Ternyata banyak pula murid akademi Zezzanaza yang tertarik atas kehadiran Zen bersama mereka. Tapi sayangnya rasa tertarik itu bukan suatu kekaguman atau hal lain yang membuat mereka terpesona, melainkan sebuah sindiran karena Zen tidak melakukan apa pun dari awal masuk Dungeon.
Dia hanya berjalan-jalan, mengikuti dari belakang bersama para Hunter yang berbaris menjaga kelompok mereka.
Bisik-bisik....
"Lelaki itu benar-benar tidak berguna, dia ada disini hanya karena meminta Sena mengajaknya. Cih menyusahkan saja."
'Mulut siapa yang bicara itu ?.'
Zen tentu bisa mendengarnya, telinga yang dia miliki benar-benar sensitif untuk semua penghinaan.
"Sudah jadi beban keluarga, sekarang jadi beban kelompok, apa itu memang hobinya."
Mereka tertawa keras.
'Kau itu beban keluarga, ngaca dulu sana.' Zen tidak bisa untuk tidak kesal.
Tapi dia tahu posisinya hanya sebagai orang luar yang dibawa oleh Sena, sehingga tidak mungkin mencari masalah kepada anak-anak bangsawan.
"Aku yakin, Sena kasihan, dia merengek dan memohon-mohon di kakinya. Karena ingin masuk ke Dungeon. Jika bukan teman Sena, sudah aku tendang dia itu."
'Gara-gara gadis itu sembarangan membuat alasan, sekarang aku yang dianggap tidak berguna. Aku ingin pulang.'
Zen tidak ingin menanggapi ocehan mereka, sejak awal dia hanya menjadi korban paksaan Sena agar mengikuti kemauan egoisnya.
Tapi mereka-mereka yang baru memiliki gelar sebagai jubah biru, seakan dunia ada di dalam genggaman, menganggap orang lain hanya seonggok sampah dan mereka adalah rajanya.
Bahkan jika Zen ingin membunuh semua Golem, dia tidak akan perlu repot-repot mengangkat tangan.
Kapten Sam Soul yang bertugas mengawasi kelompok Dua di dalam Dungeon mendekati Zen dan dia pun mengajaknya bicara.
"Kau anak dari dokter Remus kan ?."
"Oh. Kapten Sam Soul mengenal ayahku ?." Balas Zen.
"Ya begitulah, aku seringkali mendapat bantuan dari tuan Remus. Jadi kenapa kau ada disini ?, apa kau murid akademi Zezzanaza ?."
"Pertama aku bukan murid akademi, paling tidak untuk sekarang. Kedua Aku dipaksa ke tempat ini karena gadis gila itu." Tunjuk Zen ke arah Sena.
Wanita itu sedang membabi-buta menghancurkan setiap Golem tanpa memberi kesempatan bagi murid lain.
"Tapi apa kau tidak berniat melawan golem-golem itu, setidaknya bisa menjadi pengalaman seru." Tanya Sam Soul tersenyum sendiri.
Zen tidak cocok untuk suasana ramai seperti ini...."Aku tidak menyukai pengalaman, sedangkan aku terpaksa melakukannya."
"Kau benar-benar teguh dengan pendirian mu yah..." Jelas itu bukan pujian dari Sam.
Tapi Zen tetap menjawab ...."Terimakasih."
Kelompok dua menjadi kelompok pertama yang sampai di lantai 9, dimana satu lantai lagi mereka akan menghadapi penguasa lantai 10.
Tapi master Ziza memerintahkan untuk setiap kelompok harus berkumpul terlebih dahulu sebelum melawan penguasa lantai 10 dan menyerang secara bersamaan.
Sena sangat bersemangat perjalanan membasmi para Golem, hingga ketika mereka beristirahat sembari menunggu kelompok lain, senyum di wajah Sena tidak turun sama sekali.
"Kau benar-benar menikmatinya."
"Tentu saja, tapi apa-apaan kau itu, sejak tadi kau hanya diam tanpa melakukan apapun, sungguh rugi sekali." Balas Sena mengejek.
"Bahkan jika aku membantu, semua Golem sudah dihancurkan olehmu."
Sena tertawa tanpa dosa ... "Apa aku berlebihan ?."
"Tidak juga, kau mempermudah pekerjaan murid lain, sampai-sampai mereka bosan dan memiliki banyak waktu untuk melihat kau bertarung."
Cukup lama menunggu, dimana kelompok dua datang lebih cepat, dua kelompok lain pun akhirnya datang. Berbeda dengan kelompok Sena, para murid yang baru saja sampai terlihat begitu kelelahan dan ada juga yang terluka.
