Bab 4: Tuan Muda Menyebalkan

"Ghiffa itu anak yang manja. Sejak kecil dia tidak pernah bisa menjalani aktivitasnya sehari-hari tanpa bantuan dari saya dan ARTnya. Makanya saya sangat khawatir membiarkan dia tinggal sendiri seperti ini." Ucap Nyonya Natasha dengan cemas. "Saya sering ikut suami saya untuk ke luar kota, maka dari itu saya mohon, jaga Ghiffa untuk saya ya."

Aku mengangguk ragu, "baik, Nyonya."

Namun aku bertanya-tanya, jika dia sangat mengkhawatirkan putranya tinggal di sini sendirian, mengapa dia mengizinkannya?

"Terimakasih ya Ayana," sebuah senyuman terbit di wajah Nyonya Natasha, "besok saya juga mau minta bantuan sama kamu."

"Bantuan apa, Nyonya?" tanyaku.

"Besok saya dan suami saya harus pergi ke Semarang. Tapi tadi siang saya mendapatkan panggilan dari sekolah Ghiffa, lagi-lagi dia dipanggil sama BK. Gak tahu apa yang udah dia lakukan kali ini. Saya minta tolong, kamu mewakili saya bertemu dengan walikelas dan guru BKnya Ghiffa, bisa 'kan Ayana?"

'Kalau aja aku tahu ngegantiin Bi Dini kerja di sini itu sama kayak gantiin peran ibunya, aku pasti bakal nolak. Aku gak suka ngurusin anak badung itu!'

"Baik, Nyonya. Saya akan ke sekolah Tuan Muda Ghiffa besok." lirihku dengan pasrah.

Setelah itu Nyonya Natasha pulang. Aku kembali masuk ke kamarku, ku raih ponsel dan melihat pesan dari Hyuga dan juga beberapa panggilan tak terjawab darinya.

[Hyuga] : Ay? Kok Gak bales?

Aku segera membalasnya. Aku tidak ingin ia salah paham. Tadi dia sudah mengirimkan fotonya padaku dan aku tidak langsung membalasnya. Aku sedikit khawatir jika dia berpikir aku hilang perasaan padanya karena aku tidak langsung membalasnya setelah ia mengirimkan fotonya padaku.

[Ayana] : Maaf, Ga. Aku tadi ada perlu sebentar jadi gak sempet bales.

Segera pesanku bercentang biru, tanda Hyuga sedang berada di ruang obrolannya denganku.

[Hyuga] : Oh, aku kira kemana. Iya gak apa-apa, kok.

[Ayana] : Makasih fotonya. Kita ketemu aja yuk, besok kamu bisa gak?

[Hyuga] : Loh, 'kan katanya mau tukeran foto aja.

Aku tidak ingin menundanya lagi. Aku ingin dia segera mengetahui aku yang sebenarnya. Semuanya sudah tidak akan sama lagi setelah ini. Zona nyamanku dengan Hyuga sudah hilang semenjak aku dan dia sama-sama menyatakan perasaan masing-masing. Sekarang aku harus bisa mengambil resiko. Tetap bersama seperti ini tanpa kejelasan, atau menemuinya untuk memperjelas semuanya.

[Ayana] : Aku pengennya ketemu, Ga. Kalau kamu sibuk, aku bisa ke tempat kerja kamu besok. Sebentar aja kok, ketemu udah gitu aku pulang lagi.

[Hyuga] : Jangan, Ay. Aku gak enak kalau di coffee shop. Nanti aku takut ditegur sama bos aku. Besok aku kabarin lagi deh.

[Ayana] : Okay deh. Btw, nama asli kamu siapa Ga?

Semakin aneh 'kan hubungan yang aku jalani bersama Hyuga ini? Nama aslinya saja aku tidak tahu.

Mataku tiba-tiba saja terasa begitu berat. Aku memasang alarm di jam 8.30 malam. Aku ingin terlelap sebentar saja, hari ini aku cukup kelelahan karena harus membereskan barang-barang dari tempat kost ku dan pindah kesini. Tidak butuh waktu lama mataku pun tertutup dan membawaku ke alam mimpi.

BRAK..BRAK..BRAK...

Kesadaranku tiba-tiba kembali. Aku terperanjat kaget mendengar suara kamarku diketuk dengan kasar dari luar. Aku melihat jam dan sontak aku bangkit dari tempat tidur, membuat pandanganku sedikit berkunang. Bagaimana bisa sekarang sudah pukul 10.30 malam!

