Bab 11: Jangan Temui Gazha lagi

Langkahku terseok tatkala Ghiffa terus menggenggam tanganku sembari menuruni tangga. Ia terus berjalan dengan cepat menuju pintu keluar.

"Tuan, tunggu!" Ucapku saat kami sudah berada di teras rumah mewah itu. "Tuan, saya harus membawa bahan masakan yang sudah disiapkan untuk Tuan!"

Langkah Ghiffa melambat dan kemudian berhenti di depan sebuah motor besar berwarna hijau muda yang terparkir di halaman rumah itu. Ia menatapku, masih dengan amarah di kedua matanya, "ngapain lo datang kesini?"

"Saya diminta datang kesini oleh Nyonya Natasha, Tuan." Jawabku apa adanya.

"Terus kenapa lo gak bales chat gue! Telepon juga gak diangkat! Dan apa tadi? Lo ngapain di kamar abang gue?" Selorohnya.

Aku mengeluarkan ponselku, setahuku sejak tadi tidak ada telepon atau pesan dari Ghiffa. "Tidak ada chat ataupun telepon dari Tuan, lihat." Aku menampilkan layar ponselku padanya.

Entah hanya perasaanku atau Tuan Ghiffa memang terlihat gelagapan.

"Ayana!" Tiba-tiba saja Bi Susi keluar dari pintu dengan membawa satu rantang plastik yang berisi bahan masakan tadi yang sudah disiapkannya dan menyerahkannya padaku. "Kirain udah pergi. Tuan Ghiffa, gimana kabarnya? Udah jarang main kesini. Nih, Bibi siapin masakan buat Tuan."

"Bibi kayak gak tahu aja kenapa gue jarang kesini. Nanti ada yang ngamuk kalau gue disini." Ucap Ghiffa seraya memakai helm dan menunggangi motor besarnya.

Aku baru tahu jika Ghiffa memiliki motor juga. Karena selama ini ia selalu memakai mobilnya.

"Gak ketemu Tuan Besar sama Nyonya dulu, Tuan. Tuan Besar sering nanyain Tuan, loh." Bujuk Bi Susi.

"Entar lagi aja, deh. Lagian Papa 'kan udah ada anaknya yang satu lagi." Ghiffa menyerahkan helmnya padaku, "Buruan naik."

Aku menerima helm yang diberikannya padaku, "Tuan saya pakai ojek online aja, ya." Rasanya tidak enak dan tidak lazim saja, lagi-lagi aku harus seperti 'diantar atau dijemput' oleh majikanku ini.

"Lo banyak ngomong banget sih?! Tinggal pake helmnya terus lo naik ke belakang gue, udah selesai! Protes mulu kerjaan lo!" Dumelnya.

Aku tidak mau berdebat lagi. Otak dan hatiku terasa diremas kuat jika mendengar Ghiffa sudah berteriak seperti itu. Aku pun mulai memakai helm itu dan berdiri di depan motornya bersiap untuk naik. Tapi jujur aku kebingungan, bagaimana cara aku naik? Jok belakangnya tinggi sekali.

"Lo nunggu apalagi? Cepetan naik!" Ucapnya tidak sabar.

"Joknya tinggi sekali, Tuan."

Ghiffa menghela nafas dan meraih rantang yang aku pegang. Tangan lainnya menepuk bahunya, "Megang kesini."

Aku pun menurut. Aku pegang bahu Ghiffa untuk menyangga tubuhku agar bisa naik ke jok di belakangnya, dan sesaat kemudian aku sudah duduk di belakang majikanku yang masih menggunakan seragam sekolahnya dibalik jaket denim belel dengan motif banyak coretan abstrak pada bagian punggungnya.

Ghiffa segera menyalakan motornya dan melajukannya. Aku mengangguk pada Bi Susi untuk berpamitan.

Tidak lama motor itu melaju lebih kencang. Hampir saja aku terjengkang ke belakang. Reflek aku mencengkram jaket yang Ghiffa kenakan.

