada di zona nyaman ini.
Hyuga terus menerus meminta kejelasan dari hubungan kami. Namun jika harus berpacaran, aku tidak bisa dengan cara seperti ini. Memiliki hubungan tapi tidak tahu wajahnya seperti apa dan namanya siapa, serta bagaimana kehidupan sebenarnya di dunia nyata. Meskipun aku merasa nyaman dengannya tetap saja aku tidak mau. Berpacaran haruslah di dunia nyata dengan wujud dan perasaan yang nyata pula. Maka dari itu, aku memberanikan diriku untuk mengambil resiko.
[Ayana] : Makanya kita harus ketemu. Kalau kamu masih suka sama aku setelah kita ketemu, aku mau jadi pacar kamu.
Begitulah, aku benar-benar bertaruh. Jika saat bertemu Hyuga tetap menyukaiku, aku akan sangat bersyukur dan tentunya sangat bahagia. Namun jika tidak, aku harus mempersiapkan hatiku kehilangan dia.
[Hyuga] : Kita selama ini udah nyaman banget 'kan ngobrol kayak gini. Kamu udah tahu aku suka kamu, aku juga tahu kamu suka sama aku. Kita gak perlu sampai ketemu. Kita pacaran di dunia maya aja.
Memang, akupun sudah menyatakan perasaanku pada Hyuga. Katakanlah aku ini aneh, tapi perasaan ini memang benar aku rasakan pada laki-laki yang entah seperti apa rupanya itu. Tapi perhatian, selera humor, kesamaan kami dalam menyukai anime klasik, dia yang tidak mempermasalahkan aku yang seorang Kpopers, dan juga perasaan nyaman saat kami mengobrol, benar-benar membuat perasaan ini tumbuh begitu saja pada teman mayaku itu. Aku benar-benar tidak peduli seperti apa rupa seorang Hyuga, asalkan pribadinya masih seperti Hyuga yang aku kenal, maka aku akan tetap menyukainya.
[Ayana] : Aku gak mau kalau kayak gitu, Ga. Kalau kamu maunya pacaran, kita harus ketemu dulu. Kalau gak mau, ya udah kita tetep kayak gini aja.
[Hyuga] : Please dong, Ay. Emang kamu gak mau kita punya status? Kita udah deket terlalu lama. Harusnya kita udah pacaran sekarang.
[Ayana] : Kamu kenapa sih bisa segitunya pengen aku jadi pacar kamu? Dan kenapa juga kamu gak mau ketemu?
[Hyuga] : Aku pengen lebih dari sekedar temen sama kamu. Kita bisa punya status dulu aja. Nanti kalau udah makin cocok, baru kita pikirin buat ketemuan.
[Ayana] : Gini deh, senggaknya kita tukeran foto dulu. Gimana?
Hyuga membaca chat dariku itu, tapi ia tidak balas lagi. Aku menjadi sedikit resah.
Ah, sudahlah. Akupun tidak ingin mempermasalahkannya. Aku melirik jam di sudut atas layar ponselku. Sudah waktunya aku untuk segera menyiapkan makan malam untuk majikanku.
Aku menyimpan ponselku di kamar dan berjalan menuju dapur. Aku melihat daftar menu makanan yang sudah dibuat oleh Bi Dini. Untuk malam ini menunya adalah ayam goreng tepung dan capcay cumi. Akupun segera mempersiapkan bahan-bahannya.
Saat sedang mengiris sayuran, Alghiffari keluar dari kamarnya. Kembali aku terperangah dibuatnya. Ia menggunakan pakaian santainya dan itu membuatnya semakin tampan. Ia menggunakan hoodie berwarna hitam, celana jeans hitam dengan model robek-robek di beberapa bagian. Kini ia berjalan menuju lemari sepatu di dekat pintu dan kembali ke sofa ruang tengah untuk memakai sepatu vans hitamnya. Jujur, ini menjadi pemandangan yang akan membuatku betah juga bekerja disini.
Manusiawi bukan seorang perempuan menyukai ketampanan seorang laki-laki?
"Tuan, apa tuan mau pergi? Pulang jam berapa, ya?" Tanyaku.
Alghiffari menoleh tajam ke arahku, "Ngapain lo nanya-nanya?!"
Sekali lagi kekagumanku pada ketampanannya menguap begitu saja mendengar cara bicaranya yang begitu menyentil perasaanku. Tidak bisakah dia berbicara dengan lebih sopan dan lebih baik? Sekalipun aku hanya asisten rumah tangganya, aku ini lebih tua darinya. Walaupun hanya 3 tahun, sih.
"Saya mau masak untuk makan malam, Tuan. Jika tuan Alghiffari akan pergi, saya akan menyiapkannya nanti saat tuan kembali, supaya makanannya masih hangat." Aku menjelaskan dengan sabar dan sesopan mungkin. Namun cowok itu seperti tidak mendengarku. Ia malah sibuk membuka ponselnya, kemudian berjalan menuju pintu keluar setelah meraih sebuah kunci dari meja dekat TV.
Aku mendengus. Ya sudah, aku akan memotong-motong dulu saja sayuran dan semua bahan. Saat tuan muda menyebalkan itu pulang, baru aku akan memasaknya. Lagipula memasak capcay dan menggoreng ayam tepung tidak akan lama.
"Gue pulang jam 10." Aku mendongak saat sedang mengiris sayuran. Wajah tampan Alghiffari menatapku dari jarak kurang dari dua meter, dan itu membuatku tertegun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Erni Fitriana
kak lalati🥰🥰🥰🥰🥰🥰
2024-06-04
1
vaniii_luvluvʕ •ᴥ•ʔ💞💗💘
kok aku curiga kalo dia itu....
2023-09-21
3
rista_su
menarik. semoga yg lain jg suka yha..
2023-06-16
1