Aku bergegas menuju pintu dan aku melihat majikanku disana, berdiri dengan tatapan yang murka.

"Mana makanan gue?" Tanya Ghiffa. "Lo abis tidur?!" Suaranya meninggi.

"Maafkan saya, Tuan!" Aku segera merapikan rambutku yang berantakan dan bergegas ke dapur.

Aku menyiapkan wajan dan mengeluarkan bahan-bahan yang tadi sudah aku iris-iris dari dalam kulkas. Namun kemudian aku baru menyadari bahwa Ghiffa belum ke sini. Aku melihat ke arah pintu kamarku dan Ghiffa tidak ada. Dimana dia? Apa dia masuk ke dalam kamarku?

Sudahlah tidak ada waktu untuk memikirkan dia dimana. Dia ada di kamarku pun aku bisa apa, toh kamarku 'kan termasuk ke dalam teritorial miliknya. Aku pun segera menyalakan kompor dan mulai memasak.

"Lo tuh belum sehari disini udah lalai!" Bentaknya. Tiba-tiba saja dia sudah ada di depanku.

"Maafkan saya, Tuan." Cicitku, "ini tinggal digoreng ayamnya dan sayur..."

Ghiffa memotong ucapanku. "Bikinin gue mie aja biar cepet."

Aku menghentikan tanganku yang baru saja akan memasukan bawang ke wajan.

"Ini juga cepet kok, Tuan. Lagipula mie itu kurang bagus buat..."

"Gak usah ceramah!" Sela Ghiffa. "Udah salah pake nasehatin lagi."

Terkutuklah Tuan Mudaku ini. Kenapa sih dia tidak makan di luar saja? Memang dia tidak kelaparan jam segini belum makan? Ingin aku menanyakannya tapi aku tidak berani.

Aku segera mengambil mie dari kabinet dapur dan memasaknya, kemudian menghidangkan mie di hadapan Ghiffa yang sudah duduk di meja makan. "Silahkan, Tuan."

"Gak pake telor?!" Tanya Ghiffa dengan nada tingginya, "lo kira gue bakal kenyang cuma makan mie kayak gini doang?"

Aku menghela nafasku, meredam emosiku. Dalam hati aku berteriak, 'Woy mana aku tahu kamu mau makan mie pake telor! Kenapa gak bilang dari tadi! Dari tadi tuh kamu duduk disini dan liat aku bikin mie. Harusnya bilang dong jangan lupa pakai telor, gitu! Malah diem-diem aja!'

Ku telan kembali kata-kata itu dan membuat seporsi mie lagi. Kali ini dengan telur, sayuran hijau, sosis, dan jamur. Aku masukan semua yang cocok dimakan bersama mie.

"Silahkan, Tuan." Aku meletakkan mangkuk itu di hadapan Ghiffa.

Dia menatapku heran, "Emang gue minta lo masukin sosis dan lain-lainnya?!"

Ya Tuhan.

"Saya hanya berinisiatif aja, Tuan. Anda 'kan ingin makan mie yang bisa membuat anda kenyang, makanya saya masukkan semua agar anda bisa kenyang. Udah cepetan di makan, Tuan! Tuan gak cape teriak-teriak terus?" Akhirnya aku mendebatnya. Pedulilah!

Tanpa disangka, dia tidak membalas kata-kataku. Dia mulai melahap mie yang kubuatkan.

"Saya permisi." Aku berniat kembali ke kamarku.

"Lo mau kemana?" Tanyanya. "Duduk." Dagunya mengarah pada kursi di hadapannya.

"Duduk, Tuan?" Tanyaku bingung.

"Gue gak suka makan sendirian." Ucapnya sambil terus memakan mienya. Aku masih terdiam mematung. "Duduk gue bilang! Tuh abisin mie yang tadi lo bikin. Mubadzir!"

Aku memandang pada mangkuk mie yang ada di meja itu. Mienya sudah sedikit mengembang. Aku tidak suka mie yang sudah mengembang seperti itu, malah aku cenderung lebih menyukai mie yang setengah matang.

Tidak ingin membuat Ghiffa berteriak lagi, akupun duduk di hadapan Ghiffa dan menggeser mangkuk mie itu ke arahku dan mulai melahapnya dengan tidak semangat. Mienya tidak enak, sudah mengambang dan agak dingin. Makan mie itu 'kan harus dalam keadaan airnya masih panas.