Tapi memang begitulah harusnya praktik kerja lapangan, merasakan langsung sebuah pertarungan dengan kerja keras dan rasa sakit melawan para monster.
Master Ziza bisa tahu bahwa jika kehadiran Kelompok dua yang sampai lebih cepat adalah karena perbuatan Sena, sedikit rasa penyesalan di wajah guru cantik itu.
"Harusnya aku tidak memperbolehkan mu untuk bertarung." Master Ziza menyesal.
"Yang benar saja, master, tidak mungkin aku melewatkan pertarungan pertama ku di dalam Dungeon ini." Tegas Sena tidak menerima permintaan Ziza.
Sena seakan tidak sabar untuk memasuki lantai 10 dan melawan penguasa di lantai dalamnya. Tapi master Ziza meminta Sena menunggu, karena ada banyak murid harus memulihkan kondisi akibat perjalanan sebelumnya.
Master Ziza pun memberi sedikit arahan ...
"Baik semua tolong perhatikan, sebelum kita melawan penguasa lantai 10, ada beberapa hal yang harus aku jelaskan...."
Mereka tentu sudah memiliki beberapa informasi soal monster yang menguasai lantai 10, dimana di dalam sana terdapat seekor monster setara binatang iblis kategori C, Golem api.
Sebuah golem yang memiliki kekuatan elemen api, biasanya mereka mampu mengeluarkan api di sekujur tubuh dan melemparkan batu-batu terbakar sebagai bentuk serangan.
Bagi Sena itu bukan lawan sepadan, tapi untuk murid akademi yang setingkat jubah putih dan biru, sudah menjadi lawan sulit.
Sehingga bagi para kelompok murid mereka harus mengatur serangan sihir dari elemen yang melemahkan api, yaitu air. Kemudian menjaga jarak saat Golem melempar batu-batu terbakar ke arah mereka.
Selama penyerangan di jalankan sesuai rencana, tentu para murid akademi pemula pun masih mampu mengalahkan Golem api.
"Untuk kali ini aku ingin kau tidak melakukan apa pun Sena." Tegas peringatan dari master Ziza.
"Eh kenapa ?, Itu sama saja, Aku tidak bisa menunjukkan kekuatanku."
"Kami tahu seberapa kuat kau sekarang, jadi beri kesempatan untuk murid-murid lain."
"Cih, tidak seru." Gumam Sena.
Saat para Hunter membuka pintu menuju ke ruangan penguasa lantai sepuluh dan semua murid bergerak masuk. Secara tiba-tiba kobaran api menyala di sekeliling ruangan.
Sosok Golem yang awalnya hanya setumpuk batu tidak beraturan, kini bergerak membentuk tubuh dengan tinggi 3 meter. Selimut api pun menyala membakar wujud itu dan tampak takjub bagi semua murid saat melihatnya.
Tiga murid yang menjadi pemimpin kelompok segera mengatur posisi sesuai rencana, ada dua belas kesatria sihir dengan senjata lengkap maju di barisan depan.
Di bagian belakang para ahli sihir melepas serangan energi berupa element air untuk melemahkan kobaran api di tubuh Golem.
Heller sudah mulai merapal mantra peningkatan kekuatan fisik kepada dua belas kesatria sihir. Dimana saat Golem menjadi lebih lemah barulah kesatria sihir menyerang maju.
Masing-masing senjata terselimuti energi sihir untuk menambah tingkat kerusakan kepada lawan, dan itu memang sangat efektif.
Ketika Golem kembali bangkit, semua murid berlindung ke belakang dimana para ahli sihir membuat perisai energi untuk menahan lemparan batu yang terbakar.
Berulang kali, menyerang dan bertahan, hingga dalam satu serangan terakhir, Golem api hancur dan berhamburan meninggalkan batu jiwa yang jatuh di atas lantai.
Rencana berjalan lancar, tidak ada korban jiwa atau murid yang terluka, hanya saja, mereka tampak kelelahan akibat kekurangan energi sihir dalam tubuh.
Ini cukup wajar, jumlah energi setingkat jubah putih dan biru tidaklah sebanyak jubah Raja seperti Sena. Apa lagi jika menjadikan Sena sebagai tolak ukur kekuatan mereka.
Seorang pahlawan tidak hanya memiliki jumlah energi di atas normal, tapi regenerasi energi pun selalu aktif, dimana artinya mereka bisa bertarung dalam waktu lama tanpa takut kehabisan energi. Kecuali mendapat serangan kuat dan memberi luka fatal di bagian vital, bahkan seorang pahlawan pun akan tewas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Ya Fi
memang dari awal tu cwek egois kan
2023-08-22
2
jingga
👎👎👎👎👎👎👎 MC nya goblok banget
2023-08-07
0