Sena terbangun dari tidurnya, merasa lelah untuk sebuah mimpi yang dia lihat dan dengar, tentang sepuluh pahlawan harus melawan sepuluh kesatria iblis adalah nyata.
Sebagai salah satu pahlawan utusan Dewa, dia sudah banyak mengetahui soal kehidupan para ras iblis.
Wilayah kekuasaan Ras iblis tersebar di empat benua Utara, timur, barat dan selatan. Meski tidak seperti manusia yang mendominasi sebagian besar benua timur, barat dan utara, dan hanya sedikit bagian milik kerajaan iblis.
Tapi satu benua yaitu Selatan, atau biasa disebut benua gelap, seluruhnya dikuasai oleh ras iblis dan tidak ada manusia berani untuk hidup di wilayah kekuasaan para iblis.
Tidak hanya menjadi sarang musuh bagi manusia, tapi juga tentang iklim yang ekstrim, daratan keras seperti gurun pasir, tanah rawa dan bersalju, sumber daya cukup sulit di dapatkan dan binatang iblis lebih ganas.
Hanya tubuh dari para iblis saja mampu bertahan di tempat yang keras seperti benua Selatan. Bahkan untuk iblis belum berakal ketika mereka tidak memiliki makanan, maka akan saling membunuh dan melakukan kanibalisme demi bertahan hidup.
Dan ras iblis pun mampu berevolusi, berkembang semakin kuat hingga menumbuhkan kecerdasan spiritual, berbicara layaknya manusia, menggunakan skill dan memanipulasi energi dalam tubuh.
Tingkat para iblis pun hanya di hitung ketika mereka memasuki evolusi.
Kesatria iblis
Jendral iblis.
Raja iblis.
Kaisar iblis.
Penguasa iblis.
Penguasa iblis sejati.
Bahkan di tingkat tertinggi sebagai penguasa iblis sejati, mereka akan sama kuatnya dengan Ahli sihir jubah Saint. Dimana ketika dua sosok penguasa puncak kekuatan saling bertarung, itu bisa menghancurkan gunung dan membelah lautan.
Ketika Sena melamun, ketukan pintu terdengar.
"Putri Sena, tuan dan nyonya sudah menunggu di ruang makan."
"Ya, aku akan datang." Balas Sena.
Rutinitas di dalam keluarga bangsawan memang penuh dengan aturan, dia harus menjaga sikap, berpakaian anggun dan bicara lembut. Sungguh Sena tidak bisa melakukan itu semua dalam waktu lama.
Karenanya, Sena lebih memilih untuk hidup seperti para hunter, tidak peduli soal sopan santun saat bertarung melawan binatang iblis, atau berpakaian anggun dimana pada akhirnya akan terbasahi oleh darah.
Setelah merapikan diri dengan pakaian yang lebih pantas, kini Sena turun ke lantai bawah, dimana kedua orang tuanya. Rasmi, Erdan dan kedua adik kecilnya sedang menikmati potongan daging rusa batu panggang asin sebagai sarapan.
Kedatangan Sena di meja makan mendapat lirikan mata tidak menyenangkan dari Erdan. Sebuah sapaan pagi yang membuat nafsu makan Sena hilang seketika.
"Kemarin, kau darimana saja Sena ?." Erdan bertanya dengan nada tidak senang.
Sena pun demikian..."Berburu di hutan."
"Kenapa kau melakukannya ?, Bukankah murid-murid akademi Zezzanaza yang lain sedang berlatih tanding dengan prajurit kerajaan."
"Itu tidak memberi ku banyak pengalaman dalam bertarung."
"Harusnya kau sadar dengan posisi mu sebagai tunangan pangeran mahkota Alvardo. Apa kau tahu, pangeran menunggu mu di sana." Semakin keras ucapan Erdan.
Tentu dia sadar kepergian Sena dari tempat latihan adalah ingin menghindari pangeran.
"Siapa yang peduli dengannya, aku memiliki tugas sebagai pahlawan, dan aku harus berkembang dalam pertarungan langsung." Sena menjawab dengan senyum mengejek.
Emosi Erdan seakan sudah di ujung tenggorokan...."Tapi tetap saja, kau adalah wanita, calon istri dari pangeran Alvardo. Sebaiknya kau memprioritaskan hubungan mu kepada anggota keluarga kerajaan."