"Tadi Mama kesini? Mama nyuruh lo ke sekolah gue besok?" Tanya Ghiffa memecah keheningan.

"Iya, Tuan. Saya harus menggantikan Nyonya Natasha dan Tuan Musa karena beliau tidak bisa memenuhi panggilan guru anda, jadi saya yang diminta datang." Terangku.

"Lo besok jangan ngomong macem-macem. Iya-iya aja kalau guru ngomong sama lo. Terus gak usah laporin yang macem-macem sama bokap-nyokap gue. Terutama kalau gue diskors. Lo diem aja."

"Tapi, Tuan..."

Belum selesai aku berbicara, Ghiffa memotong ucapanku. "Gak usah banyak protes. Lo disini cuma ART. Ikutin aja apa kata gue." Ghiffa beranjak dari kursi setelah ia meneguk segelas air putih.

"Baik, Tuan." Diingatkan bahwa aku hanyalah seorang ART membuatku tidak bisa berkata-kata lagi.

"Udah lo beresin piring kotor, masuk ke kamar gue."

Aku tersedak saking terkejutnya mendengar perintah Ghiffa. Ke kamarnya? Apa yang dia ingin aku lakukan di kamarnya selarut ini?

Terpopuler

Comments

Erni Fitriana

Erni Fitriana

😏😏😏😏😏😏😏😏😏😏ghiffa

2024-06-04

1

meE😊😊

meE😊😊

nasib jd art ya gtu

2023-08-08

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Menjadi ART
2 Bab 2: Hyuga
3 Bab 3: Alghiffari Airlangga
4 Bab 4: Tuan Muda Menyebalkan
5 Bab 5: Takut Tidur Sendiri
6 Bab 6: Anak Badung
7 Bab 7: Berpacaran dengan Zayyan
8 Bab 8: Satu Sendok Es Krim
9 Bab 9: Seperti Kencan
10 Bab 10: Alghazali Airlangga
11 Bab 11: Jangan Temui Gazha lagi
12 Bab 12: Kejadian di Danau
13 Bab 13: Menghindar
14 Bab 14: Sudut Pandang Ghiffa
15 Bab 15: Ancaman yang Mendebarkan
16 Bab 16: Hyuga = Zayyan?
17 Bab 17: SMA Centauri
18 Bab 18: Pembuat Onar
19 Bab 19: Kecurigaan
20 Bab 20: Terlanjur Sayang
21 Bab 21: Perayaan Satu Bulan
22 Bab 22: Seperti Kencan (part 2)
23 Bab 23: Makan Malam (Romantis?)
24 Bab 24: Menyadari Perasaan
25 Bab 25: Terungkap
26 Bab 26: Zayyan bukan Hyuga
27 Bab 27: Patah Hati
28 Bab 28: Hari yang Berat
29 Bab 29: Tempat Bersandar
30 Bab 30: Awal yang Baru
31 Bab 31: Menelaah Hati
32 Bab 32: Kesalahan Nyonya Natasha
33 Bab 33: Klarifikasi pada Zalfa
34 Bab 34: Tidak Pandang Bulu
35 Bab 35: Cerita yang Familiar
36 Bab 36: Lari dari Kenyataan
37 Bab 37: Menolak
38 Bab 38: Membuat Ayana Jatuh Cinta
39 Bab 39: Nama yang Kembali Terdengar
40 Bab 40: Dilema
41 Bab 41: I am so Into You
42 Bab 42: Membuat Kesepakatan
43 Bab 43: Ghiffa Rasa Hyuga
44 Bab 44: Syarat Tambahan
45 Bab 45: Ghiffa dan Ghaza
46 Bab 46: Hubungan yang Buruk
47 Bab 47: Tindakan Nekat
48 Bab 48: Hanya Aku
49 Bab 49: Hukuman untuk Ghiffa
50 Bab 50: Si Tuan Manja
51 Bab 51: Rendah Diri
52 Bab 52: Sikap Ghaza
53 Bab 53: Merasa Bersalah
54 Bab 54: Kejadian Sebenarnya
55 Bab 55: Bumerang
56 Bab 56: Hyuganya Aya, Ayanya Hyuga
57 Bab 57: Badai Belum Usai
58 Bab 58: Cerita tentang Ghiffa
59 Bab 59: Cerita tentang Ghiffa (part 2)
60 Bab 60: Pelangi Setelah Badai
61 Bab 61: Hasil Keringat Sendiri
62 Bab 62: Wajah Baru
63 Bab 63: Jaga Hati
64 Bab 64: Ghiffa yang Sesungguhnya
65 Bab 65: Ayana adalah Pacarku
66 Bab 66: Kesempatan Bagus
67 Bab 67: Kembali Tahu Diri
68 Bab 68: Menemani Ghaza
69 Bab 69: Menculik Ayana
70 Bab 70: Hanya, Kamu Bilang?
71 Bab 71: Sudut Pandang Berbeda
72 Bab 72: Mempertahankan
73 Bab 73: Gadis Berhati Murni
74 Bab 74: Kampung Halaman
75 Bab 75: However You Are
76 Bab 76: Sandiwara Tugas Projek
77 Bab 77: Menengok Secuil Masa Lalu
78 Bab 78: Yakin Seratus Persen
79 Bab 79: Kejadian tak Terduga
80 Bab 80: Mendadak Suami-Istri
81 Bab 81: Istriku
82 Bab 82: Bapak
83 Bab 83: Pertama Kali
84 Bab 84: Aa Ghiffa
85 Bab 85: Pulang Nanti
86 Bab 86: Kiriman Makanan
87 Bab 87: Sudah Bersuami
88 Bab 88: Lagi, Kiriman dari Ghaza
89 Bab 89: Cincin Berlian Kecil
90 Bab 90: Bertemu Mama Mertua
91 Bab 91: Natasha dan Lucas
92 Bab 92: Di Hotel
93 Bab 93: Morning Sweet Talk
94 Bab 94: Pencarian Ayana
95 Bab 95: Apartemen V Unit 2008
96 Bab 96: Tidak apa-apa
97 Bab 97: Cinta itu Tidak Ada
98 Bab 98: Menangis Bersama Belva
99 Bab 99: Menimpa Jejak
100 Bab 100: Tekad Perempuan yang tersakiti
101 Bab 101: Persiapan Pembalasan
102 Bab 102: Teman Kencan Ghaza
103 Bab 103: Pusat Perhatian
104 Bab 104: Kakak Terbaik
105 Bab 105: Restu
106 Bab 106: Belum Selesai
107 Bab 107: Ungkapan Cinta Ghaza
108 Bab 108: Pergi dari Rumah
109 Bab 109: Menuruti Kenekatan Ghiffa
110 Bab 110: Ghiffa Sang Pemenang
111 Bab 111: Waspada pada Ghaza
112 Bab 112: Memori Buruk
113 Bab 113: Selalu Seperti Ini
114 Bab 114: Pemandangan Menyakitkan
115 Bab 115: Nasehat Lucas
116 Bab 116: Pesona Ayana
117 Bab 117: Trauma
118 Bab 118: Sembuh
119 Bab 119: Bertemu Ghaza Lagi
120 Bab 120: Selamat Berusia 19 Tahun
121 Bab 121: Hadiah dari Tuan Musa
122 Bab 122: Sebelum Acara
123 Bab 123: Jamuan Pernikahan
124 Bab 124: Ghiffa yang Tenang
125 Bab 125: Positive Vibes
126 Bab 126: Honeymoon
127 Bab 127: Berharap Ini Hanya Mimpi Buruk
128 Bab 128: Tidak Berdaya
129 Bab 129: Demi sang Putra
130 Bab 130: Prinsip dan Ego
131 Bab 131: Hati Seorang Ayah
132 Bab 132: Mati Rasa
133 Bab 133: Pulih untuk Ghiffa
134 Bab 134: Bangun
135 Bab 135: Menghargai Diri Sendiri
136 Bab 136: Melandai
137 Bab 137: Ikhlas
138 Bab 138: Lupa atau Pura-pura?
139 Bab 139: Merajuk
140 Bab 140: Ghiffa Curang
141 Bab 141: Pesta Ulang Tahun
142 Bab 142: Papa dan Mama
143 Bab 143: Satu Bulan Kemudian
144 Bab 144: Resepsi
145 Bab 145: Mimpi (end)
146 Ekstra 1: Mengejar Cinta Ghaza
147 Ekstra 2: Mengejar Cinta Ghaza (part 2)
148 Ekstra 3: Mengejar Cinta Ghaza (part 3)
149 Ekstra 4: Visual Novel
150 Ekstra 5: Promosi Novel Baru
151 Ekstra 6: Visual Novel (part 2)
152 Ekstra 7: Wanita Rahasia Daddy Zach
153 Ekstra 8: Pengorbanan Nayara
154 Ekstra 9: Om Rey Tersayang
155 Ekstra 10: Marry Me, Dev
156 Ekstra 11: My Big Girl
157 Ekstra 12: Single Mom
158 Ekstra 13: Miss Rania, I Love you
159 Ekstra 14: Selingkuh Itu Indah
160 Ekstra 15: Mengejar Cinta Nabila
161 Ekstra 16: Jodohkah Kita?
Episodes

