Saat ini bel tanda pulang sekolah telah berbunyi sejak 10 menit yang lalu. Grizz tengah duduk didekat pos satpam untuk menunggu jemputannya ditemani oleh Dara. Tadinya Dara ingin mengantar temannya itu pulang namun Grizz menolaknya karena sebenarnya ia tak tahu alamat rumah dari Alex.
Bahkan dengan cerobohnya, Grizz sama sekali tak mempunyai nomor ponsel dari Alex, Luis, ataupun pekerja di mansion itu. Ia hanya berharap jika Alex telah menyuruh sopir atau siapapun itu untuk menjemputnya.
Halaman sekolah telah sepi, hanya ada beberapa siswa saja yang masih ada disana tengah menunggu jemputan atau kegiatan ekstrakurikuler. Sedari tadi kedua tangannya saling bertaut karena cemas jika tak ada yang menjemputnya.
"Grizz, ini beneran kamu akan dijemput kan? Jangan-jangan kamu dibuang lagi makanya nggak dijemput" canda Dara.
Mendengar candaan itu, Grizz langsung membeku ditempatnya. Ia seperti mengingat masa lalunya yang seperti dibuang oleh ayah kandungnya sendiri. Memori dalam otaknya langsung saja berkelana pada kejadian saat dirinya juga tak dijemput oleh ayahnya waktu dia masih duduk dibangku kelas 2 SD.
"Ayah kemana sih? Aku kan lupa arah jalan pulang" kesal Grizz.
Ibunya waktu itu sedang bekerja sehingga tak bisa menjemput Grizz dan beliau menitipkannya pada sang ayah. Namun ternyata setelah satu jam menunggu, Harto tak juga kunjung datang padahal sekolah sudah benar-benar sepi. Ia ketakutan dan nekat pulang dalam kondisi basah kuyup pasalnya siang itu memang sedang turun hujan. Grizz sedari dulu memang paling susah menghafal jalan pulang ke rumah apalagi jarak sekolahnya lumayan jauh.
Beruntungnya saat di jalan, Grizz bertemu dengan tetangganya sehingga bisa diantarkan pulang. Sesampainya di rumah, ternyata Harto tengah tertidur beralaskan tikar didepan ruang TV. Dirinya menangis dan mengadu pada ibunya membuat Harto marah besar. Bahkan Harto tak segan memukul ibunya karena dibangunkan dari tidur lelapnya. Semenjak saat itu, ibunya tak pernah lagi menyuruh suaminya menjemput Grizz. Ibunya membuatkan sebuah gambar seperti peta di buku tulis Grizz agar sewaktu-waktu jika ia tak bisa menjemput langsung saja melihat apa yang dibuatnya.
***
Mengingat kejadian itu, Grizz tiba-tiba saja menitikkan air matanya. Dara yang melihatnya langsung panik kemudian memeluk erat tubuh Grizz yang bergetar. Grizz menangis pilu didalam pelukan Dara, ia teringat akan bagaimana ibunya dipukuli di depan mata kepalanya.
"Ibu... Ibu..." panggil Grizz pilu disela isakan tangisnya.
Dara bingung dengan apa yang terjadi pada sahabatnya itu. Ia hanya terus mengusap punggung Grizz dengan lembut untuk menenangkannya.
"Jangan nangis dong, nanti pipinya tambah tembem lho" ucap Dara bercanda agar Grizz menghentikan tangisannya.
Benar saja Grizz langsung melepaskan pelukan itu kemudian menghapus kasar air mata yang jatuh di kedua pipinya. Bahkan kini Grizz mendelikkan matanya karena tak terima disindir oleh Dara mengenai pipinya yang tembam.
"Dara nggak boleh bilang pipi Grizz tembam ya. Ini pipinya kelebihan pengembang dikit tahu" kesal Grizz.
Hahahaha...
Sontak saja Dara langsung tertawa mendengar ucapan dari Grizz. Ia tak menyangka jika berteman dengan Grizz ternyata membuat hidupnya jauh lebih berwarna bahkan kini dirinya lebih sering tertawa. Dara sudah menganggap Grizz sebagai adiknya sendiri yang wajib ia jaga.
Mereka terus saja berbincang seru mengenai segala hal yang aneh bahkan lucu. Tak berapa lama, sebuah mobil hitam mewah seperti yang tadi pagi mengantar Grizz telah terparkir tepat di hadapan dua gadis itu. Sontak saja keduanya mengalihkan pandangannya, Grizz dengan tatapan berbinarnya sedangkan Dara yang kebingungan.
