Kasih semakin tidak berkutik ketika Arga berubah menjadi buas seperti itu. Pria itu sangat pandai bermain ekspresi.
Kadang terlihat serius, kadang terlihat santai, tapi jika sudah mode beringas begini yang ada di pikiran Kasih hanyalah ingin kabur.
Tapi kabur kemana? Bukankah hanya disini tempatnya untuk pulang. Di apartemen pria asing yang sekarang ini sedang menatapnya lapar.
Arga seolah memancarkan aura iblis dari dalam dirinya. Namun kenapa iblis itu sangat tampan?
"M_mas.. Mau makan apa? A_aku masakin sekarang ya" dengan gemetar Kasih mencoba untuk menghalau Arga.
"Aku mau makan kamu"
DEG! Mati aku'
Seketika jantung Kasih hampir berhenti. Arga sudah dalam mode on dan siap menggulingkan Kasih di atas ranjang.
Tak menunggu lama pria itu langsung mengangkat tubuh Kasih ke atas ranjang dan mulai mencumbuinya.
Diciumnya kening Kasih, kedua kelopak matanya, pipi hingga terakhir mendarat di bibir begitu lama.
Menyapu setiap sudutnya. Arga begitu lihai bermain dengan bibirnya yang akhirnya selalu membuat Kasih terlena dan melupakan segala egonya.
Arga melepas pagutannya kemudian menatap Kasih yang tengah mengambil nafas dalam. Bibir ranum itu memerah dengan alami dan sedikit membengkak. Menambah kesan seksi wanita yang ada di hadapannya.
Sejenak Arga memikirkan sesuatu. Hatinya sangat mencintai Felicia. Tapi saat bersama Kasih dia merasa begitu nyaman.
Selama ini Kasih memang selalu melayani Arga dengan sangat baik. Dia selalu menurut, memasakkan makanan untuknya, menyiapkan segala kebutuhannya dan santun.
Sepertinya wanita itu memang tanpa cela. Tapi bagaimana bisa suaminya melepaskan Kasih begitu saja?
Arga semakin tidak tega ketika mengingat Bramantyo ingin melenyapkannya. Diam-diam, Arga bertekad untuk memberikan kebahagiaan untuk Kasih. Sudah cukup lama wanita ini menderita.
Eh, tapi kenapa pemikiran Arga jadi begini. Tidak, ini hanya rasa iba dan kontrak itu. Arga tak ingin mengakui perasaan lain selain itu.
"Mas?" suara lembut itu seketika membuyarkan lamunan Arga.
"Hmm" Arga masih dengan mode misteriusnya.
"Kenapa? Melamun?" tanya Kasih.
"Aku memikirkan... Mulai dari mana dulu aku akan memakanmu?" Arga tersenyum miring lalu kembali melahap bibir ranum itu.
...****************...
"Felix, sebaiknya acara pertunangan kamu dan Olivia segera dilakukan. Mau nunggu apa lagi? Ayah ini semakin tua. Ayah takut tidak punya waktu untuk melihatmu menikah lagi" Bramantyo semakin mendesak Felix.
"Tapi ayah, aku tidak memiliki perasaan apapun kepada Olivia. Aku belum ingin menjalin hubungan lagi" elak Felix.
"Kenapa Felix? Apa karena wanita itu?"
"Kasih Ayah.. Ya.. Aku masih sangat mencintainya. Tapi ayah tak pernah peduli itu." Felix tak bisa lagi menyembunyikan perasaannya.
"Kasih..Kasih..Kasih.. Lagi. Sampai kapan kamu akan terus mengingatnya. Semakin kamu ingin mengejarnya maka ayah tidak akan tinggal diam." Bramantyo mulai geram.
"Mau apa ayah? Mau mengancam apa lagi? Oke aku tidak lagi peduli dengan ancaman ayah. Silahkan bakar semua usahaku. Aku tak peduli lagi jika ayah tidak menjadikan aku CEO. Karena ayah memisahkan aku dari Kasih sama saja merenggut kebahagiaanku" Emosi Felix mulai tak terbendung. Dia mulai lelah dengan apa yang dilakukan Bramantyo.
"Felix.. Berani kamu sama Ayah?"
"Maafkan Felix yah. Tapi Aku sudah tidak sanggup mengikuti semua kemauan Ayah. Lebih baik aku mati daripada harus berpisah dengan Kasih" ujar Felix.
"Silahkan kalau kamu mau cari Kasih Sampai ke ujung dunia pun tidak akan pernah bertemu." ujar Bramantyo sarkas.
"Apa maksud ayah? Jangan bilang ayah melakukan sesuatu terhadap Kasih"
Bramantyo hanya menatap tajam Felix. Sementara Felix merasa bahwa Bramantyo telah mencelakai Kasih.
