Ryn dan Lodra akhirnya memutuskan untuk pulang setelah selesai makan malam di kediaman Lars.
" Aku pamit." Ujar Ryn pada Lars.
" Aku akan mengantarmu." Ujar Lars.
" Tidak perlu, aku sudah bersama kak Lodra." Ujar Ryn.
" Tidak apa apa.. Ayo masuk ke mobilku." Ujar Lars.
" Lars, aku.."
" Ryn, kakak sepertinya harus mengemudi sendirian, kalian hati hati menyusul kakak dari belakang. " Ujar Lodra dan langsung pergi.
Lodra melakukan itu untuk memberi Ryn dan Lars keswmpatan bersama. Dia ingin agar Ryn, terbiasa dengan Lars.
" Kakak.." Ujar Ryn hendak mengejar Lodra tetapi Lars menahan tangan Ryn.
" Eng! Eng! Kamu bersamaku, sayang." Ujar Lars.
Ryn terperanga mendengar Lars memanggilnya sayang, dia sampai kehabisan kata kata dan Lars menarik Ryn yang terperanga itu masuk kedalam mobil.
"BRAK!" Suara pintu mobil tertutup.
" Sampai kapan kamu mau terpesona denganku?" Ujar Lars.
" Eih, percaya diri sekali, anda." Ujar Ryn, dan Lars terkekeh.
" Lalu kenapa kamu menatapku sambil meranga begitu?" Ujar Lars.
" Apa iya?? Kenapa kamu panggil aku sayang? " Ujar Ryn.
" Karena aku menyayangimu." Ujar Lars, dan Ryn terdiam.
Lars melajukan mobilnya dengan elegan, bahkan Lars sangat tampan walau saat ini dirinya tidak sedang menggunakan jas formal, melainkan kaos biasa.
" Beri aku waktu untuk berpikir.." Ujar Ryn akhirnya.
" Baik.. Tak peduli seberapa lama kamu berpikir, aku tidak akan bosan menunggu. Katakan padaku jika akhirnya kamu memiliki sedikit rasa padaku." Ujar Lars dan tersenyum.
" Kenapa sedikit?" Ujar Ryn.
" Karena dengan sedikit rasa itu, aku akan membuatnya menjadi rasa yang kian membesar. Dan sampai akhirnya kamu jatuh cinta kepadaku." Ujar Lars.
Mereka menempuh perjalanan sekitar 40 menit menuju ke apartemen Lodra, padahal jalanan tidak macet. Dan akhirnya mereka berdua sampai di apartemen itu.
Lodra sudah berada di loby, entah sejak kapan dia sampai. Mungkin karena Lars masih ingin lebih lama bersama Ryn, jadi dia mengemudi dengan santai.
" Aku masuk.." Ujar Ryn.
" Hm, hati hati." Ujar Lars.
" Terimakasih, kamu juga mengemudilah dengan hati hati." Ujar Ryn, dan Lars mengangguk dengan senyum manis nya.
Ryn turun dan melambai, lalu masuk ke dalam gedung apartemen mewah milik Lodra. Lars pun pergi setelah tidak melihat lagi Ryn di sana.
" Kakak, bagaimana rasanya jatuh cinta?" Tanya Ryn ketika keduanya masih berada di dalam lift menuju lantai paling atas.
Sebenarnya Lodra bukan tinggal di apartemen, melainkan Penthouse pribadi milik Lodra. Seperti yang kita tahu, Lodra ahli dengan teknologi canggih, jadi penthouse itu pun di lengkapi dengan berbagai alat alat canggih oleh Lodra.
" Sejujurnya kakak pribadi belum pernah merasakan yang namanya jatuh cinta itu seperti apa, adik." Ujar Lidra, sembari mendekatkan wajah nya di sensor pemindai wajah.
" Bohong..." Ujar Ryn, dan Lodra terkekeh.
" Ayo masuk." Ujar Lodra.
Akhirnya mereka berdua pun masuk ke dalam penthouse itu. Ryn sangat jarang datang ke sana, lebih sering Lodra yang tidur di kediaman Paul dulunya, jadi tanpa Ryn mengunjungi penthouse Lodra pun dia bisa bertemu Lodra.
" Kakak..." Ujar Ryn, dan Lodra makin terkekeh.
" Light, on" Ucap Lodra pada sistem, dan seketika lampu ruangan itu menyala dengan terang. Ryn sampai mengedipkan matanya ketika merasakan cahaya terang yang menusuk matanya.
