Nada dering teleponku berbunyi. Ghiffa meneleponku. Entah sudah yang keberapa kali. Aku mematikannya, juga untuk yang entah ke berapa kali. Aku sedang mencoba mengetik pesan pada Zayyan, karena Ghiffa terus meneleponku, aku jadi tidak bisa mengetik. Dengan jengkel akhirnya aku mengangkat teleponnya.
"Ada apa, Tuan?!" Tanpa sadar aku menaikan nada bicaraku.
"Lo berani bentak gue?!" Teriak Ghiffa yang menelepon dari kamarnya. "Lo gak sopan banget gak angkat telepon gue. Mau gue pecat lo?" Ancamnya.
"Saya sudah bilang, Tuan. Jika anda mau memecat saya, saya tidak apa-apa. Saya akan segera angkat kaki dari apartemen ini." Ucapku lelah.
Sejak kejadian di danau beberapa hari lalu, aku memang menghindari tuan mudaku itu. Namun semakin aku menghindar, dia semakin merecokiku. Membuatku pusing!
Namun aku tidak lalai akan pekerjaanku. Membersihkan semua ruangan di apartemen ini, memasak, mencuci, dan menyetrika, semua aku kerjakan dengan baik. Aku berusaha untuk tidak berlama-lama berada di luar kamarku. Sebisa mungkin aku mengerjakan apapun di dalam kamarku, bahkan memotong sayuran aku lakukan di kamar.
Saat aku harus membersihkan ruangan aku menunggu Ghiffa tidak ada di rumah. Aku bangun lebih pagi, sekitar pukul tiga pagi setiap hari, saat Ghiffa masih tidur untuk mencuci dan menyetrika, kemudian aku menyiapkan sarapan untuknya kemudian pergi lebih awal. Begitu juga makan malam, aku memasaknya, menyajikannya di meja makan, lalu segera aku masuk ke kamarku. Pokoknya, sebisa mungkin aku tidak bertemu dengannya.
Saat dia akan tidur yang paling menggangguku. Dia selalu terus saja menelponku dan memintaku untuk berada di kamarnya sampai ia tertidur. Namun beberapa hari ini aku tidak melakukannya. Aku selalu mematikan HPku dan tertidur setelah semua pekerjaanku selesai, tidak memperdulikan dia yang terus menggedor kamarku.
Namun kali ini aku tidak bisa mematikan ponselku, aku yang begitu sibuk dengan kegiatanku setiap hari, juga ponsel yang sering aku matikan, membuat hubunganku dengan Zayyan juga menjadi merenggang. Dia sering salah paham karena aku sering tidak bisa dihubungi. Tapi saat aku meminta bertemu, dia juga selalu bilang tidak bisa. Akhirnya hubungan ini menjadi sangat melelahkan.
Entah sejak kapan hidupku tiba-tiba menjadi melelahkan seperti ini. Aku rindu hubunganku dengan Zayyan seperti dulu, saat sebelum kami saling menyukai dan memutuskan untuk berpacaran.
Dan aku benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran tuan mudaku ini, benar-benar tidak tahu apa maunya sebenarnya. Dia menciumku waktu itu, namun setelah itu dia kembali seperti semula seakan tidak terjadi apa-apa.
"Keluar, gue di depan kamar lo." Ghiffa mematikan teleponnya setelah itu.
Aku tidak mengubrisnya. Kemudian aku kembali mengetik pesan untuk Zayyan.
[Ayana] : Zayyan, tolong. Aku gak mau berantem lagi. Besok 'kan libur, gimana kalau kita ketemu? Main kemana gitu. Masa kita belum pernah ketemu lagi sejak pertemuan pertama waktu itu.
Iya. Aku dan Zayyan tidak pernah bertemu lagi setelah pertemuan di cafe X waktu itu. Dia selalu saja memiliki alasan, sibuklah, motornya diservice, dan lain sebagainya. Meskipun demikian sifatnya masih sama seperti sebelumnya, bahkan lebih manis saat dia sudah menjadi pacarku. Namun aku selalu merasa curiga karena dia tidak pernah mau bertemu, atau sekedar video call. Kami hanya mengobrol via chat atau telepon. Aneh sekali bukan?
Karena Zayyan belum membalasku juga, aku memutuskan membaringkan tubuhku di atas kasur. Merasa lelah sekali karena kini aku harus bangun pagi-pagi sekali demi menghindari Ghiffa.
Namun sepertinya aku tidak bisa beristirahat dengan tenang, karena tuan muda egois itu kembali menggedor pintu kamarku dengan keras. Aku menutup kepalaku dengan bantal, mencoba meredam suara gedoran pintu yang begitu menggangguku. Tidak lama gedoran itu berhenti. Lalu kemudian...
BRAK....!!!
Pintu kamarku terbuka karena Ghiffa berhasil mendobraknya, akupun sontak terkejut bukan main dan bangkit dari posisi berbaringku.
"Tuan, apa yang tuan lakukan!!"
Ghiffa menarik paksa tanganku dan membawaku keluar dari kamarku menuju ke kamarnya. Ketika sampai di kamarnya dia mendorongku ke kasurnya hingga aku terjerembab di kasurnya yang empuk. Ia kemudian mengunci pintu kamarnya.
"Tuan!! Apa yang akan Tuan lakukan! Saya mau keluar!" aku berteriak histeris, segera aku berlari ke arah pintu kamarnya yang terkunci. Tepat saat aku meraih pintu, Ghiffa membuatku bersandar pada pintu dan kedua tanganku ditahannya di kedua sisi kepalaku.
Kembali aku melakukan perlawanan. "Tuan udah maksa masuk kamar saya! Itu gak sopan! Itu kejahatan! Saya akan laporkan tuan ke polisi!!" Selorohku saking tidak percayanya Ghiffa bisa melakukan hal senekat itu.
Amarah tergambar jelas pada raut wajahnya yang tegas, membuat aku ciut. Ghiffa menarik tanganku dan mendudukanku di tepi tempat tidurnya. Dengan tangan yang masih mengunci kedua tanganku, dia berjongkok di depanku. Menatapku tajam.
"Tuan mau apa..." Mataku mulai memanas saking ketakutannya. Kemarin saja dia berani menciumku dengan alasan yang tidak jelas, lalu apa ini sekarang? Dia mengunciku di dalam kamarnya. Aku bodoh jika tidak ketakutan berdua saja dengan cowok nekat seperti dirinya.
"Lo tenang dong." Suara Ghiffa rendah, ia mencoba menenangkanku. Ibu jarinya mengusap air mata yang mengalir di pipiku.
Aku terhenyak, siapa lagi ini? Apakah dia Ghiffa yang tadi mendobrak pintu kamarku? Tiba-tiba saja Ghiffa yang lembut itu datang lagi, Ghiffa yang sama dengan Ghiffa yang menciumku di tepi danau. Sikapnya yang cepat berubah membuatku benar-benar bingung.
"Gue gak akan ngapa-ngapain lo, kok." Ucapnya. Tangannya siap meraih pipiku lagi.
Sontak aku menangkis tangannya. "Sebenernya Tuan mau apa? Kenapa Tuan seperti ini sama saya? Apakah Tuan kira saya akan bersikap sama setelah apa yang Tuan lakukan pada saya di danau waktu itu?" Selorohku. Masih ingat 'kan, aku sudah tidak peduli jika aku dipecat olehnya. Maka dari itu aku seberani itu bertanya dengan nada tinggi padanya.
"Jadi sikap lo yang menghindari gue ini gara-gara gue nyium lo waktu di danau itu?" Tanyanya.
"Emang ada yang lain?" Jawabku ketus.
Dia seperti mengulum senyumnya. "Kenapa emangnya kalau gue nyium lo? Kenapa lo semarah itu?"
Dia ini pura-pura polos atau bagaimana sih?!
"Tuan itu punya pacar! Kenapa gak cium pacar Tuan aja sih?! Saya juga punya pacar, Tuan! Harusnya Tuan merasa bersalah pada pacar Tuan! Sama seperti saya yang merasa bersalah pada pacar saya! Apa Tuan tahu kalau Tuan sudah membuat saya mengkhianati pacar saya?! Dan juga, tuan, itu ciuman pertama saya! Kenapa Tuan seenaknya mengambilnya!? "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Erni Fitriana
🤔🤔🤔🤔🤔🤔kenapa y
2024-06-04
0
meE😊😊
mngkn ga si ghiffa itu hyuga yg asli?? klo yg kmren2 ktmu d cafe itu cma org suruhan y doang
2023-08-08
2