Lemas Sena menghembuskan nafas, dia memang tahu, tujuan ayah dan ibunya adalah untuk menjalin hubungan dengan keluarga raja. Tidak peduli soal status pahlawan, selama keinginan mereka terpenuhi.
"Memang apa bagusnya menjadi anggota keluarga kerajaan, itu hanya membuat ku semakin terkekang oleh aturan-aturan yang tidak berguna." Balas Sena kesal.
"Jaga bicaramu Sena, kau tahu kami membesarkan mu agar hidup keluarga kita semakin makmur, tidak perlu bersusah payah dan masa depan terjamin."
"Kalau begitu bukankah lebih baik ayah saja yang menikah dengan pangeran mahkota Alvardo, aku yakin semua akan jauh lebih mudah." Tawa Sena terpaksa.
"Kau itu.... Dasar anak tidak tahu diri, lupakan saja status pahlawan mu dan fokus untuk mempersiapkan diri menikah dengan pangeran."
"Ayah, apa ayah sadar, raja pun menginginkan ku sebagai pendamping pangeran karena status pahlawan yang aku miliki, jika bukan karena itu. Apa ayah pikir raja akan mau ?." Kini Sena tersenyum sedikit puas.
Erdan tidak bisa membantah pernyataan dari Sena, meski mereka adalah bangsawan, jika harus menjalin hubungan dengan sang raja, itu hanya akan berakhir sebagai selir atau semacamnya. Sedangkan Raja tentu memilih seorang putri kerajaan lain untuk menjadi pasangan sang pangeran.
Selesai dengan sarapan pagi, Sena menaruh sendok di atas piring keramik yang mahal itu. Berdiri dan bersiap untuk pergi.
"Apa yang akan kau lakukan sekarang ?." Tanya Erdan.
"Apa itu penting untuk ayah ?."
"Katakan !!!."
"Baiklah, baik, hari ini aku akan masuk ke Dungeon bersama murid-murid akademi Zezzanaza yang lain. Sudah cukup ?, Maka aku akan pergi." Segera saja Sena melangkah keluar dari ruang makan.
Erdan mencari tahu tentang kegiatan Sena adalah untuk dia laporkan kepada pangeran, sehingga pangeran memiliki kesempatan mempererat kedekatannya kepada Sena.
Namun Sena tidak segera pergi ke lokasi Dungeon, ini masih terlalu pagi dan dia pun memutuskan untuk menemui seseorang, dia adalah Zen.
Meski secara langsung dia tidak tahu dimana tempat tinggal Zen, tapi sebagian besar penduduk kota mengenal sosok ayahnya, Remus.
Ini cukup mudah, ketika Sena bertanya soal jalan menuju rumah Dokter Remus, orang-orang itu tersenyum sopan dengan wajah bahagia untuk menunjukkan arah.
"Wilayah timur perbatasan, rumah di ujung jalan, memiliki halaman luas berpagar dan ada pohon oak di depannya."
Tidak perlu waktu lama untuk Sena tahu rumah mana yang menjadi tempat tinggal Zen. Dia pun berjalan memasuki halaman dan berdiri mengetuk pintu.
"Permisi, apa Zen ada di rumah...." Sautnya memanggil.
Seorang wanita muda berambut hitam dengan wajah cantik membuka pintu. Dia adalah Tifa.
"Ada apa nona muda ?." Tanya Tifa sopan karena melihat sosok Sena yang begitu cantik.
"Apa Zen ada di rumah ibu ?." Jawab Sena dengan pertanyaan yang sama.
"Dia masih tidur, apa kau ingin menunggu di dalam, ibu akan membangunkannya."
"Terimakasih Bu."
Sena masuk dan duduk di kursi tamu, dia melihat setiap sudut rumah yang sangat sederhana, terbuat dari kayu, sedikit usang dan memiliki aroma harum unik.
Memang jika dibandingkan soal keindahan dengan rumah milik keluarga bangsawan sangatlah jauh, tapi bagi Sena, rumah kayu dan suasana tenang adalah kenyamanan yang membuat dirinya betah.
"Hei mau sampai kapan kau akan tidur !!!, dibawah ada gadis cantik mencari mu !!!, bisakah kau sedikit berusaha agar tidak terlihat memalukan !!!."
Suara ibu itu bernada tinggi, bisa dibayangkan setiap akhir kalimat muncul tanda seru yang begitu besar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
YunArs bingung nulis apa
dipikir pikir iya juga sih🗿
2023-04-14
2