" Sungguh, sumpah demi Tuhan kakak tidak pernah merasakan yang namanya memiliki kekasih. Kamu tahu sendiri kakak selalu bersama papa." Ujar Lodra, sambil mengeluarkan air minum dari lemari pendingin.
' Kakak hanya pernah mencintai adik kakak sendiri, yaitu kamu. Tapi akan memalukan jika kakak mengatakannya kepadamu.' Batin Lodra.
" Benar juga.." Ujar Ryn sambil mengangguk angguk.
" Apakah kamu ingin tahu apakah kamu akhirnya jatuh cinta atau tidak pada Lars Hunter?" Ujar Lodra, dan Ryn langsung berdehem.
" Aiyoo.. Sepertinya ada yang mencari tahu isi hatinya sendiri." Ujar Lodra menggoda.
" Ish, mana ada seperti itu." Ujar Ryn dengan wajah yang merah padam.
" Jika menurut orang orang, ketika kita jatuh cinta pada seseorang.. Jantung kita akan berdebar kuat ketika kita bersama orang itu, meskipun hanya memandangnya dari jauh." Ujar Lodra.
" Kita akan sering terpikirkan olehnya, merindukannya, dan ingin selalu melihatnya. Kita seperti mabuk alkohol, seperti kacnduan, dan hanya dia obatnya." Ujar Lodra.
" Apakah sungguh seperti itu?" Tanya Ryn, dan Lodra mengangguk.
" Ini, minum susu lalu beristirahatlah." Ujar Lodra memberikan segelas susu pada Ryn.
Ryn patuh dan meminum susu itu, sembari tanpa sadar dia memikirkan apa yang Lars katakan padanya sebelumnya. Lodra tersenyum dan mengusap kepala Ryn.
" Kakak akan mendapatkan jadwal tugas pertemuan di luar kota mulai besok. Sepertinya kita akan sangat jarang bertemu." Ujar Lodra.
" Sungguh?? Kakak akan sering meninggalkannaku seperti papa dulu?" Ujar Ryn manyun, dan Lodra terkekeh.
" Maaf sayang, itu juga bukan mau kakak. Bagaimana lagi, jika tidak begitu maka perusahaan papa yang papa bangun akan merosot nantinya." Ujar Lodra.
' Dan dengan begitu, kakak juga bisa menghapuskan sisa rasa kakak padamu. Kakak ingin fokus menjadi kakakmu, tanpa adanya perasaan konyol itu lagi.' Batin Lodra.
" Baiklah.." Ujar Ryn.
" Kakak bersih bersih badan dulu, kamu tidur di kamar atas saja barang barang kamu ada di sana, pemandangan di sana lebih bagus. Bukankah kamu suka melihat bintang?" Ujar Lodra, dan Ryn tersenyum.
" Baiklah, terimakasih kakak." Ujar Ryn.
" Apapun untuk adik kakak yang paling kakak sayangi ini." Ujar Lodra.
Ryn berlari kecil menaiki lantai dua Penthouse itu, sebenarnya baik lantai satu dan lantai dua pemandangan nya sama sama bagus, hanya saja di lantai dua itu memiliki atap kaca yang membuat penghuni penthouse bisa melihat langit secara langsung.
Lodra berjalan mendekat ke arah kaca dengan memasukan kedua tangan nya di saku, lalu memandangi pemandangan indah yang tersuguh di hadapan nya.
' Papa.. bantu aku untuk melindungi Ryn, musuh ayah kandungnya perlahan muncul dan mulai menyerang Ryn. Aku takut Ryn mengetahui identitas dirinya yang sebenarnya, karena sepertinya dia mulai curiga. ' Batin Lodra.
Ryn masih terpikirkan dengan ucapan Lodra yang mengatakan bahwa jatuh cinta itu bagaikan mabuk alkohol dan hanya orang itu saja obatnya. Sejujurnya jantung nya beberapa kali selalu berdebar tidak karuan ketika bersama Lars, hanya saja dia tidak tahu apakan itu yang di namakan jatuh cinta atau bukan.
Sampai sampai dia melamun dan tidak memperhatikan apa yang dia taruh di sikat giginya saat ini..
'' Hm! Hahit!! ( pahit)'' Ujarnya, dan langsung panik sendiri.
Ryn langsung kumur dan meludah berkali kali karena rasa sesuatu yang dia masukan kedalam mulutnya itu begitu pahit.
" Puih! Puih! Puih! Apa yang aku gunakan untuk gosok gigi, pahit sekali." Ujar Ryn. Sambil berkumur berkali kali.