"Pegangan." Ghiffa menarik sebelah tanganku dan menaruhnya di perutnya. Aku mencengkram bagian kancing seragamnya agar tidak menyentuh langsung ke perutnya.

Aku merasakan jantungku berdebar. Tubuhku kini menempel pada punggung Ghiffa. Namun aku tidak bisa menjauh, karena aku takut jika hampir jatuh lagi seperti tadi, sementara majikanku ini melajukan motornya dengan gila-gilaan.

Ghiffa terus melajukan motornya. Tapi tidak tahu kemana ia akan membawaku, karena jalan yang dilaluinya kini bukan jalan menuju apartemennya. Aku tidak berani untuk bertanya sehingga akupun diam saja.

Kemudian kami memasuki sebuah perumahan elit. Perumahan itu sangat luas. Terdapat banyak pohon palem di sisi kanan kiri dan juga tengah jalan kompleks itu. Ghiffa terus melajukan motornya masuk lebih dalam. Hingga beberapa menit kemudian kami sampai di sebuah danau, tepat di sisi kiri jalan.

Ghiffa mematikan motornya dan membuka helmnya. Kemudian ia menstandarkan motornya dan turun dari motor itu. Aku sendiri bingung akan turun dari motor itu bagaimana.

"Lo gak akan turun?" Tanya Ghiffa.

"Iya, Tuan." Jawabku. Kemudian Ghiffa menangkap kebingunganku dan mengambil rantang yang aku pegang. Tangan lainnya mengulur padaku.

Beberapa detik aku menatap tangan itu.

"Cepetan pegang tangan gue." Ucap Ghiffa tidak sabar. Aku pun menurut dan menyanggakan beban tubuhku pada tangan Ghiffa dan akhirnya aku bisa turun dari motor itu.

Ghiffa masih memegang tanganku dan membawaku ke tepi danau. Ada beberapa kursi taman di sana. Ghiffa membimbingku untuk duduk di salah satu kursi yang berada di bawah sebuah pohon rindang.

"Tuan..." aku tidak tahu bagaimana cara mengatakan agar Ghiffa melepaskan tanganku. Namun beberapa detik kemudian Ghiffa tersadar dan melepaskan tanganku itu. "Makasih, Tuan. Sini rantangnya." Aku meraihnya dan letakkan rantang itu di bawah, dekat kursi taman yang kami duduki.

Beberapa saat Ghiffa tidak berbicara. Ia menatap lurus pada danau di depan kami. Semilir angin menyapu rambut hitamnya. Matanya menyipit dan hidung mancungnya juga bibir tipis sedikit bergelombangnya... ah indah sekali.

"Kenapa? Gue ganteng sampai lo ngeliatih gue kayak gitu?" Suara beratnya tiba-tiba membuyarkan lamunanku.

Benar juga, kenapa aku menatapnya seperti itu?

"Maaf, Tuan." Aku pun mengalihkan pandanganku pada danau di depanku.

Sungguh tentram dan nyaman disini. Hening sekali. Sesekali terdengar gemerisik daun di atas kami yang tertiup angin. Riak air danau juga sungguh menarik perhatian.

"Kalau lo disuruh Mama ke rumah itu lagi, kabarin gue. Jangan kesana sendiri kalau gak ada gue." Tiba-tiba saja suara Ghiffa memecah lamunanku.

"Tapi Tuan. Saya gak mungkin seperti itu. Kalau Nyonya meminta saya datang kesana, saya harus segera datang." jelasku.

Sepertinya tidak akan ada ART yang meminta antar kepada majikannya untuk pergi ke suatu tempat, iya 'kan?

"Gue gak mau lo ketemu Ghaza kayak tadi." Lirihnya. Ada rasa sedih, takut, atau perasaan hangat dari nada bicara Ghiffa barusan.

Tanpa sadar aku menoleh ke arahnya lagi, dan dia sedang menatapku. Tatapan kamipun bertemu. Sorot mata Ghiffa seperti... memohon aku kira. "Gue mohon. Jangan temuin Ghaza lagi."

- - -

Terpopuler

Comments

Erni Fitriana

Erni Fitriana

cemburu nuh????😲

2024-06-04

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Menjadi ART
2 Bab 2: Hyuga
3 Bab 3: Alghiffari Airlangga
4 Bab 4: Tuan Muda Menyebalkan
5 Bab 5: Takut Tidur Sendiri
6 Bab 6: Anak Badung
7 Bab 7: Berpacaran dengan Zayyan
8 Bab 8: Satu Sendok Es Krim
9 Bab 9: Seperti Kencan
10 Bab 10: Alghazali Airlangga
11 Bab 11: Jangan Temui Gazha lagi
12 Bab 12: Kejadian di Danau
13 Bab 13: Menghindar
14 Bab 14: Sudut Pandang Ghiffa
15 Bab 15: Ancaman yang Mendebarkan
16 Bab 16: Hyuga = Zayyan?
17 Bab 17: SMA Centauri
18 Bab 18: Pembuat Onar
19 Bab 19: Kecurigaan
20 Bab 20: Terlanjur Sayang
21 Bab 21: Perayaan Satu Bulan
22 Bab 22: Seperti Kencan (part 2)
23 Bab 23: Makan Malam (Romantis?)
24 Bab 24: Menyadari Perasaan
25 Bab 25: Terungkap
26 Bab 26: Zayyan bukan Hyuga
27 Bab 27: Patah Hati
28 Bab 28: Hari yang Berat
29 Bab 29: Tempat Bersandar
30 Bab 30: Awal yang Baru
31 Bab 31: Menelaah Hati
32 Bab 32: Kesalahan Nyonya Natasha
33 Bab 33: Klarifikasi pada Zalfa
34 Bab 34: Tidak Pandang Bulu
35 Bab 35: Cerita yang Familiar
36 Bab 36: Lari dari Kenyataan
37 Bab 37: Menolak
38 Bab 38: Membuat Ayana Jatuh Cinta
39 Bab 39: Nama yang Kembali Terdengar
40 Bab 40: Dilema
41 Bab 41: I am so Into You
42 Bab 42: Membuat Kesepakatan
43 Bab 43: Ghiffa Rasa Hyuga
44 Bab 44: Syarat Tambahan
45 Bab 45: Ghiffa dan Ghaza
46 Bab 46: Hubungan yang Buruk
47 Bab 47: Tindakan Nekat
48 Bab 48: Hanya Aku
49 Bab 49: Hukuman untuk Ghiffa
50 Bab 50: Si Tuan Manja
51 Bab 51: Rendah Diri
52 Bab 52: Sikap Ghaza
53 Bab 53: Merasa Bersalah
54 Bab 54: Kejadian Sebenarnya
55 Bab 55: Bumerang
56 Bab 56: Hyuganya Aya, Ayanya Hyuga
57 Bab 57: Badai Belum Usai
58 Bab 58: Cerita tentang Ghiffa
59 Bab 59: Cerita tentang Ghiffa (part 2)
60 Bab 60: Pelangi Setelah Badai
61 Bab 61: Hasil Keringat Sendiri
62 Bab 62: Wajah Baru
63 Bab 63: Jaga Hati
64 Bab 64: Ghiffa yang Sesungguhnya
65 Bab 65: Ayana adalah Pacarku
66 Bab 66: Kesempatan Bagus
67 Bab 67: Kembali Tahu Diri
68 Bab 68: Menemani Ghaza
69 Bab 69: Menculik Ayana
70 Bab 70: Hanya, Kamu Bilang?
71 Bab 71: Sudut Pandang Berbeda
72 Bab 72: Mempertahankan
73 Bab 73: Gadis Berhati Murni
74 Bab 74: Kampung Halaman
75 Bab 75: However You Are
76 Bab 76: Sandiwara Tugas Projek
77 Bab 77: Menengok Secuil Masa Lalu
78 Bab 78: Yakin Seratus Persen
79 Bab 79: Kejadian tak Terduga
80 Bab 80: Mendadak Suami-Istri
81 Bab 81: Istriku
82 Bab 82: Bapak
83 Bab 83: Pertama Kali
84 Bab 84: Aa Ghiffa
85 Bab 85: Pulang Nanti
86 Bab 86: Kiriman Makanan
87 Bab 87: Sudah Bersuami
88 Bab 88: Lagi, Kiriman dari Ghaza
89 Bab 89: Cincin Berlian Kecil
90 Bab 90: Bertemu Mama Mertua
91 Bab 91: Natasha dan Lucas
92 Bab 92: Di Hotel
93 Bab 93: Morning Sweet Talk
94 Bab 94: Pencarian Ayana
95 Bab 95: Apartemen V Unit 2008
96 Bab 96: Tidak apa-apa
97 Bab 97: Cinta itu Tidak Ada
98 Bab 98: Menangis Bersama Belva
99 Bab 99: Menimpa Jejak
100 Bab 100: Tekad Perempuan yang tersakiti
101 Bab 101: Persiapan Pembalasan
102 Bab 102: Teman Kencan Ghaza
103 Bab 103: Pusat Perhatian
104 Bab 104: Kakak Terbaik
105 Bab 105: Restu
106 Bab 106: Belum Selesai
107 Bab 107: Ungkapan Cinta Ghaza
108 Bab 108: Pergi dari Rumah
109 Bab 109: Menuruti Kenekatan Ghiffa
110 Bab 110: Ghiffa Sang Pemenang
111 Bab 111: Waspada pada Ghaza
112 Bab 112: Memori Buruk
113 Bab 113: Selalu Seperti Ini
114 Bab 114: Pemandangan Menyakitkan
115 Bab 115: Nasehat Lucas
116 Bab 116: Pesona Ayana
117 Bab 117: Trauma
118 Bab 118: Sembuh
119 Bab 119: Bertemu Ghaza Lagi
120 Bab 120: Selamat Berusia 19 Tahun
121 Bab 121: Hadiah dari Tuan Musa
122 Bab 122: Sebelum Acara
123 Bab 123: Jamuan Pernikahan
124 Bab 124: Ghiffa yang Tenang
125 Bab 125: Positive Vibes
126 Bab 126: Honeymoon
127 Bab 127: Berharap Ini Hanya Mimpi Buruk
128 Bab 128: Tidak Berdaya
129 Bab 129: Demi sang Putra
130 Bab 130: Prinsip dan Ego
131 Bab 131: Hati Seorang Ayah
132 Bab 132: Mati Rasa
133 Bab 133: Pulih untuk Ghiffa
134 Bab 134: Bangun
135 Bab 135: Menghargai Diri Sendiri
136 Bab 136: Melandai
137 Bab 137: Ikhlas
138 Bab 138: Lupa atau Pura-pura?
139 Bab 139: Merajuk
140 Bab 140: Ghiffa Curang
141 Bab 141: Pesta Ulang Tahun
142 Bab 142: Papa dan Mama
143 Bab 143: Satu Bulan Kemudian
144 Bab 144: Resepsi
145 Bab 145: Mimpi (end)
146 Ekstra 1: Mengejar Cinta Ghaza
147 Ekstra 2: Mengejar Cinta Ghaza (part 2)
148 Ekstra 3: Mengejar Cinta Ghaza (part 3)
149 Ekstra 4: Visual Novel
150 Ekstra 5: Promosi Novel Baru
151 Ekstra 6: Visual Novel (part 2)
152 Ekstra 7: Wanita Rahasia Daddy Zach
153 Ekstra 8: Pengorbanan Nayara
154 Ekstra 9: Om Rey Tersayang
155 Ekstra 10: Marry Me, Dev
156 Ekstra 11: My Big Girl
157 Ekstra 12: Single Mom
158 Ekstra 13: Miss Rania, I Love you
159 Ekstra 14: Selingkuh Itu Indah
160 Ekstra 15: Mengejar Cinta Nabila
161 Ekstra 16: Jodohkah Kita?
Episodes

Updated 161 Episodes

1
Bab 1: Menjadi ART
2
Bab 2: Hyuga
3
Bab 3: Alghiffari Airlangga
4
Bab 4: Tuan Muda Menyebalkan
5
Bab 5: Takut Tidur Sendiri
6
Bab 6: Anak Badung
7
Bab 7: Berpacaran dengan Zayyan
8
Bab 8: Satu Sendok Es Krim
9
Bab 9: Seperti Kencan
10
Bab 10: Alghazali Airlangga
11
Bab 11: Jangan Temui Gazha lagi
12
Bab 12: Kejadian di Danau
13
Bab 13: Menghindar
14
Bab 14: Sudut Pandang Ghiffa
15
Bab 15: Ancaman yang Mendebarkan
16
Bab 16: Hyuga = Zayyan?
17
Bab 17: SMA Centauri
18
Bab 18: Pembuat Onar
19
Bab 19: Kecurigaan
20
Bab 20: Terlanjur Sayang
21
Bab 21: Perayaan Satu Bulan
22
Bab 22: Seperti Kencan (part 2)
23
Bab 23: Makan Malam (Romantis?)
24
Bab 24: Menyadari Perasaan
25
Bab 25: Terungkap
26
Bab 26: Zayyan bukan Hyuga
27
Bab 27: Patah Hati
28
Bab 28: Hari yang Berat
29
Bab 29: Tempat Bersandar
30
Bab 30: Awal yang Baru
31
Bab 31: Menelaah Hati
32
Bab 32: Kesalahan Nyonya Natasha
33
Bab 33: Klarifikasi pada Zalfa
34
Bab 34: Tidak Pandang Bulu
35
Bab 35: Cerita yang Familiar
36
Bab 36: Lari dari Kenyataan
37
Bab 37: Menolak
38
Bab 38: Membuat Ayana Jatuh Cinta
39
Bab 39: Nama yang Kembali Terdengar
40
Bab 40: Dilema
41
Bab 41: I am so Into You
42
Bab 42: Membuat Kesepakatan
43
Bab 43: Ghiffa Rasa Hyuga
44
Bab 44: Syarat Tambahan
45
Bab 45: Ghiffa dan Ghaza
46
Bab 46: Hubungan yang Buruk
47
Bab 47: Tindakan Nekat
48
Bab 48: Hanya Aku
49
Bab 49: Hukuman untuk Ghiffa
50
Bab 50: Si Tuan Manja
51
Bab 51: Rendah Diri
52
Bab 52: Sikap Ghaza
53
Bab 53: Merasa Bersalah
54
Bab 54: Kejadian Sebenarnya
55
Bab 55: Bumerang
56
Bab 56: Hyuganya Aya, Ayanya Hyuga
57
Bab 57: Badai Belum Usai
58
Bab 58: Cerita tentang Ghiffa
59
Bab 59: Cerita tentang Ghiffa (part 2)
60
Bab 60: Pelangi Setelah Badai
61
Bab 61: Hasil Keringat Sendiri
62
Bab 62: Wajah Baru
63
Bab 63: Jaga Hati
64
Bab 64: Ghiffa yang Sesungguhnya
65
Bab 65: Ayana adalah Pacarku
66
Bab 66: Kesempatan Bagus
67
Bab 67: Kembali Tahu Diri
68
Bab 68: Menemani Ghaza
69
Bab 69: Menculik Ayana
70
Bab 70: Hanya, Kamu Bilang?
71
Bab 71: Sudut Pandang Berbeda
72
Bab 72: Mempertahankan
73
Bab 73: Gadis Berhati Murni
74
Bab 74: Kampung Halaman
75
Bab 75: However You Are
76
Bab 76: Sandiwara Tugas Projek
77
Bab 77: Menengok Secuil Masa Lalu
78
Bab 78: Yakin Seratus Persen
79
Bab 79: Kejadian tak Terduga
80
Bab 80: Mendadak Suami-Istri
81
Bab 81: Istriku
82
Bab 82: Bapak
83
Bab 83: Pertama Kali
84
Bab 84: Aa Ghiffa
85
Bab 85: Pulang Nanti
86
Bab 86: Kiriman Makanan
87
Bab 87: Sudah Bersuami
88
Bab 88: Lagi, Kiriman dari Ghaza
89
Bab 89: Cincin Berlian Kecil
90
Bab 90: Bertemu Mama Mertua
91
Bab 91: Natasha dan Lucas
92
Bab 92: Di Hotel
93
Bab 93: Morning Sweet Talk
94
Bab 94: Pencarian Ayana
95
Bab 95: Apartemen V Unit 2008
96
Bab 96: Tidak apa-apa
97
Bab 97: Cinta itu Tidak Ada
98
Bab 98: Menangis Bersama Belva
99
Bab 99: Menimpa Jejak
100
Bab 100: Tekad Perempuan yang tersakiti
101
Bab 101: Persiapan Pembalasan
102
Bab 102: Teman Kencan Ghaza
103
Bab 103: Pusat Perhatian
104
Bab 104: Kakak Terbaik
105
Bab 105: Restu
106
Bab 106: Belum Selesai
107
Bab 107: Ungkapan Cinta Ghaza
108
Bab 108: Pergi dari Rumah
109
Bab 109: Menuruti Kenekatan Ghiffa
110
Bab 110: Ghiffa Sang Pemenang
111
Bab 111: Waspada pada Ghaza
112
Bab 112: Memori Buruk
113
Bab 113: Selalu Seperti Ini
114
Bab 114: Pemandangan Menyakitkan
115
Bab 115: Nasehat Lucas
116
Bab 116: Pesona Ayana
117
Bab 117: Trauma
118
Bab 118: Sembuh
119
Bab 119: Bertemu Ghaza Lagi
120
Bab 120: Selamat Berusia 19 Tahun
121
Bab 121: Hadiah dari Tuan Musa
122
Bab 122: Sebelum Acara
123
Bab 123: Jamuan Pernikahan
124
Bab 124: Ghiffa yang Tenang
125
Bab 125: Positive Vibes
126
Bab 126: Honeymoon
127
Bab 127: Berharap Ini Hanya Mimpi Buruk
128
Bab 128: Tidak Berdaya
129
Bab 129: Demi sang Putra
130
Bab 130: Prinsip dan Ego
131
Bab 131: Hati Seorang Ayah
132
Bab 132: Mati Rasa
133
Bab 133: Pulih untuk Ghiffa
134
Bab 134: Bangun
135
Bab 135: Menghargai Diri Sendiri
136
Bab 136: Melandai
137
Bab 137: Ikhlas
138
Bab 138: Lupa atau Pura-pura?
139
Bab 139: Merajuk
140
Bab 140: Ghiffa Curang
141
Bab 141: Pesta Ulang Tahun
142
Bab 142: Papa dan Mama
143
Bab 143: Satu Bulan Kemudian
144
Bab 144: Resepsi
145
Bab 145: Mimpi (end)
146
Ekstra 1: Mengejar Cinta Ghaza
147
Ekstra 2: Mengejar Cinta Ghaza (part 2)
148
Ekstra 3: Mengejar Cinta Ghaza (part 3)
149
Ekstra 4: Visual Novel
150
Ekstra 5: Promosi Novel Baru
151
Ekstra 6: Visual Novel (part 2)
152
Ekstra 7: Wanita Rahasia Daddy Zach
153
Ekstra 8: Pengorbanan Nayara
154
Ekstra 9: Om Rey Tersayang
155
Ekstra 10: Marry Me, Dev
156
Ekstra 11: My Big Girl
157
Ekstra 12: Single Mom
158
Ekstra 13: Miss Rania, I Love you
159
Ekstra 14: Selingkuh Itu Indah
160
Ekstra 15: Mengejar Cinta Nabila
161
Ekstra 16: Jodohkah Kita?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!