Meski Sena diminta oleh master Ziza tidak menggunakan skill pahlawan, dia tetap terlihat begitu bersemangat, karena memang untuk pertama kalinya akan menjelajahi Dungeon.
Sejak kecil Sena tidak seperti gadis yang menyukai boneka, bermain mamah papah an, atau pun mempercantik diri dengan gaun indah. Dia sangat sulit di atur, tidak bisa menjaga rambut panjangnya agar tetap rapi dan bersorak-sorai mendukung saat melihat orang berkelahi.
Orang-orang di belakang Sena sering menyebutnya sebagai 'Anak setan', 'An*jing galak' atau pun 'Gadis gila'. Namun seiring berjalannya waktu, Sena tumbuh menjadi gadis yang cantik luar biasa. Meski pun soal sifat jangan di tanya.
"Hei Zen, bagaimana kalau kita pergi sampai lantai 50." Ucapnya santai tanpa pernah berpikir tentang ekspresi Zen yang mendengar.
"Apa kau gila !!?."
"Kau tidak sopan memanggil seorang gadis dengan sebutan gila." Sena menggerutu.
"Memang kau gadis !!?."
"Kenapa kau terkejut untuk itu !!!."
Sena benar-benar tidak bisa membuat sebuah lelucon, bahkan Zen tidak tahu apa yang dia katakan hanya sekedar bercanda atau serius.
"Lantai 50, itu sama saja dengan kita ingin bunuh diri, bahkan Hunter lencana Mytril tidak mau mengambil resiko menjelajah hingga lantai 40."
Hunter Mytril bisa dibilang sangat kuat, mereka cukup mampu mengalahkan seekor binatang iblis kategori SS, bahkan jika dianggap pahlawan pun tidaklah salah, karena sebagian besar sosok Hunter Mytril dan Adamantium memiliki kemampuan di atas rata-rata.
"Tapi bukankah ini menarik, aku ingin tahu ekspresi semua orang saat tahu jika kita berhasil menaklukkan Dungeon ini."
"Kau lakukan sendiri, aku tidak mau ikutan, ok... Aku tidak ingin mendapat masalah lebih dari ini." Zen menolak.
"Dasar pengecut."
"Terserah kau mau bilang apa, aku masih ingin hidup lebih lama, jangan bawa aku kedalam masalah yang akan kau buat."
Meski begitu, Zen bisa merasakan senyum di wajah Sena memiliki rencana buruk kepada dirinya. Ada kemungkinan, dia akan menyelinap pergi dari kelompok dan melanjutkan penjelasan lebih dalam tanpa di ketahui oleh masternya.
Sedangkan dari belakang Zen, para Hunter yang masih berkumpul di barisan mulai berbisik-bisik.
"Lihat mereka, menganggap bahwa Dungeon ini seperti wahana permainan, bersemangat seakan-akan sedang liburan." Gumam satu Hunter tersenyum mengejek.
"Kita disini seperti pengasuh bayi." Lanjut kawan yang lain.
"Itu benar. Mereka tidak lebih anak-anak bangsawan manja yang akan menangis ketika di gigit oleh binatang iblis."
Sedangkan satu orang yang mendengar bisikan mereka segera berdiri tegas memberi peringatan dengan sebuah batuk. Dia adalah kapten dari kelompok Hunter Arcidian ini. Sam Soul.
Hunter lencana gold yang sudah memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun menjelajah Dungeon.
"Jaga bicaramu, ini adalah tugas kita, kau harus siap dalam hal apa pun." Ucapnya tegas.
Tidak ada yang berani melawan..."Baik kapten."
Kelompok pertama yang terdiri dari 12 murid akademi, dua Hunter lencana gold mulai memasuki Dungeon dan mengambil lorong menuju zona Rawa.
Tidak berselang lama, kelompok dua yang dimana Sena, Zen dan pangeran mahkota Alvardo ada di dalamnya, kini bergerak masuk menuju zona bebatuan lorong kedua.
Di belakang mereka pun kelompok tiga mengikuti dan mengambil lorong labirin.
Berjarak kurang dari dua ratus meter setelah memasuki lorong, kelompok Sena berada di sebuah ruangan dengan batu-batu stalaktit yang lancip menggantung di langit-langit.
Ini adalah lantai pertama dimana tidak banyak Golem bermunculan untuk menyerang ukurannya pun terbilang kecil. benar-benar tepat sebagai tempat berlatih bagi para murid yang baru mencoba melawan monster.
Setelah kemunculan Golem, para Hunter memberi aba-aba dari barisan depan kepada semua murid.
"Ada lima Golem datang dari arah depan."
Tugas untuk menyerang dan mengalahkan Golem di serahkan kepada murid-murid akademi. Dimana mereka membentuk kelompok dan mengambil bagian atas tugasnya masing-masing.
Kesatria sihir menjadi penyerang di barisan depan dan berhadapan secara langsung dalam jarak dekat menggunakan senjata.
Dibelakangnya adalah ahli sihir yang mengambil tugas menyerang dari jarak jauh.
Dan para Heller, bertugas sebagai bantuan lain untuk menyembuhkan luka atau pun memberi peningkatan fisik kepada semua orang.
Sistem bertarung secara terorganisir memang cocok dalam penyerbuan di dalam Dungeon, mereka tidak sembarangan untuk melepas serangan, karena itu berakibat merusak formasi kelompok.