Setelah Ryn merasa lebih baik dia pun membaca bungkus pasta yang dia gunakan untuk menghosok gigi. Rupanya itu adalah krim untuk mencukur jambang pria.
" Mmhh!! Uek! Bisa bisa nya aku menggunakan ini untuk menggosok gigi." Ujar Ryn.
Mungkin krim itu adalah milik Lodra yang masih tertinggal di sana. Karena memang kamar itu sebelumnya adalah kamar Lodra, mungkin Lodra lupa memindahkan nya.
" Ish, ini pasti milik kakak." Ujar Ryn lagi.
Tapi sebenarnya, andai saja Ryn fokus dan membaca terlrbih dahulu krim yang dia gunakan itu, mungkin kejadian seperti tadi tidak akan terjadi.
Ryn mengulangi menggosok giginya dengan pasta gigi yang sebenarnya, kali ini dia lakukan dengan fokus dan benar.
' Gara gara memikirkan Lars, aku jadi gagal fokus.' Batin Ryn.
Setelah selesai, Ryn pun mengganti pakaian nya dengan piama dan berbaring di ranjang. Ryn menatap langit langit penthouse itu yang sungguhan berpemandangan langit malam dan perlahan tertidur.
Sementara itu, di kediaman Paul saat ini terlihatbseorsng pria yang sedang duduk di meja kerja Paul.
" Hmm.. Sudah dua hari dia tidak di temukan di mana pun, dia juga tidak kembali.. Kemana sebenarnya dia?" Ujar suara besar dan parau.
" Tuan, jika dia tidak kembali maka kita lebih baik pergi, mungkin dia sudah menemukan tempat baru untuk berlindung." Ujar pria yang setia berdiri di sisi pria tadi.
Pria yang sedang duduk di kursi kebesaran Paul adalah Kriss, salah satu rekan Wira ( mendiang ayah kandung Ryn ) dia adalah satu satu nya orang yang tidak ikut andil dalam penbunuhan orang tua kandung Ryn.
Tetapi walau demikian, tangan nya juga sama berdarahnya dengan Sam, karena dia tidak menghalangi pembunuhan itu. Dia juga mengirim anak buahnya untuk ikut andil menghabisi anak buah Wira ( ayah Ryn ).
" Astaga.. Sudah tua begini, kenapa baru sekarang aku bertemu putri Wira.. Aku pikir putri Wira juga tewas di sana, aku sungguh selalu di hantui dosa besar dan merasa bersalah pada Wira dan istrinya." Ujar Kriss menghela nafas.
" Karena putrinya masih hidup, maka aku akan menebus dosaku padanya, bagaimanapun aku telah membuat dia kehilangan orang tua kandungnya." Ujar Kriss lagi.
" Tuan, kita akan cari Ryn lagi. Dengar dengar putra angkat Paul sudah akan di lantik besok menjadi pemimpin yang baru menggantikan Paul, Ryn pasti akan datang ke pelantikan kakak angkatnya." Ujar asisten Kriss.
" Hm, baiklah.. Ayo kita pergi, pokoknya kau harus mendapatkan kabar terbaru Ryn lagi, kalau bisa pertemukan aku dengan nya. Aku alsn meminta maaf kepadamya untuk semua yang pernah terjadi pada kedua orang tua nya dulu." Ujar Kriss.
Akhirnya Kriss dan asisten nya pun pergi dari kediaman Paul. Kriss bisa masuk dengan mudah ke kediaman Paul, karena tidak ada satupin penjaga di sana. Tapi Kriss tidak tahu bahwa Lodra masih bisa melihat kediaman itu dari cctv yang di pasang di sana.
Jika di lihat dengan mata telanjang, tentu cctv itu tidak terlihat sama sekali. Karena Lodra memasangnya dengan tersembunyi. Seperti saat ini, Lodra sedang menatap bingung layar tablet nya, Ia melihat Kriss dari cctv itu.
" Siapa lagi dia? jangan sampai dia bertemu dengan Ryn, jika tidak.." Gumam Lodra takut.
Lodra bisa mendengar apa yang di ucapkan oleh Kriss, karena cctv yang terpasang di sana bisa mendengarkan suara dengan begitu jelas.
" Setelah papa meninggal, mantan rekan orang tua kandung Ryn perlahan muncul satu persatu. Aku tidak tahu dia baik atau tidak, tapi yang jelas dia tidak boleh bertemu dengan Ryn." Gumam Lodra lagi.
Ke esokan harinya..
Ryn turun dari kamarnya, tetapi sudah tidak ada Lodra. Hanya ada sebuah note kecil yang terpasang di meja makan di sebelah kukusan dumpling.