"Dara, Grizz udah dijemput. Grizz pulang dulu ya, terimakasih sudah menemani" ucap Grizz yang kemudian berdiri dari duduknya.
Dara melongokkan matanya pasalnya ia tak menyangka jika Grizz merupakan anak dari kalangan atas. Pasalnya mobil yang ada didepannya ini sangatlah mewah bahkan dirinya saja yang anak pengusaha tak punya. Grizz segera saja masuk kedalam mobil itu meninggalkan Dara yang masih bengong. Grizz membuka jendela mobil itu kemudian melambaikan tangannya kearah Dara sambil tersenyum ceria.
Mobil itu kemudian melaju pergi meninggalkan Dara yang masih terkejut. Terlebih dia melihat seseorang yang sangat tak asing dalam dunia bisnis.
"Bukannya itu tadi Tuan Luis, asistennya Tuan Alex yang kaya raya itu?" gumam Dara sambil mengingat-ingat sesuatu.
Bahkan kini pandangan mata Dara masih terpaku pada mobil mewah yang sudah menjauh dari tempatnya berdiri. Ia segera membalikkan badannya sambil terus memikirkan tentang kebenaran mengenai orang yang dilihatnya. Jika memang benar itu adalah sosok yang ia maksud, berarti Grizz termasuk dalam lingkungan yang berbahaya.
"Besok aku harus interogasi Grizz" tekadnya.
Dara segera saja masuk kedalam mobilnya kemudian melajukan mobil itu keluar dari area sekolah. Selama dalam perjalanan pun dirinya masih bertanya-tanya tentang hubungan Grizz dan Luis.
***
"Grizz kira tadi nggak ada yang jemput" ucap Grizz pelan.
Walaupun ucapan itu hanya terdengar seperti gumaman, namun Luis dan Alex yang mempunyai pendengaran tajam tentunya masih bisa mendengarnya. Alex hanya diam tak menanggapi, sedangkan Luis langsung memberikan alasan tentang keterlambatan menjemput. Tadi awalnya Luis menyarankan Alex agar meminta sopir saja yang menjemput Grizz, namun laki-laki itu menolaknya. Karena ucapan dari rekan bisnisnya tadi membuat Alex merasa kalau Grizz kini tengah dalam bahaya.
"Kami tadi sedang ada pekerjaan penting jadi nggak bisa jemput tempat waktu" elak Luis.
Grizz menganggukkan kepalanya kemudian membuka tasnya dan mengambil buku serta bolpointnya. Ia menyerahkannya pada Luis yang kemudian diterima dalam keadaan bingung oleh laki-laki itu.
"Tolong gambar denah jalan dari rumah ke sekolah. Biar kalau besok nggak ada yang jemput Grizz, aku bisa jalan atau naik angkutan umum dengan membaca gambar itu" ucap Grizz menjelaskan.
Luis terdiam mendengar ucapan Grizz, pasalnya ini sudah jaman yang canggih bahkan serba digital namun gadis polos ini masih mengandalkan denah manual. Padahal melalui ponsel canggih sudah bisa menunjukkan arah jalan pulang hanya berbekal dengan alamat lengkap saja.
"Ponselmu mana?" tanya Alex.
"Emm... Ini" ucap Grizz sambil menyodorkan ponsel dengan layar retaknya ke hadapan Alex setelah mengambilnya dari tas.
"Berikan ponsel baru padanya, Luis" titah Alex.
Tanpa mempedulikan ponsel yang disodorkan Grizz padanya, ia malah menyuruh Luis untuk membelikan ponsel baru pada gadis itu. Alex dan Luis merasa miris saat melihat ponsel milik Grizz yang sama sekali belum update. Ponsel keluaran sepuluh tahun lalu yang mungkin saja belum update beberapa aplikasinya. Grizz pun memasukkan ponselnya kembali kedalam tas dengan mengerucutkan bibirnya kesal.
"Masukkan saja buku dan bolpointmu, nanti aku ajarkan cara pakai maps pada ponsel" ucap Luis.
Sontak saja Grizz menganggukkan kepalanya mengerti dan melihat kearah Luis dengan tatapan berbinar. Dirinya sungguh bahagia akan mendapatkan ilmu baru dan tak perlu lagi merepotkan oranglain untuk pulang atau berangkat sekolah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments