Langkahku terseok tatkala Ghiffa terus menggenggam tanganku sembari menuruni tangga. Ia terus berjalan dengan cepat menuju pintu keluar.
"Tuan, tunggu!" Ucapku saat kami sudah berada di teras rumah mewah itu. "Tuan, saya harus membawa bahan masakan yang sudah disiapkan untuk Tuan!"
Langkah Ghiffa melambat dan kemudian berhenti di depan sebuah motor besar berwarna hijau muda yang terparkir di halaman rumah itu. Ia menatapku, masih dengan amarah di kedua matanya, "ngapain lo datang kesini?"
"Saya diminta datang kesini oleh Nyonya Natasha, Tuan." Jawabku apa adanya.
"Terus kenapa lo gak bales chat gue! Telepon juga gak diangkat! Dan apa tadi? Lo ngapain di kamar abang gue?" Selorohnya.
Aku mengeluarkan ponselku, setahuku sejak tadi tidak ada telepon atau pesan dari Ghiffa. "Tidak ada chat ataupun telepon dari Tuan, lihat." Aku menampilkan layar ponselku padanya.
Entah hanya perasaanku atau Tuan Ghiffa memang terlihat gelagapan.
"Ayana!" Tiba-tiba saja Bi Susi keluar dari pintu dengan membawa satu rantang plastik yang berisi bahan masakan tadi yang sudah disiapkannya dan menyerahkannya padaku. "Kirain udah pergi. Tuan Ghiffa, gimana kabarnya? Udah jarang main kesini. Nih, Bibi siapin masakan buat Tuan."
"Bibi kayak gak tahu aja kenapa gue jarang kesini. Nanti ada yang ngamuk kalau gue disini." Ucap Ghiffa seraya memakai helm dan menunggangi motor besarnya.
Aku baru tahu jika Ghiffa memiliki motor juga. Karena selama ini ia selalu memakai mobilnya.
"Gak ketemu Tuan Besar sama Nyonya dulu, Tuan. Tuan Besar sering nanyain Tuan, loh." Bujuk Bi Susi.
"Entar lagi aja, deh. Lagian Papa 'kan udah ada anaknya yang satu lagi." Ghiffa menyerahkan helmnya padaku, "Buruan naik."
Aku menerima helm yang diberikannya padaku, "Tuan saya pakai ojek online aja, ya." Rasanya tidak enak dan tidak lazim saja, lagi-lagi aku harus seperti 'diantar atau dijemput' oleh majikanku ini.
"Lo banyak ngomong banget sih?! Tinggal pake helmnya terus lo naik ke belakang gue, udah selesai! Protes mulu kerjaan lo!" Dumelnya.
Aku tidak mau berdebat lagi. Otak dan hatiku terasa diremas kuat jika mendengar Ghiffa sudah berteriak seperti itu. Aku pun mulai memakai helm itu dan berdiri di depan motornya bersiap untuk naik. Tapi jujur aku kebingungan, bagaimana cara aku naik? Jok belakangnya tinggi sekali.
"Lo nunggu apalagi? Cepetan naik!" Ucapnya tidak sabar.
"Joknya tinggi sekali, Tuan."
Ghiffa menghela nafas dan meraih rantang yang aku pegang. Tangan lainnya menepuk bahunya, "Megang kesini."
Aku pun menurut. Aku pegang bahu Ghiffa untuk menyangga tubuhku agar bisa naik ke jok di belakangnya, dan sesaat kemudian aku sudah duduk di belakang majikanku yang masih menggunakan seragam sekolahnya dibalik jaket denim belel dengan motif banyak coretan abstrak pada bagian punggungnya.
Ghiffa segera menyalakan motornya dan melajukannya. Aku mengangguk pada Bi Susi untuk berpamitan.
Tidak lama motor itu melaju lebih kencang. Hampir saja aku terjengkang ke belakang. Reflek aku mencengkram jaket yang Ghiffa kenakan.
"Pegangan." Ghiffa menarik sebelah tanganku dan menaruhnya di perutnya. Aku mencengkram bagian kancing seragamnya agar tidak menyentuh langsung ke perutnya.
Aku merasakan jantungku berdebar. Tubuhku kini menempel pada punggung Ghiffa. Namun aku tidak bisa menjauh, karena aku takut jika hampir jatuh lagi seperti tadi, sementara majikanku ini melajukan motornya dengan gila-gilaan.
Ghiffa terus melajukan motornya. Tapi tidak tahu kemana ia akan membawaku, karena jalan yang dilaluinya kini bukan jalan menuju apartemennya. Aku tidak berani untuk bertanya sehingga akupun diam saja.
Kemudian kami memasuki sebuah perumahan elit. Perumahan itu sangat luas. Terdapat banyak pohon palem di sisi kanan kiri dan juga tengah jalan kompleks itu. Ghiffa terus melajukan motornya masuk lebih dalam. Hingga beberapa menit kemudian kami sampai di sebuah danau, tepat di sisi kiri jalan.
Ghiffa mematikan motornya dan membuka helmnya. Kemudian ia menstandarkan motornya dan turun dari motor itu. Aku sendiri bingung akan turun dari motor itu bagaimana.
"Lo gak akan turun?" Tanya Ghiffa.
"Iya, Tuan." Jawabku. Kemudian Ghiffa menangkap kebingunganku dan mengambil rantang yang aku pegang. Tangan lainnya mengulur padaku.
Beberapa detik aku menatap tangan itu.
"Cepetan pegang tangan gue." Ucap Ghiffa tidak sabar. Aku pun menurut dan menyanggakan beban tubuhku pada tangan Ghiffa dan akhirnya aku bisa turun dari motor itu.
Ghiffa masih memegang tanganku dan membawaku ke tepi danau. Ada beberapa kursi taman di sana. Ghiffa membimbingku untuk duduk di salah satu kursi yang berada di bawah sebuah pohon rindang.
"Tuan..." aku tidak tahu bagaimana cara mengatakan agar Ghiffa melepaskan tanganku. Namun beberapa detik kemudian Ghiffa tersadar dan melepaskan tanganku itu. "Makasih, Tuan. Sini rantangnya." Aku meraihnya dan letakkan rantang itu di bawah, dekat kursi taman yang kami duduki.
Beberapa saat Ghiffa tidak berbicara. Ia menatap lurus pada danau di depan kami. Semilir angin menyapu rambut hitamnya. Matanya menyipit dan hidung mancungnya juga bibir tipis sedikit bergelombangnya... ah indah sekali.
"Kenapa? Gue ganteng sampai lo ngeliatih gue kayak gitu?" Suara beratnya tiba-tiba membuyarkan lamunanku.
Benar juga, kenapa aku menatapnya seperti itu?
"Maaf, Tuan." Aku pun mengalihkan pandanganku pada danau di depanku.
Sungguh tentram dan nyaman disini. Hening sekali. Sesekali terdengar gemerisik daun di atas kami yang tertiup angin. Riak air danau juga sungguh menarik perhatian.
"Kalau lo disuruh Mama ke rumah itu lagi, kabarin gue. Jangan kesana sendiri kalau gak ada gue." Tiba-tiba saja suara Ghiffa memecah lamunanku.
"Tapi Tuan. Saya gak mungkin seperti itu. Kalau Nyonya meminta saya datang kesana, saya harus segera datang." jelasku.
Sepertinya tidak akan ada ART yang meminta antar kepada majikannya untuk pergi ke suatu tempat, iya 'kan?
"Gue gak mau lo ketemu Ghaza kayak tadi." Lirihnya. Ada rasa sedih, takut, atau perasaan hangat dari nada bicara Ghiffa barusan.
Tanpa sadar aku menoleh ke arahnya lagi, dan dia sedang menatapku. Tatapan kamipun bertemu. Sorot mata Ghiffa seperti... memohon aku kira. "Gue mohon. Jangan temuin Ghaza lagi."
- - -
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Erni Fitriana
cemburu nuh????😲
2024-06-04
0