"Duduk" titah Alex dengan menatap lurus kedepan.
Bahkan Alex tak menyapa atau mempersilahkan dengan hangat kedatangan Bibi Yun dan Grizz yang ada pada gandengannya. Walaupun Bibi Yun adalah ibu angkatnya, namun Alex hanya akan menunjukkan kelembutannya itu saat hanya berdua saja. Ia tak ingin jika maid, pekerja atau yang lainnya tahu bagaimana cara memperlakukan Bibi Yun maka dapat dipastikan wanita paruh baya itu akan menjadi sasaran musuh dalam selimutnya untuk menghancurkan Alex.
Bibi Yun dan Grizz segera saja duduk diseberang Luis. Mereka mengambil makanannya sendiri setelah Alex memerintahkan untuk segera melaksanakan makan malam. Bibi Yun sudah terbiasa dengan hal ini, pasalnya memang setiap hari ia akan makan bersama dengan Alex dan Luis. Hal ini juga yang membuat maid seperti Desi itu seperti kebakaran jenggot karena bisa dekat dengan majikannya.
Sedangkan Grizz kini makan dengan pelan-pelan bahkan dengan susah payah ia menelan makanannya. Matanya berkaca-kaca dan begitu bahagia karena bisa makan dengan makanan sehat seperti ini. Seumur hidupnya, baru pertama kali ia memakan makanan lengkap seperti daging, sayur, susu, bahkan buah-buahan. Dulunya saat ibunya masih ada, dia bisa merasakan sayuran dan tempe atau daging sesekali namun semenjak beliau meninggal kebanyakan hanya makan nasi dan garam atau kecap saja.
"Kamu kenapa menangis, nak?" tanya Bibi Yun tiba-tiba.
Sewaktu makan tadi, Bibi Yun mendengar isakan lirih yag berasal dari sampingnya. Kemudian ia mengalihkan pandangannya kearah Grizz yang terlihat makan sambil menahan isakannya. Sedangkan Alex dan Luis yang masih fokus dengan makanannya pun segera mengalihkan pandangannya kearah Grizz. Grizz yang menjadi pusat perhatian pun langsung mengusap kasar air mata yang jatuh di kedua pipinya.
"Nggak papa, bu. Cuma kelilipan aja" ucap Grizz mengelak.
"Disini tak ada debu atau batu yang bisa membuatmu kelilipan, nak" ucap Bibi Yun sembari terkekeh pelan megetahui kebohongan Grizz.
Grizz langsung salah tingkah saat kebohongannya diketahui bahkan dibongkar oleh Bibi Yun. Sedangkan Alex dan Luis hanya mendengarkan saja, memang sudah biasa jika Bibi Yun akan berbicara atau membahas sesuatu di ruang makan. Namun tanpa ada yang mengetahui, Alex diam-diam menatap Grizz dengan tatapan sulit diartikan bahkan sepertinya dia mengetahui alasan Grizz seperti ini.
***
"Ini seragam untukmu sekolah lusa" ucap Luis sambil menyerahkan sebuah paper bag.
Paper bag berisi seragam lengkap dengan lambang sebuah sekolah swasta terbaik di kota itu. Diam-diam, Alex sudah mendaftarkan dan memindahkan Grizz ke sebuah sekolah lain. Alex tak ingin Grizz diganggu oleh keluarganya lagi jika masih bersekolah disana.
Grizz yang melihat seragam sekolah yang begitu dikenalnya pun hanya bisa menatap dengan tatapan tak percaya. Pasalnya dulu, ia sempat berkeinginan untuk sekolah disini namun karena keterbatasan biaya membuatnya lebih memilih yang lebih murah. Bahkan di saku seragamnya nya ada emas tempel sebanyak 3 yang pertanda bahwa ia berada di tingkatan SMA akhir.
"Terimakasih tuan" ucap Grizz setelah tersadar dari lamunannya.
"Berterimakasihlah kepada tuan Alex karena dia yang membiayai sekolah anda. Namun nona jangan lupa, setelah lulus ini anda harus menikah dengannya. Namun tenang saja, tuan Alex juga akan memikirkan anda untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi" ucap Luis menyampaikan pesan dari Alex.
Grizz menganggukkan kepalanya pertanda setuju. Walaupun ia hanya dijadikan pelunas hutang oleh ayahnya dengan jalan dinikahi oleh Alex, namun nasibnya ternyata masih beruntung. Diberikan fasilitas yang nyaman, makan terjamin, bahkan pendidikan pun juga terjamin. Ia berjanji akan setia dan menurut pada apa yang diperintahkan oleh Alex jika itu memang untuk kebaikannya.
Luis pun meninggalkan kamar Grizz setelah gadis itu mengerti tentang apa yang dibicarakannya. Sedangkan Grizz didalam menciumi seragam sekolah barunya itu bahkan memeluknya dengan sayang. Ia masih tak menyangka jika dapat bersekolah di tempat itu.
"Tuan Alex ternyata baik banget sama Grizz. Suatu saat nanti kalau Grizz udah sukses, orang pertama yang akan ku belikan hadiah adalah tuan Alex" gumam Grizz sambil terkikik geli.
Walaupun Grizz masih takut jika berhadapan dengan Alex dan Luis namun ternyata dibalik sikap datar mereka, ternyata hatinya baik. Sebenarnya ada satu hal yang mengganjal, Grizz masih memikirkan tentang bagaimana nasib dari keluarganya sekarang.
"Apa mereka kini sedang senang-senang ya? Kan hutangnya udah lunas semua, otomatis mereka udah nggak ada beban dong" tanyanya.
"Ah... Ngapain juga mikirin mereka? Toh, mereka udah jahat sama Grizz. Kalau suatu saat nanti ketemu, Grizz bakalan cubit-cubit tangan mereka biar pada nggak jahat lagi sama orang" lanjutnya sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
***
Sedangkan disisi lain...
Harto, Niken, dan Neo terlihat dalam keadaan kacau. Mereka sekarang kebingungan karena sudah tak bisa lagi mendapatkan uang dari Grizz untuk makan. Walaupun dulunya mereka bergaya hidup foya-foya, namun masih ada makanan yang dimakan dengan adanya Grizz. Kini mereka menyesal karena telah menyerahkan Grizz secara cuma-cuma. Harusnya mereka bisa meminta uang tambahan agar bisa hidup karena baru satu hari saja sudah pusing.
"Besok kita ke sekolahan Grizz. Buat minta uang sama anak itu, siapa tahu si buruk rupa itu berbaik hati mengijinkan Grizz bersekolah disana" ucap Niken dengan yakinnya.
"Aku tidak yakin, pasalnya si Alex bukan orang yang berbaik hati. Bahkan dia cenderung kejam dan tak ingin rugi. Sudah dapat dipastikan kalau si Grizz tidak ada ditangannya sekarang namun berada di tempat lain. Bahkan mungkin dia tinggal tulang belulangnya saja" ucap Harto dengan enteng.
Pemikiran Harto dan Neo itu berhasil mematahkan kepercayaan diri dari Niken. Kini ketiganya hanya bisa menunduk lesu sembari mengelus perutnya yang terasa lapar. Mereka ingin sekali makan namun sudah tak ada uang yang tersisa. Bahkan teh dan gula saja semuanya telah habis.
"Kau berhutanglah dulu sana di warung. Beli mie instant atau apalah itu yang bisa buat ganjal perut" lanjutnya menyuruh Niken.
"Ogah... Mending mas saja sana. Tahu sendirikan kalau tetangga-tetangga kita disini itu pada julid semua kalau sama ibu" ucap Niken menolak.
Memang benar adanya, semua tetangga disini tak ada yang ramah dengan Niken, Harto, dan Neo. Mereka hanya baik kepada Grizz saja bahkan ketika gadis itu meminta sayuran mentah juga akan dikasih tanpa marah-marah. Namun jika sudah berhubungan dengan Niken, pasti dia akan langsung dihina-hina.
"Baiklah, daripada kita mati kelaparan. Aku yang akan cari utangan ke warung" putus Harto yang kemudian berlalu pergi dari hadapan istri dan anak tirinya.
Sedangkan Neo dan Niken berbagi tugas untuk membersihkan rumah. Terlebih semua baju dan piring kotor sungguh menumpuk di belakang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments