Paul masuk kedalam rumah kecil itu dan melihat Ryn yang sedang duduk dengan garpu di tangannya, ia seakan sedang memakan steak yang dia bawakan untuk Lars.
'' Papa sudah pulang? Ryn pikir papa akan pulang malam.'' Ujar Ryn.
'' Papa tidak jadi meeting dengan klien papa, ada kecelakaan yang terjadi di jalan tol, dan itu menutup akses jalan. kamu tumben sekali makan di sini?'' Tanya Paul, sembari mengusap kelapa anak gadisnya.
'' Karena Ryn pikir papa akan pulang malam, jadi Ryn makan di sini.'' Ujar Ryn.
Lio si anak singa tampak mondar mandir di satu titik, binatang akan berdiam diri atau mondar mandir di satu titik apabila ada sesuatu di titik itu, Paul yang melihat itu jadi merasa aneh sendiri dan penasaran.
'' Lio.. kemari.'' Ujar Paul.
'' Kheh!! kheh! kheh! Roar!'' Lio bersuara.
'' Anak nakal, kemari.'' Ujar Paul sambil berkacak pinggang.
'' Papa, dia tidak mau dengan papa.'' Ujar Ryn sambil tertawa.
'' Memang dasar anak singa, nakal. '' Ujar Paul.
Paul seperti melihat ke satu titik dimana Lio terus berdiri, Ryn yang melihat itu pun tampak gelisah. Perlahan Paul berjalan menuju ke titik itu dan..
'' Papa, bisakah papa buatkan Ryn milk shake stroberi? Ryn sudah lama tidak meminum itu, sepetinya akan enak meminum itu nyam.. nyam.. '' Ujar Ryn. Paul langsung teralihkan mendengar putrinya meminta sesuatu.
'' Kamu mau? baiklah, papa akan buatkan. Kamu tunggu sebentar di sini, oke.'' Ujar Paul sambil terkekeh dan Ryn mengangguk sambil tersenyum manis.
Paul pun pergi dari rumah kecil itu dan Ryn langsung bernafas lega setelah itu. Ryn berjalan menuju ke titik dimana Lio terus berdiri, lebih tepatnya di balik gorden dan membukanya. Terlihat Lars yang berdiri di sana dengan senyuman di wajahnya.
'' Kenapa kau senyum senyum begitu? Aku hampir saja jantungan melihat papaku berjalan kemari tadi.'' Ujar Ryn.
'' Maaf.. '' Ujar Lars dengan senyuman manisnya.
'' Makan steakmu, lalu istirahatlah. Dan jika bisa.. besok kamu harus sudah tidak ada di sini, karena biasanya pelayan rumah akan membersihkan tempat ini, apakah kamu bisa?'' Ujar Ryn.
'' Bukannya aku mengusirmu, tapi aku tidak mau orang orang yang bekerja di sini memukulimu karena kau di kira pencuri.'' Ujar Ryn lagi.
Lars terkekeh mendengarnya, dia yakin diantara semua orang.. hanya Ryn seorang yang tidak mengenal siapa Lars.
'' Baik, terimakasih kerena kamu sudah menolongku, namaku Lars.'' Ujar Lars tanpa membawa embel embel nama Hunter di belakangnya.
'' Aku tidak tanya namamu, kalau begitu aku pergi dulu sebelum papaku kembali lagi kemari. '' Ujar Ryn dan lengsung menggendong Lio pergi dari sana.
Lars melipat kedua tangan nya di dada dan tersenyum melihat Ryn pergi dari sana. Kemudian dia terkekeh kecil ketika mengingat kejadian tadi saat masih ada Paul di sana.
'' Imutnya.. '' Gumam Lars.
Ryn sendiri kini sudah masuk ke dalam kediaman nya, dan berpapasan dengan Paul yang hampir saja jalan ke rumah kecil itu lagi.
'' Lho, sayang.. kamu kemari? " Tanya Paul.
'' Iya, Ryn ingin meminumnya di sini saja, terimakasih papa.'' Ujar Ryn sambil mengambil segelas milk shake dari tangan Paul. Ryn berjalan menuju ke sofa ruang tengah dimana ada tv besar di sana.
'' Apakah papa terlalu lama, sayang?'' Tanya Paul.
'' Tidak sama sekali, Ryn hanya kasihan jika papa berjalan lagi kesana, jadi Ryn kemari.'' Ujar Ryn dengan senyum manisnya.