Kecuali untuk satu orang, siapa lagi kalau bukan, Sena.
Tidak ada satu orang pun bisa menghentikan tindakannya menyerang setiap Golem tanpa peduli soal luka atau peningkatan fisik. Dimana secara khusus, Sena memiliki semua kemampuan dalam sebuah kelompok yang dibutuhkan untuk dirinya sendiri.
Itu kelebihan dari statusnya sebagai seorang pahlawan.
Namun, ketika satu Golem bergerak menyerang dari arah belakang, pangeran Alvardo muncul dan menghancurkan monster itu tanpa kesulitan.
Sosok pangeran berdiri mendekat ke sebelah Sena, tujuannya jelas, tidak lain dan tidak bukan, karena untuk menarik perhatian Sena dengan kemampuan di pertarungan melawan monster.
"Tenang saja putri Sena, kau tidak perlu mengotori tanganmu untuk melawan monster lemah ini. Biar aku yang mengalahkan mereka." Ucapnya dengan suara gagah.
'Woah, memang tidak perlu diragukan lagi rayuan dari seorang pangeran.' Entah kenapa Zen cukup kagum mendengarnya.
Dia lelaki dengan seribu satu keahlian yang mampu menunjukkan pesona kepada setiap wanita. Dan jika itu bukan Sena, para wanita akan menjerit-jerit seperti orang kesurupan.
'Hanya saja, gadis ini.....' lirik Zen ke arah Sena.
"Itu tidak perlu, percuma aku datang ke Dungeon tapi tidak bertarung, sungguh menjadi kerugian." Balas Sena kesal sendiri.
Benar saja, Sena bukan seorang gadis yang akan terpesona setelah mendengar suara merdu dari sang pangeran.
Dia tidak terhitung sebagai gadis lemah lembut, meski wajah cantik serta aset pribadi montok yang pantas dibanggakan, namun sifatnya sangat bar-bar dan juga gila akan pertarungan.
Bahkan setelahnya, Dua Golem batu hancur seperti kerupuk, hanya dengan satu tendangan kaki mulusnya sudah cukup meremukkan tubuh batu yang keras.
'Sungguh malang nasib pria ini.'
Memasuki lantai ke lima. Para murid sejenak beristirahat, begitu juga dengan Zen, meski dia tidak melakukan apa pun, hanya mengikuti dari belakang, tetap menikmati waktu untuk menyandarkan tubuh di dinding batu stalakmit.
Sena datang mendekat dan memberi satu botol air minum kepadanya.
"Hei Zen... Apa kau terpanggil juga semalam."
"Soal tuhan sejati antara sepuluh renkarnasi pahlawan dan Sepuluh renkarnasi iblis." Jawabnya.
"Ya itu, bagaimana menurutmu ?."
Rumit wajah Zen menunjukkan tanda malas...."Merepotkan. Aku tidak habis pikir, ini seperti permainan antara pertandingan dewa dan iblis, sedangkan kita adalah bidak yang mereka gerakkan."
Zen coba jujur atas pendapat pribadi, sama seperti yang ditanyakan oleh Tuhan sejati tentang pilihan hidupnya nanti. Hidup sederhana tanpa perlu mencampuri urusan pahlawan atau pun iblis.
"Oh iya Sena, apa di akademi Zezzanaza ada pahlawan lain yang belajar di sana."
"Ada, satu orang pahlawan lagi."
Zen penasaran karena hanya Sena saja yang dikenalnya sebagai pahlawan, sedangkan sembilan orang lain tentu memiliki hal luar biasa.... "Seperti apa dia ?."
"Seorang lelaki seumuran dengan kita yang lahir di kerajaan Yomna bernama Ramzel, tapi kemampuan sihirnya benar-benar luar biasa." Ungkap Sena terlalu berlebihan.
"Aku pikir kau sudah sangat luar biasa dengan jubah raja, tapi kau menganggap pahlawan itu jauh lebih hebat." Zen tidak bisa membayangkan.
"Kekuatanku sekarang masih belum ada apa-apanya dengan Ramzel, dia sudah menyandang gelar ahli sihir jubah Kaisar di usia yang sama."
Zen menatap serius untuk bertanya hal lain...."Itu terlalu luar biasa, jadi apa kau juga pernah melihat skill milik Ramzel ?."
"Satu kali, dia adalah skill pemanggilan binatang suci. Naga, dan dia punya Dua."
Memang sesuatu yang diharapkan dari pahlawan utusan Dewa, kekuatan mereka benar-benar terlalu luar biasa. Jika Sena memiliki senjata setingkat ahli sihir jubah Saint yang mampu menghancurkan satu kerajaan dengan sekali serang.
Maka kekuatan Ramzel adalah perwujudan dari makhluk pembawa bencana itu sendiri, siapa pun tahu seberapa mengerikan sosok naga.
Meski bukan naga kuno, kekuatan naga elemen atau naga kelas rendah, satu ekor saja sudah pun mampu membuat sebuah kerajaan porak poranda, dan dia punya dua. Sungguh terlalu luar biasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Ya Fi
sampai di sini saya menilai MC seperti tokoh sampingan, maaf Thor cuma pendapat
2023-08-22
1
Ren
heller apa healer lagi sesuai?
2023-06-30
1
Nurul
Sam poerno
2023-05-10
0