"Ayah.. Jawab aku yah.. Apa yang kau lakukan terhadap Kasih?" Felix yang murka langsung menarik kerah baju Bramantyo. Dia tak lagi peduli dengan status pria itu sebagai ayahnya.
Sementara Bramantyo tak menjawab apapun. Tapi dari sorot matanya sudah tersirat bahwa benar, Bramantyo telah melakukan sesuatu kepada Kasih.
Perlahan cengkraman itu melemas. Netranya mulai memanas membayangkan kebengisan pria tua di hadapannya ini.
Nafas Felix mulai tersengal. Dia tak sanggup lagi menatap ayahnya. Akhirnya dia melangkahkan kakinya untuk pergi.
"Maafkan ayah Felix. Ayah hanya ingin yang terbaik untukmu" gumam Bramantyo tanpa penyesalan.
Sementara Felix kini telah berada di dalam kamarnya. Menatap barang-barang Kasih yang masih tertata rapi bahkan terlihat seperti masih ada Kasih di rumah ini.
Felix bersimpuh di lantai sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Menangis sejadi-jadinya meratapi nasibnya.
.
"Awwhh.." Kasih memekik ketika tangannya tak sengaja tergores pisau.
Dengan cepat dia segera menyalakan air dan mengguyurnya.
Entah kenapa saat ini perasaannya tidak bisa tenang. Dia terus kepikiran Felix. Bagaimanapun sebenarnya Kasih masih sangat mencintai Felix. Namun saat teringat dia berjalan dengan wanita lain seketika hatinya hancur.
"Baby.. Tanganmu" Arga terkejut ketika melihat darah mengucur di jari telunjuk Kasih.
"Oh, Mas Arga. S-sudah pulang?" Kasih gelagapan saat melihat Arga berada di sampingnya.
Tanpa menjawab Arga langsung mengambil kotak P3K di laci dapur. Dia mwraih tangan Kasih dan mengoleskan obat ke jarinya.
Kasih sedikit meringis saat merasakan perih. Tak terasa air matanya mulai jatuh membasahi pipi.
Entah air mata apa yang membuatnya meloloskan diri. Jika karena luka di jarinya jelas tidak mungkin.
Hatinya terasa diremas saat Arga memperlakukannya dengan penuh perhatian. Dia teringat akan perhatian Felix dulu padanya.
"Sudah," ujar Arga ketika selesai memplester jarinya.
"M-makasih Mas" ucap Kasih sendu.
"Kamu mikirin apa?" tanya Arga.
Kasih buru-buru mengusap air matanya.
"Cerita saja. Mungkin itu bisa membuatmu lega" suara Arga yang rendah sangat kontras dengan dirinya biasanya.
"Aku.. Aku bertemu mantan suamiku. Dia sudah bersama wanita lain" lidahnya kelu, namun hatinya ingin sekali mengungkapkan. Dia terus memacu dirinya untuk bicara.
Tiba-tiba Arga membentangkan tangannya.
"Mau peluk?" ucapan itu singkat. Tapi efeknya liar biasa untuk Kasih.
Kasih mendekatkan tubuhnya dan bersandar di dada bidang Arga.
Meminjam sejenak dada itu untuk menenangkan dirinya. Dan arga merapatkan tangannya untuk mendekap tubuh mungil itu.
Membiarkan Kasih menumpahkan segala kesedihannya yang mengganjal di dalam hatinya.
Arga mengelus kepala Kasih untuk menenangkannya. Suara tangisan Kasih terdengar semakin keras. Seolah menyiratkan betapa kesedihannya yang begitu mendalam.
"Tinggalkan apa yang membuatmu sedih Kasih. Kau berhak bahagia" ujar Arga mencoba menenangkan Kasih. Meski dalam hatinya juga sedang memikirkan masalah.
"Tapi kenapa dia tega melupakan aku secepat itu Mas? Hiks.." sambil terisak Kasih berbicara di dalam dekapan Arga.
"Simpanlah cintamu untuk orang yang tepat Kasih. Jangan biarkan cintamu itu sia-sia. Hiduplah dengan bahagia" ujar Arga.
"Apa aku boleh bahagia?" gumam Kasih.
"Tentu saja. Kau harus bahagia Kasih" Arga mengecup puncak kepala Kasih.
Dan entah kenapa hati Kasih terasa tenang dengan perlakuan itu. Kasih jadi takut jika lama-lama seperti ini dia akan menaruh perasaan terhadap Arga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Nur Lizza
lanjut thor
2023-09-13
0
Ruk Mini
ko ada ye org tua kek gtu ..😞😞
2023-09-03
0