Updated 161 Episodes

1
Bab 1: Menjadi ART
2
Bab 2: Hyuga
3
Bab 3: Alghiffari Airlangga
4
Bab 4: Tuan Muda Menyebalkan
5
Bab 5: Takut Tidur Sendiri
6
Bab 6: Anak Badung
7
Bab 7: Berpacaran dengan Zayyan
8
Bab 8: Satu Sendok Es Krim
9
Bab 9: Seperti Kencan
10
Bab 10: Alghazali Airlangga
11
Bab 11: Jangan Temui Gazha lagi
12
Bab 12: Kejadian di Danau
13
Bab 13: Menghindar
14
Bab 14: Sudut Pandang Ghiffa
15
Bab 15: Ancaman yang Mendebarkan
16
Bab 16: Hyuga = Zayyan?
17
Bab 17: SMA Centauri
18
Bab 18: Pembuat Onar
19
Bab 19: Kecurigaan
20
Bab 20: Terlanjur Sayang
21
Bab 21: Perayaan Satu Bulan
22
Bab 22: Seperti Kencan (part 2)
23
Bab 23: Makan Malam (Romantis?)
24
Bab 24: Menyadari Perasaan
25
Bab 25: Terungkap
26
Bab 26: Zayyan bukan Hyuga
27
Bab 27: Patah Hati
28
Bab 28: Hari yang Berat
29
Bab 29: Tempat Bersandar
30
Bab 30: Awal yang Baru
31
Bab 31: Menelaah Hati
32
Bab 32: Kesalahan Nyonya Natasha
33
Bab 33: Klarifikasi pada Zalfa
34
Bab 34: Tidak Pandang Bulu
35
Bab 35: Cerita yang Familiar
36
Bab 36: Lari dari Kenyataan
37
Bab 37: Menolak
38
Bab 38: Membuat Ayana Jatuh Cinta
39
Bab 39: Nama yang Kembali Terdengar
40
Bab 40: Dilema
41
Bab 41: I am so Into You
42
Bab 42: Membuat Kesepakatan
43
Bab 43: Ghiffa Rasa Hyuga
44
Bab 44: Syarat Tambahan
45
Bab 45: Ghiffa dan Ghaza
46
Bab 46: Hubungan yang Buruk
47
Bab 47: Tindakan Nekat
48
Bab 48: Hanya Aku
49
Bab 49: Hukuman untuk Ghiffa
50
Bab 50: Si Tuan Manja
51
Bab 51: Rendah Diri
52
Bab 52: Sikap Ghaza
53
Bab 53: Merasa Bersalah
54
Bab 54: Kejadian Sebenarnya
55
Bab 55: Bumerang
56
Bab 56: Hyuganya Aya, Ayanya Hyuga
57
Bab 57: Badai Belum Usai
58
Bab 58: Cerita tentang Ghiffa
59
Bab 59: Cerita tentang Ghiffa (part 2)
60
Bab 60: Pelangi Setelah Badai
61
Bab 61: Hasil Keringat Sendiri
62
Bab 62: Wajah Baru
63
Bab 63: Jaga Hati
64
Bab 64: Ghiffa yang Sesungguhnya
65
Bab 65: Ayana adalah Pacarku
66
Bab 66: Kesempatan Bagus
67
Bab 67: Kembali Tahu Diri
68
Bab 68: Menemani Ghaza
69
Bab 69: Menculik Ayana
70
Bab 70: Hanya, Kamu Bilang?
71
Bab 71: Sudut Pandang Berbeda
72
Bab 72: Mempertahankan
73
Bab 73: Gadis Berhati Murni
74
Bab 74: Kampung Halaman
75
Bab 75: However You Are
76
Bab 76: Sandiwara Tugas Projek
77
Bab 77: Menengok Secuil Masa Lalu
78
Bab 78: Yakin Seratus Persen
79
Bab 79: Kejadian tak Terduga
80
Bab 80: Mendadak Suami-Istri
81
Bab 81: Istriku
82
Bab 82: Bapak
83
Bab 83: Pertama Kali
84