" Adik, maaf kakak harus pergi pagi pagi, kakak tidak tega membangunkan kamu untuk berpamitan. Makanlah dumplingnya selagi hangat.. " Ucapan yang tertulis di note Lodra.
" Haiyah, kakak sudah mulai seperti papa." Gumam Ryn. Tapi kemudian Ryn tersenyum misterius.
" Tidak ada kakak, berarti aku bisa kembali ke rumah papa untuk mencari diary papa." Gumam Ryn.
" Lebih baik aku pergi secepatnya, sebelum kakak pulang." Gumam Ryn lagi.
Ryn langsung memakan dumplingnya dengan terburu buru, mau sesempit apapun waktunya, dia akan semangat memakan dumpling, karena dumpling adalah makanan favoritenya.
Setelah selesai, Ryn pun langsung berlari ke atas. Ia menggunakan pakaian yang senyaman mungkin untuk bebas bergerak. Untungnya Lodra tahu selera pakaian Ryn, jadi Ryn tidak kesusahan sama sekali.
Ryn menguncir tinggi rambutnya, kemudian menggunakan topi dan masker. Ryn sudah terlihat seperti seorang agen saat ini, hanya saja dia tidak bersenjata.
" Maaf kakak, aku mengambil uangmu." Ujar Ryn, ketika dia mengambil beberapa lembar uang dari lemari Lodra.
Lodra sering menyimpan uang tunai di lemari brankas nya, dan Ryn tahu hal itu. Lodra bahkan memberi tahu Ryn sandi brankas nya, Bagi Lodra.. Apa yang menjadi miliknya adalah milik Ryn juga.
Ryn turun dari gedung apartemen itu lalu langsung menggunakan taksi.
" Pak, tolong antar ke jl.xx." Ujar Ryn.
" Baik nona." Ujar supir taksi.
Ryn duduk dengan kegelisahan di hatinya, gelisah karena dia akan membaca kembali lanjutan dari buku diary yang Paul tinggalkan.
Sekitar lima belas menit, Ryn sampai di depan kediaman nya. Ia sangat merindukan hangatnya suasana di sana, seperti saat Paul masih hidup.
Tak mau tenggelam dalam kesedihan, Ryn langsung masuk ke dalam. Ryn tahu kakak nya menempatkan cctv di berbagai titik, jadi dia menggunakan ponselnya untuk mematikan cctv yang berada di titik titik yang akan dia lalui untuk sementara.
Setiap Ryn akan melewati ruangan yang terpantau cctv, dia akan mematikan nya sebentar dan menyalakan nya kembali ketika dia sudah tidak terlihat oleh pantauan cctv. Hingga akhirnya ia sampai di dalam kamar Paul.
" Akhirnya.." Gumam Ryn.
Hanya tinggal melewati cctv yang berada di dalam kamar Paul, Ryn langsung berlari menggeser ruangan rahasia Paul, dan masuk ke dalam.
Ryn melihat ruangan itu masih terlihat sama dengan sebelumnya, hanya saja..
" Dimana diary papa.." Gumam Ryn.
Tak terlihat di mana pun diary milik Paul yang sebelumnya dia baca sebelum dia pingsan saat hari itu.
" Apa kakak sudah mengambilnya? " Gumam Ryn.
Ryn mencari di laci atau tempat lain yang mungkin menjadi tempat persembunyian, tetapi tetap tidak ada. Sampai Ryn tidak sengaja menjatuhkan sebuah kotak, kotak itu seperti kotak perhiasan yang terbuat dari kayu.
Ryn hendak membukanya, tapi tiba tiba dari luar terdengar suara langkah kaki banyak orang.
" Kau yakin dia masuk ke rumah ini?" Ujar seorang pria.
" Iya, boss! Saya yakin itu dia." Ujar pria satunya.
' Apa apaan ini, mereka mengawasi rumah ini berarti.' Batin Ryn.
Ryn berdiri di depan kaca yang tembus pandang, dia bisa melihat ada sekitar tujuh orang pria yang masuk ke dalam kamar Paul.
' Mereka tidak hanya masuk sembarangan, tetapi juga merusak. Ini rumah papaku, aku akan melindunginya dengan baik.' Batin Ryn.
TO BE CONTINUED..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Nur Bahagia
semoga uncle kris benar2 tulus mau minta maaf sama Ryn
2024-09-09
1
Diana diana
musuhY berserakan euy
2024-02-19
1
Shinta Dewiana
wah...musuh nya kabanyaan...
2024-01-16
1