Bab 16: Hyuga = Zayyan?

Perutku lapar sekali. Baru saja aku keluar kelas setelah jadwal kuliahku selesai pada pukul 12 siang. Aku bersama seorang temanku memutuskan untuk makan di kantin kampus sebelum jadwal kuliahku selanjutnya. Hari ini jadwalku agak padat memang. Segera aku melahap makanan yang aku pesan begitu seorang pramusaji datang mengantarkannya.

"Lo laper apa gimana sih, Ay?" seru Belva, sahabat terdekatku sejak kami pertama masuk kampus sekitar setahun yang lalu.

"Aku harus punya banyak tenaga, Bel. Hidup aku gak semudah dulu." Aku melahap makananku seakan aku tidak makan berhari-hari.

"Tuan muda lo itu masih nindas lo?" Tanya Belva.

"Masihlah. Lebih parah malahan sekarang." Keluhku. Sekelebat potongan scene bak sebuah trailer film berputar begitu saja di dalam benakku. Scene ketika aku memeluknya di balkon apartemen, dan ketika aku mencium hidungnya. Lalu kejadian sebelumnya juga ikut terlintas di otakku, ketika Ghiffa menciumku di tepi danau hari itu.

"Muka lo kok tiba-tiba merah gitu? Ngebayangin apaan lo? Pasti ngebayangin yang nggak-nggak." Tebak Belva.

"Ih apaan sih kamu, ya nggak atuh. Pokoknya aku harus makan banyak biar bisa menghadapi kenyataan hidup yang sepahit empedu ini." Ujarku bernada alegori.

Sampai hari ini aku masih menghindarinya. Tapi tetap tidak bisa menghindar sepenuhnya, karena aku harus menepati janji konyolku itu. Sudah beberapa hari ini aku benar-benar berusaha menepati janji.

Setiap pagi aku membangunkannya. Lalu saat ia sudah terjaga, aku mencium pipinya sekilas dan kemudian secepatnya aku pergi meninggalkan kamarnya. Dan Ghiffa tidak pernah protes. Jadi kulakukan saja seperti itu setiap hari.

"Hati-hati lo, Ay. Bisa-bisa lo beneran suka sama tuan muda lo itu. Cinta sama benci itu bedanya setipis tisu dibagi dua." Belva mengingatkan.

"Gak mungkin aku suka sama dia, Bel! Aku udah punya Zayyan." Sanggahku.

"Lo masih percaya sama cowok dumay lo itu? Gue saranin mending lo lupain Zayyan deh, Ay. Si Zayyan ini kalau menurut gue gak serius sama lo. Masa sampai sekarang kalian belum pernah ketemu lagi?"

"Tapi kalau dichat dia masih jadi Zayyan yang aku kenal, kok. Aku tuh bisa ngerasain kalau dia juga sayang sama aku."

"Lo yakin kalau Zayyan itu adalah Zayyan?"

"Maksud kamu? Ih ngomong itu yang jelas, Bel. Zayyan adalah Zayyan gimana sih?!" Protesku tak mengerti.

"Gini loh. Lo yakin Hyuga itu adalah Zayyan? Lo yakin cowok yang selama ini chat sama lo itu adalah Zayyan yang waktu itu lo temuin di cafe X? Apa jangan-jangan selama ini lo chat sama Hyuga, tapi sebenernya orang yang namanya Hyuga itu bukan Zayyan tapi orang lain?"

Aku tertegun. Aku sama sekali tidak pernah mencurigai itu. Yang aku tahu dan yang aku percaya, Hyuga adalah Zayyan. "Maksud kamu Zayyan yang asli minta seseorang buat ketemu gitu sama aku? Kalau bener, buat apa coba Zayyan kayak gitu?"

"Ya buat nutupin jati diri dia yang sebenernya. Mungkin dia pengen nutupin kalau sebenernya Hyuga aslinya gak ganteng? Atau dia bohong tentang umur dia? Dia ngaku kalau dia itu seumuran sama lo, padahal dia jauh lebih tua? Lo sama dia nyambung karena sama-sama suka serial Captain Tsubasa 'kan? Itu anime jadul banget loh. Setahu gue yang suka sama anime itu generasi 90an. Sekarang pasti udah sekitar 30an umurnya."

Aku jadi merinding mendengar analisis yang Belva katakan. Masuk akal sih.

"Ih kamu mah bikin aku parno aja. Tapi Zayyan gak mungkin kayak gitu." Aku masih mempercayai pacarku itu, Zayyan sayang padaku. Dia juga pengertian dan baik sekali padaku. Tidak mungkin dia berbohong seperti itu padaku.

"Kenapa lo gak nyoba buat buktiin aja langsung? Kalau dia gak mau ketemu terus, kenapa lo gak nyamperin dia ke tempat kerjanya?"

"Udah sering aku bilang pengen nyamperin dia kesana. Tapi dia selalu gak ngizinin." Ucapku lesu. Kini makanan yang tinggal setengahnya, hanya aku mainkan dengan sendokku. Obrolan ini membuatku kehilangan selera makanku.

"Tuh 'kan, aneh banget. Coba lo datengan coffee shop tempat dia kerja, tapi lo jangan nyamperin dia. Lo liat aja dari jauh."

"Tapi aku gak enak kalau kayak gitu, Bel. Kayak aku gak percaya sama dia gitu. Terus kalau ketahuan aku takut dia malah marah."

"Ya lo nyamar, 'kek. Pokoknya jangan sampai ketahuan kalau itu lo. Mau gue anterin?" Belva menawarkan.

"Serius kamu mau nganterin aku?" Mataku berbinar. Setidaknya jika ada teman, aku akan berani mendatangi Zayyan di tempat kerjanya.

"Iya. Serius. Gue gemes banget liat lo soalnya. Dulu lo gak pernah uring-uringan atau ngedumel kayak sekarang. Semenjak lo kerja di apartnya Ghiffa dan lo pacaran sama si Zayyan, lo beneran jadi gak asik tahu gak sih."

"Masa sih aku kayak gitu?" tanyaku merasa bersalah.

"Gue kangen Ayana yang lincah loncat kesana kemari, yang mulutnya bawel, yang kadang otaknya tulalit. Kemana temen gue yang itu? Sekarang yang gue liat dari lo kalau gak mulut lo yang maju, alis lo yang ketemu. Terus aura di sekeliling lo item semua."

"Kamu mah kebanyakan nonton drama. Masa aku ada aura itemnya. Serem atuh." Perasaanku menghangat, sahabatku ini ternyata mengkhawatirkanku hingga seperti itu. Juga aku baru menyadari sekacau itu aku dimata Belva selama aku menjadi ART di apartemen Ghiffa.

Tiba-tiba saja teleponku berdering. Nyonya Natasha meneleponku.

"Majikan aku nelepon, bentar ya." Aku mengusap layarku ke arah atas untuk mengangkat telepon dari Nyonya Natasha. "Selamat siang, Nyonya." sapaku.

"Siang, Ayana. Kamu ada di kampus?" Tanyanya.

"Iya, Nyonya. Saya sedang makan siang, ada apa ya, Nyonya?"

"Kebetulan saya lagi lewat kampus kamu. Bisa kita ketemu di kafe depan kampus kamu? Ada yang mau saya bicarakan. Sebentar aja."

"Oh, iya bisa Nyonya. Saya segera kesana."

Kemudian aku pamit pada Belva dan segera pergi menuju kafe dimana Nyonya Natasha berada. Ketika tiba di sana aku menyapanya dan bertanya to the point, "Ada apa ya, Nyonya?"

"Ayana, maaf ya saya ganggu. Kamu masih ada kuliah setelah ini?" Tanya Natasha.

"Masih ada satu kelas lagi, Nyonya. Tapi masih sekitar 45 menit lagi mulainya. Gak apa-apa Nyonya saya juga kebetulan sedang di kantin aja nunggu kelas selanjutnya dimulai." ucapku.

"Syukur kalau begitu. Saya gak akan lama, saya ingin menanyakan gimana keadaan Ghiffa? Ada yang perlu kamu laporkan pada saya?"

Aku menelan salivaku. Ingin aku mencurahkan segala perasaanku padanya, bahwa putranya itu sudah membuat hidupku berantakan. Tapi tentu aku tidak mungkin mengatakannya. Sehingga aku hanya mengatakan hal-hal yang biasa yang masih bisa diterima akal sehat. Tidak mungkin juga aku mengatakan jika anaknya ini minta dicium setiap hari olehku 'kan? Nyonya Natasha tidak mungkin percaya itu. Yang ada nanti malah aku yang dikatakan halu.

"Jadi dia masih suka ngerokok?" Natasha menghela nafasnya, "Untungnya dia udah gak minum-minum 'kan?"

"Sejauh ini tidak, Nyonya. Malahan sekarang Tuan Muda pulang selalu kurang dari jam 7 malam dan selalu makan  malam di rumah. Hanya saja saya tidak pernah melihat dia mengerjakan tugas ataupun belajar. Entah memang tidak ada PR atau bagaimana saya tidak tahu."

"Nah itu masalahnya, Ayana. Saya dapat laporan dari walikelasnya. Sudah beberapa guru yang menegurnya karena ia tidak pernah mengerjakan tugas. Ulangan selalu saja jelek. Di sekolah sudah jangan ditanya masalah yang dia timbulkan. Macam-macam." Nyonya Natasha terlihat frustasi.

Aku hanya tersenyum simpati. Jika aku jadi Nyonya Natasha, pasti akupun akan merasa sangat stress memiliki anak sebadung Ghiffa.

"Untuk itu, Ayana. Saya mendapat kabar dari pihak sekolah, katanya petugas perpustakaan sedang ada yang cuti melahirkan. Mereka sedang mencari tenaga infal. Saya merekomendasikan kamu untuk posisi itu. Kamu bersedia 'kan, Ayana?"