Bab 84: Aa Ghiffa
85
Bab 85: Pulang Nanti
86
Bab 86: Kiriman Makanan
87
Bab 87: Sudah Bersuami
88
Bab 88: Lagi, Kiriman dari Ghaza
89
Bab 89: Cincin Berlian Kecil
90
Bab 90: Bertemu Mama Mertua
91
Bab 91: Natasha dan Lucas
92
Bab 92: Di Hotel
93
Bab 93: Morning Sweet Talk
94
Bab 94: Pencarian Ayana
95
Bab 95: Apartemen V Unit 2008
96
Bab 96: Tidak apa-apa
97
Bab 97: Cinta itu Tidak Ada
98
Bab 98: Menangis Bersama Belva
99
Bab 99: Menimpa Jejak
100
Bab 100: Tekad Perempuan yang tersakiti
101
Bab 101: Persiapan Pembalasan
102
Bab 102: Teman Kencan Ghaza
103
Bab 103: Pusat Perhatian
104
Bab 104: Kakak Terbaik
105
Bab 105: Restu
106
Bab 106: Belum Selesai
107
Bab 107: Ungkapan Cinta Ghaza
108
Bab 108: Pergi dari Rumah
109
Bab 109: Menuruti Kenekatan Ghiffa
110
Bab 110: Ghiffa Sang Pemenang
111
Bab 111: Waspada pada Ghaza
112
Bab 112: Memori Buruk
113
Bab 113: Selalu Seperti Ini
114
Bab 114: Pemandangan Menyakitkan
115
Bab 115: Nasehat Lucas
116
Bab 116: Pesona Ayana
117
Bab 117: Trauma
118
Bab 118: Sembuh
119
Bab 119: Bertemu Ghaza Lagi
120
Bab 120: Selamat Berusia 19 Tahun
121
Bab 121: Hadiah dari Tuan Musa
122
Bab 122: Sebelum Acara
123
Bab 123: Jamuan Pernikahan
124
Bab 124: Ghiffa yang Tenang
125
Bab 125: Positive Vibes
126
Bab 126: Honeymoon
127
Bab 127: Berharap Ini Hanya Mimpi Buruk
128
Bab 128: Tidak Berdaya
129
Bab 129: Demi sang Putra
130
Bab 130: Prinsip dan Ego
131
Bab 131: Hati Seorang Ayah
132
Bab 132: Mati Rasa
133
Bab 133: Pulih untuk Ghiffa
134
Bab 134: Bangun
135
Bab 135: Menghargai Diri Sendiri
136
Bab 136: Melandai
137
Bab 137: Ikhlas
138
Bab 138: Lupa atau Pura-pura?
139
Bab 139: Merajuk
140
Bab 140: Ghiffa Curang
141
Bab 141: Pesta Ulang Tahun
142
Bab 142: Papa dan Mama
143
Bab 143: Satu Bulan Kemudian
144
Bab 144: Resepsi
145
Bab 145: Mimpi (end)
146
Ekstra 1: Mengejar Cinta Ghaza
147
Ekstra 2: Mengejar Cinta Ghaza (part 2)
148
Ekstra 3: Mengejar Cinta Ghaza (part 3)
149
Ekstra 4: Visual Novel
150
Ekstra 5: Promosi Novel Baru
151
Ekstra 6: Visual Novel (part 2)
152
Ekstra 7: Wanita Rahasia Daddy Zach
153
Ekstra 8: Pengorbanan Nayara
154
Ekstra 9: Om Rey Tersayang
155
Ekstra 10: Marry Me, Dev
156
Ekstra 11: My Big Girl
157
Ekstra 12: Single Mom
158
Ekstra 13: Miss Rania, I Love you
159
Ekstra 14: Selingkuh Itu Indah
160
Ekstra 15: Mengejar Cinta Nabila
161
Ekstra 16: Jodohkah Kita?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!