" Anak papa memang yang terbaik." Ujar Paul.
Walau kadang Ryn sendiri bingung dengan Paul yang selalu memperlakukan dirinya seperti anak kecil, tapi Ryn tidak mempermasalahkan nya. Ryn tahu papa nya itu sangat menyayanginya, seperti dirinya juga menyayangi Paul.
Yang harus Ryn lakukan hanya mengimbangi sang papa, dan berusaha menjadi anak gadis yang baik, agar Paul tetap tersenyum. Ryn tahu, kehilangan terbesar bagi seorang ayah adalah ketika anak gadisnya tak lagi bermanja pada ayahnya.
" Papa akan ada perjalanan bisnis ke kota Bogor besok, mungkin papa akan menginap di Vila sana. Apa Ryn mau ikut papa?" Tanya Paul.
" Ummm.. berapa lama papa di sana?" Tanya Ryn.
" Sekitar tiga hari.." Ujar Paul.
" Oke, nanti Ryn pikirkan lebih dulu." Ujar Ryn.
" Ya sudah, papa ke kamar dulu." Ucap Paul dan pergi dari sana.
Yang sedang Ryn pikirkan saat ini adalah bagaimana cara dirinya melindungi sang papa. Ryn juga ingin mengenal dunia luar sendiri, selama ini dia selalu dalam pengawalan sang papa.
' Bagaimana caranya agar aku bisa keluar dari rumah ini dan mengikuti papa, tanpa papa tahu?' Batin Ryn.
' Tapi aku tidak tahu apapun tentang dunia luar, aku selalu pergi dengan pengawalan dan penjagaan ketat. ' Batin Ryn lagi.
" Ah, kak Lodra.." Gumam Ryn.
Ryn mengirimi Lodra pesan, dan Lodra membalasnya tidak lama. Ryn meminta bantuan Lodra untuk memberikannya sebuah kendaraan untuk mengikuti Paul, tetapi Lodra tidak mengizinkan nya.
Tak beda jauh dari Paul, Lodra pun demikian sangat mengutamakan keselamatan Ryn. Ryn mungkin menganggap Paul dan Lodra berlebihan, dia hanya tidak tahu bahwa bahaya di luar sana sedang mengintainya.
" Ck! Kak Lodra dan papa sama saja." Gumam Ryn.
Ryn naik ke atas kamar nya, lalu merebahkan dirinya. Ia bingung harus bagaimana, tapi karena tidak ada cara.. Mau tidak mau dirinya besok akan ikut dengan Paul.
Ke esokan harinya..
Pagi pagi buta, Ryn sudah rapi dengan pakaian santai nya, ia menggunakan celana jeans pendek dengan kaos berwarna putih. Dia langsung menggendong Lio dan pergi ke rumah kecil nya di hutan.
" Apa dia sudah pergi?" Gumam Ryn.
Yang dimaksud sudah pergi adalah Lars, dia sudah berpesan pada Lars untuk pergi saat pagi tiba, Ryn ke sana hanya ingin memastikan apakah Lars sudah pergi atau belum.
Tidak lucu jika sampai Lars tertangkap oleh pengawal Paul pikir Ryn, jadi dia harus memastikan nya sendiri.
" Baguslah, dia sudah pergi." Gumam Ryn.
Ryn melangkah pergi dari sana tapi tiba tiba tangan nya di cekal Lars. Ryn hampir saja membanting Lars jika saja Lars tidak bersuara.
" Kamu datang lagi?" Ujar Lars.
" Kau! sudah aku katakan pergilah saat pagi tiba. Kediamanku selalu di periksa oleh penjaga setiap sudutnya." Ujar Ryn dengan suara pelan di tekan.
" Aku menunggumu datang." Ujar Lars.
" Untuk apa?" Tanya Ryn.
" Mengucapkan terimakasihku." Ujar Lars.
" Kau gila! Kau sudah mengucapkan nya, kau akan tertangkap jika keluar dari sini lebih siang lagi. Cepat pergi! Aku akan mengawasi sekitar." Ujar Ryn.
" Jika aku bisa keluar baik baik dari pintu depan, kenapa aku harus keluar dari pintu belakang?" Ujar Lars.
" Kau serius? Oke, silahkan.. Jika kau di tangkap lalu di bawa ke kantor polisi karena menyusup ke rumah orang, tanggung sendiri. " Ujar Ryn kesal.
Lars terkekeh mendengarnya, Ryn sungguh menjadi mood boosternya. Jika saja Lars tidak sedang di kejar musuh, maka dia akan lewat pintu depan kediaman Paul. Sayangnya dia sedang tidak aman, dan dia tidak mau menyeret Ryn dalam masalah nantinya.
" Baiklah, aku pergi." Ujar Lars.
" Cepat sana pergi.." Ujar Ryn, jadi panik sendiri.
" Kita akan bertemu lagi nanti, Ryn.." Ujar Lars dan langsung pergi dari sana.
Ryn yang mendengarnya menjadi tercenung, dia bahkan belum memberitahukan namanya pada Lars. Tapi kemudian Ryn ingat, mungkin saat semalam Paul memanggilnya jadi Lars tahu naman nya.
" Eh, tunggu.. Kenapa dia sudah menggunakan kemeja lain?" Gumam Ryn ketika menyadari Lars sudah berganti pakaian.
Ryn keluar, dan melihat Lars yang dengan mudah nya memanjat pohon dan melompat dari pohon ke dinding, lalu menghilang.
" Gila, seperti Tarzan." Gumam Ryn.
" Nona, anda di cari tuan." Ujar pelayan.
" Ah, iya.." Ryn pun pergi dari rumah kecil itu.
Di luar pekarangan itu, rupanya sudah ada anggota Lars yang menjemput Lars. Rupanya.. Lars sudah sempat keluar dari pekarangan rumah Paul untuk berganti pakaian, dan kembali masuk.
Lucu memang, dengan mudah nya Lars keluar masuk di pekarangan rumah Paul yang memiliki penjagaan ketat. Entah penjagaan Paul yang kurang ketat atau memang Lars ahli dalam menyusup, tidak ada yang tahu.
" Tuan muda.." Sapa anak buah Lars.
" Ke rumah sakit." Ujar Lars.
" Baik." Sahut anak buah Lars.
Sementara itu, Ryn saat ini sedang menemui Paul di ruang tengah. Paul sudah rapi dan sudah siap dengan koper koper nya.
" Jadi kamu mau ikut, sayang?" Tanya Paul.
" Iya, pa. Ryn ingin berlibur di sana, Ryn juga dudah menyiapkan barang barang Ryn. " Ujar Ryn.
" Baiklah, ayo.." Ujar Paul, dan akhirnya keduanya pergi dari sana.
Terlihat Lodra juga datang dengan mobilnya, sudah di pastikan dia lembur bersama tim nya lagi karena semalaman dia tidak pulang.
" Ryn, kamu mau ikut?" Tanya Lodra, dan Ryn hanya mengangguk.
Ryn tidak bicara karena dia masih kesal dengan Lodra yang tidak membiarkan dirinya mengikuti Paul diam diam.
" Baiklah, ayo." Ujar Paul.
Beberapa pengawal mengikuti Paul, mereka beriring iringan pergi dari sana menuju ke Bogor. Ryn duduk bersama dengan Paul di belakang, sementara Lodra duduk di depan bersama supir.
' Kenapa supir ini terlihat begitu kaku.' Batin Ryn.
Bahkan Ryn beberapa kali bertemu tatap dengan supir itu dan supir itu seperti panik.
" Apakah anda baik baik saja?" Tanya Ryn pada supir itu.
Paul langsung mengalihkan perhatian nya pada Ryn dan mengikuti arah pandang Ryn yang ternyata menatap supir.
" Tidak apa apa nona." Ujar sang supir.
" Jika anda sakit maka jangan menyetir, berhentilah di depan, dan ganti dengan supir lain." Ujar Ryn.
" Ti- tidak nona, saya tidak apa apa." Ujar supir itu.
" Berhentilah di depan." Ujar Paul.
Akhirnya supir itu menurut dan menepikan mobilnya, begitu juga dengan iring iringan yang mengawal Paul.
" Gantikan dia, dia sakit." Ujar Lodra pada salah satu pengawal.
" Baik, Lodra." ujar salah satu pengawal itu.
Setelah bertukar, akhirnya mereka melanjutkan perjalanan mereka. Hingga beberapa jam kemudian mereka sampai di kota Bogor, di Vila pribadi Paul.