Terpopuler

Comments

Erni Fitriana

Erni Fitriana

pasti gak boleh lah nyonyah sama anak nyonyah

2024-06-04

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Menjadi ART
2 Bab 2: Hyuga
3 Bab 3: Alghiffari Airlangga
4 Bab 4: Tuan Muda Menyebalkan
5 Bab 5: Takut Tidur Sendiri
6 Bab 6: Anak Badung
7 Bab 7: Berpacaran dengan Zayyan
8 Bab 8: Satu Sendok Es Krim
9 Bab 9: Seperti Kencan
10 Bab 10: Alghazali Airlangga
11 Bab 11: Jangan Temui Gazha lagi
12 Bab 12: Kejadian di Danau
13 Bab 13: Menghindar
14 Bab 14: Sudut Pandang Ghiffa
15 Bab 15: Ancaman yang Mendebarkan
16 Bab 16: Hyuga = Zayyan?
17 Bab 17: SMA Centauri
18 Bab 18: Pembuat Onar
19 Bab 19: Kecurigaan
20 Bab 20: Terlanjur Sayang
21 Bab 21: Perayaan Satu Bulan
22 Bab 22: Seperti Kencan (part 2)
23 Bab 23: Makan Malam (Romantis?)
24 Bab 24: Menyadari Perasaan
25 Bab 25: Terungkap
26 Bab 26: Zayyan bukan Hyuga
27 Bab 27: Patah Hati
28 Bab 28: Hari yang Berat
29 Bab 29: Tempat Bersandar
30 Bab 30: Awal yang Baru
31 Bab 31: Menelaah Hati
32 Bab 32: Kesalahan Nyonya Natasha
33 Bab 33: Klarifikasi pada Zalfa
34 Bab 34: Tidak Pandang Bulu
35 Bab 35: Cerita yang Familiar
36 Bab 36: Lari dari Kenyataan
37 Bab 37: Menolak
38 Bab 38: Membuat Ayana Jatuh Cinta
39 Bab 39: Nama yang Kembali Terdengar
40 Bab 40: Dilema
41 Bab 41: I am so Into You
42 Bab 42: Membuat Kesepakatan
43 Bab 43: Ghiffa Rasa Hyuga
44 Bab 44: Syarat Tambahan
45 Bab 45: Ghiffa dan Ghaza
46 Bab 46: Hubungan yang Buruk
47 Bab 47: Tindakan Nekat
48 Bab 48: Hanya Aku
49 Bab 49: Hukuman untuk Ghiffa
50 Bab 50: Si Tuan Manja
51 Bab 51: Rendah Diri
52 Bab 52: Sikap Ghaza
53 Bab 53: Merasa Bersalah
54 Bab 54: Kejadian Sebenarnya
55 Bab 55: Bumerang
56 Bab 56: Hyuganya Aya, Ayanya Hyuga
57 Bab 57: Badai Belum Usai
58 Bab 58: Cerita tentang Ghiffa
59 Bab 59: Cerita tentang Ghiffa (part 2)
60 Bab 60: Pelangi Setelah Badai
61 Bab 61: Hasil Keringat Sendiri
62 Bab 62: Wajah Baru
63 Bab 63: Jaga Hati
64 Bab 64: Ghiffa yang Sesungguhnya
65 Bab 65: Ayana adalah Pacarku
66 Bab 66: Kesempatan Bagus
67 Bab 67: Kembali Tahu Diri
68 Bab 68: Menemani Ghaza
69 Bab 69: Menculik Ayana
70 Bab 70: Hanya, Kamu Bilang?
71 Bab 71: Sudut Pandang Berbeda
72 Bab 72: Mempertahankan
73 Bab 73: Gadis Berhati Murni
74 Bab 74: Kampung Halaman
75 Bab 75: However You Are
76 Bab 76: Sandiwara Tugas Projek
77 Bab 77: Menengok Secuil Masa Lalu
78 Bab 78: Yakin Seratus Persen
79 Bab 79: Kejadian tak Terduga
80 Bab 80: Mendadak Suami-Istri
81 Bab 81: Istriku
82 Bab 82: Bapak
83 Bab 83: Pertama Kali
84 Bab 84: Aa Ghiffa
85 Bab 85: Pulang Nanti
86 Bab 86: Kiriman Makanan
87 Bab 87: Sudah Bersuami
88 Bab 88: Lagi, Kiriman dari Ghaza
89 Bab 89: Cincin Berlian Kecil
90 Bab 90: Bertemu Mama Mertua
91 Bab 91: Natasha dan Lucas
92 Bab 92: Di Hotel
93 Bab 93: Morning Sweet Talk
94 Bab 94: Pencarian Ayana
95 Bab 95: Apartemen V Unit 2008
96 Bab 96: Tidak apa-apa
97 Bab 97: Cinta itu Tidak Ada
98 Bab 98: Menangis Bersama Belva
99 Bab 99: Menimpa Jejak
100 Bab 100: Tekad Perempuan yang tersakiti
101 Bab 101: Persiapan Pembalasan
102 Bab 102: Teman Kencan Ghaza
103 Bab 103: Pusat Perhatian
104 Bab 104: Kakak Terbaik
105 Bab 105: Restu
106 Bab 106: Belum Selesai
107 Bab 107: Ungkapan Cinta Ghaza
108 Bab 108: Pergi dari Rumah
109 Bab 109: Menuruti Kenekatan Ghiffa
110 Bab 110: Ghiffa Sang Pemenang
111 Bab 111: Waspada pada Ghaza
112 Bab 112: Memori Buruk
113 Bab 113: Selalu Seperti Ini
114 Bab 114: Pemandangan Menyakitkan
115 Bab 115: Nasehat Lucas
116 Bab 116: Pesona Ayana
117 Bab 117: Trauma
118 Bab 118: Sembuh
119 Bab 119: Bertemu Ghaza Lagi
120 Bab 120: Selamat Berusia 19 Tahun
121 Bab 121: Hadiah dari Tuan Musa
122 Bab 122: Sebelum Acara
123 Bab 123: Jamuan Pernikahan
124 Bab 124: Ghiffa yang Tenang
125 Bab 125: Positive Vibes
126 Bab 126: Honeymoon
127 Bab 127: Berharap Ini Hanya Mimpi Buruk
128 Bab 128: Tidak Berdaya
129 Bab 129: Demi sang Putra
130 Bab 130: Prinsip dan Ego
131 Bab 131: Hati Seorang Ayah
132 Bab 132: Mati Rasa
133 Bab 133: Pulih untuk Ghiffa
134 Bab 134: Bangun
135 Bab 135: Menghargai Diri Sendiri
136 Bab 136: Melandai
137 Bab 137: Ikhlas
138 Bab 138: Lupa atau Pura-pura?
139 Bab 139: Merajuk
140 Bab 140: Ghiffa Curang
141 Bab 141: Pesta Ulang Tahun
142 Bab 142: Papa dan Mama
143 Bab 143: Satu Bulan Kemudian
144 Bab 144: Resepsi
145 Bab 145: Mimpi (end)
146 Ekstra 1: Mengejar Cinta Ghaza
147 Ekstra 2: Mengejar Cinta Ghaza (part 2)
148 Ekstra 3: Mengejar Cinta Ghaza (part 3)
149 Ekstra 4: Visual Novel
150 Ekstra 5: Promosi Novel Baru
151 Ekstra 6: Visual Novel (part 2)
152 Ekstra 7: Wanita Rahasia Daddy Zach
153 Ekstra 8: Pengorbanan Nayara
154 Ekstra 9: Om Rey Tersayang
155 Ekstra 10: Marry Me, Dev
156 Ekstra 11: My Big Girl
157 Ekstra 12: Single Mom
158 Ekstra 13: Miss Rania, I Love you
159 Ekstra 14: Selingkuh Itu Indah
160 Ekstra 15: Mengejar Cinta Nabila
161 Ekstra 16: Jodohkah Kita?
Episodes

Updated 161 Episodes

1
Bab 1: Menjadi ART
2
Bab 2: Hyuga
3
Bab 3: Alghiffari Airlangga
4
Bab 4: Tuan Muda Menyebalkan
5
Bab 5: Takut Tidur Sendiri
6
Bab 6: Anak Badung
7
Bab 7: Berpacaran dengan Zayyan
8
Bab 8: Satu Sendok Es Krim
9
Bab 9: Seperti Kencan
10
Bab 10: Alghazali Airlangga
11
Bab 11: Jangan Temui Gazha lagi
12
Bab 12: Kejadian di Danau
13
Bab 13: Menghindar
14
Bab 14: Sudut Pandang Ghiffa
15
Bab 15: Ancaman yang Mendebarkan
16
Bab 16: Hyuga = Zayyan?
17
Bab 17: SMA Centauri
18
Bab 18: Pembuat Onar
19
Bab 19: Kecurigaan
20
Bab 20: Terlanjur Sayang
21
Bab 21: Perayaan Satu Bulan
22
Bab 22: Seperti Kencan (part 2)
23
Bab 23: Makan Malam (Romantis?)
24
Bab 24: Menyadari Perasaan
25
Bab 25: Terungkap
26
Bab 26: Zayyan bukan Hyuga
27
Bab 27: Patah Hati
28
Bab 28: Hari yang Berat
29
Bab 29: Tempat Bersandar
30
Bab 30: Awal yang Baru
31
Bab 31: Menelaah Hati
32
Bab 32: Kesalahan Nyonya Natasha
33
Bab 33: Klarifikasi pada Zalfa
34
Bab 34: Tidak Pandang Bulu
35
Bab 35: Cerita yang Familiar
36
Bab 36: Lari dari Kenyataan
37
Bab 37: Menolak
38
Bab 38: Membuat Ayana Jatuh Cinta
39
Bab 39: Nama yang Kembali Terdengar
40
Bab 40: Dilema
41
Bab 41: I am so Into You
42
Bab 42: Membuat Kesepakatan
43
Bab 43: Ghiffa Rasa Hyuga
44
Bab 44: Syarat Tambahan
45
Bab 45: Ghiffa dan Ghaza
46
Bab 46: Hubungan yang Buruk
47
Bab 47: Tindakan Nekat
48
Bab 48: Hanya Aku
49
Bab 49: Hukuman untuk Ghiffa
50
Bab 50: Si Tuan Manja
51
Bab 51: Rendah Diri
52
Bab 52: Sikap Ghaza
53
Bab 53: Merasa Bersalah
54
Bab 54: Kejadian Sebenarnya
55
Bab 55: Bumerang
56
Bab 56: Hyuganya Aya, Ayanya Hyuga
57
Bab 57: Badai Belum Usai
58
Bab 58: Cerita tentang Ghiffa
59
Bab 59: Cerita tentang Ghiffa (part 2)
60
Bab 60: Pelangi Setelah Badai
61
Bab 61: Hasil Keringat Sendiri
62
Bab 62: Wajah Baru
63
Bab 63: Jaga Hati
64
Bab 64: Ghiffa yang Sesungguhnya
65
Bab 65: Ayana adalah Pacarku
66
Bab 66: Kesempatan Bagus
67
Bab 67: Kembali Tahu Diri
68
Bab 68: Menemani Ghaza
69
Bab 69: Menculik Ayana
70
Bab 70: Hanya, Kamu Bilang?
71
Bab 71: Sudut Pandang Berbeda
72
Bab 72: Mempertahankan
73
Bab 73: Gadis Berhati Murni
74
Bab 74: Kampung Halaman
75
Bab 75: However You Are
76
Bab 76: Sandiwara Tugas Projek
77
Bab 77: Menengok Secuil Masa Lalu
78
Bab 78: Yakin Seratus Persen
79
Bab 79: Kejadian tak Terduga
80
Bab 80: Mendadak Suami-Istri
81
Bab 81: Istriku
82
Bab 82: Bapak
83
Bab 83: Pertama Kali
84
Bab 84: Aa Ghiffa
85
Bab 85: Pulang Nanti
86
Bab 86: Kiriman Makanan
87
Bab 87: Sudah Bersuami
88
Bab 88: Lagi, Kiriman dari Ghaza
89
Bab 89: Cincin Berlian Kecil
90
Bab 90: Bertemu Mama Mertua
91
Bab 91: Natasha dan Lucas
92
Bab 92: Di Hotel
93
Bab 93: Morning Sweet Talk
94
Bab 94: Pencarian Ayana
95
Bab 95: Apartemen V Unit 2008
96
Bab 96: Tidak apa-apa
97
Bab 97: Cinta itu Tidak Ada
98
Bab 98: Menangis Bersama Belva
99
Bab 99: Menimpa Jejak
100
Bab 100: Tekad Perempuan yang tersakiti
101
Bab 101: Persiapan Pembalasan
102
Bab 102: Teman Kencan Ghaza
103
Bab 103: Pusat Perhatian
104
Bab 104: Kakak Terbaik
105
Bab 105: Restu
106
Bab 106: Belum Selesai
107
Bab 107: Ungkapan Cinta Ghaza
108
Bab 108: Pergi dari Rumah
109
Bab 109: Menuruti Kenekatan Ghiffa
110
Bab 110: Ghiffa Sang Pemenang
111
Bab 111: Waspada pada Ghaza
112
Bab 112: Memori Buruk
113
Bab 113: Selalu Seperti Ini
114
Bab 114: Pemandangan Menyakitkan
115
Bab 115: Nasehat Lucas
116
Bab 116: Pesona Ayana
117
Bab 117: Trauma
118
Bab 118: Sembuh
119
Bab 119: Bertemu Ghaza Lagi
120
Bab 120: Selamat Berusia 19 Tahun
121
Bab 121: Hadiah dari Tuan Musa
122
Bab 122: Sebelum Acara
123
Bab 123: Jamuan Pernikahan
124
Bab 124: Ghiffa yang Tenang
125
Bab 125: Positive Vibes
126
Bab 126: Honeymoon
127
Bab 127: Berharap Ini Hanya Mimpi Buruk
128
Bab 128: Tidak Berdaya
129
Bab 129: Demi sang Putra
130
Bab 130: Prinsip dan Ego
131
Bab 131: Hati Seorang Ayah
132
Bab 132: Mati Rasa
133
Bab 133: Pulih untuk Ghiffa
134
Bab 134: Bangun
135
Bab 135: Menghargai Diri Sendiri
136
Bab 136: Melandai
137
Bab 137: Ikhlas
138
Bab 138: Lupa atau Pura-pura?
139
Bab 139: Merajuk
140
Bab 140: Ghiffa Curang
141
Bab 141: Pesta Ulang Tahun
142
Bab 142: Papa dan Mama
143
Bab 143: Satu Bulan Kemudian
144
Bab 144: Resepsi
145
Bab 145: Mimpi (end)
146
Ekstra 1: Mengejar Cinta Ghaza
147
Ekstra 2: Mengejar Cinta Ghaza (part 2)
148
Ekstra 3: Mengejar Cinta Ghaza (part 3)
149
Ekstra 4: Visual Novel
150
Ekstra 5: Promosi Novel Baru
151
Ekstra 6: Visual Novel (part 2)
152
Ekstra 7: Wanita Rahasia Daddy Zach
153
Ekstra 8: Pengorbanan Nayara
154
Ekstra 9: Om Rey Tersayang
155
Ekstra 10: Marry Me, Dev
156
Ekstra 11: My Big Girl
157
Ekstra 12: Single Mom
158
Ekstra 13: Miss Rania, I Love you
159
Ekstra 14: Selingkuh Itu Indah
160
Ekstra 15: Mengejar Cinta Nabila
161
Ekstra 16: Jodohkah Kita?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!