" Sayang, anak harimau mu sudah besar, kamu tidak mau melihatnya?" Tanya Paul.
" Benar juga, sudah tiga bulan Ryn tidak datang kemari, pasti Thunder sudah besar. Kalau begitu Ryn melihat Thunder dulu. " Ujar Ryn.
Paul mengangguk, dan Ryn pergi dari sana. Setelah Ryn pergi, Lodra datang menghampiri Paul.
" Bagaimana?" Tanya Paul.
" Dia mata mata, tuan. Untungnya nona menyadari gerak gerik anehnya, meskipun nona mengira dia sakit, tapi kits jadi bisa menurunkan dia." Ujar Lodra.
Yang di maksud oleh mereka adalah supir yang sebelumnya di tukar di jalanan.
" Lodra, tolong semakin perketat penjagaan. Semakin banyak pembangkang yang tinggal bersama kita. Entah itu orang yang menginginkan Ryn atau orang yang menginginkan nyawaku." Ujar Paul.
" Ya, tuan." Ujar Lodra.
Lodra sendiri bingung, ingin dia memberi tahu Paul bahwa Ryn justru juga sedang berusaha melindungi Paul, tapi di disi lain, Paul pun sedang melindungi Ryn.
' Sebenarnya pria bernama Sam itu menginginkan siapa? Ryn.. Atau tuan.' Batin Lodra.
Berpindah ke sisi Ryn..
Ryn sedang berjalan menuju ke kandang harimau. Dia memelihara seekor harimau putih di sana. Terlihat dari luar kandang, harimau itu sedang minum di penampungan air.
' Ah... Itu dia si Thunder. Dia sungguh sudah besar.' Batin Ryn.
Ryn berjalan pelan dan mendekat perlahan ke arah belakang harimau bernama Thunder itu. Pelan dan pasti dia mengendap endap, dan kemudian..
" Hua!!"
" GROOAR!! " Harimau itu terkejut dan melompat ke samping.
" Hahaha" Tawa Ryn renyah terdengar. Sejak dulu, dia sering melakukan itu pada Thunder.
Harimau putih itu terlihat mendengus seakan kesal. Jika dia bisa bicara mungkin dia akan mengutuk Ryn yang mengejutkan nya.
" Maaf.. Maaf.. Thunder. Kemari.." Ujar Ryn.
Dan anehnya, meskipun kesal, Harimau putih itu tetap mendekat kearah Ryn dan menggesek gesekan kepalanya ke tubuh Ryn.
" Kamu sudah besar sekali, makan apa kau? makan banyak, ya? " Ujar Ryn.
Ryn kemudian memeluk harimau itu tanpa sedikitpun takut. Harimau itu sudah berada di sana sejak bayi, dan Ryn yang selalu memberinya makan.
Jika Daenerys Targaryen adalah ibu dari naga, maka Ryn Gladys adalah ibu dari singa dan harimau, jangan lupakan Mio si anjing.
Tapi tanpa Ryn sadari saat ini ada seorang pria yang sedang mengintai dirinya. Pria itu menggunakan teropong yang bisa melihat dari jauh.
Dia berdiri di atas pohon dengan pakaian serba hitam nya sambil mengunyah permen karet di mulutnya.
" Dia ada di kota Bogor, bersama pria bernama Paul itu." Ujar pria itu yang rupanya berbicara dengan Ear piece nya.
" Malam ini.. oke." Ujar pria itu lagi.
Entah siapa yang dia hubungi, tapi yang jelas Ryn dan Paul tidak aman saat ini.
Ryn menatap kesekitarnya, dan dia mengikuti arah angin. Dari sana Ryn melihat kilauan cahaya yang keluar dari dari pepohonan.
' Ada yang mengintai, apakah itu orang orang papa? Atau... ' Batin Ryn.
Ryn tak menghiraukan itu lagi, dia lanjut bermain dengan harimau putihnya itu dengan gembira. Harimau itu menjilat tangan Ryn yang menutupi wajah Ryn, seakan menyuruh agar Ryn membuka nya.
' Malam ini, aku akan menyelidikinya.' Batin Ryn.
Ryn akan memanfaatkan kesempatan selama dirinya di sana untuk mencari tahu siapa orang di balik para penghianat yang menghianati Paul, Tentu saja itu tanpa sepengetahuan Paul.
TO BE CONTINUED...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Diana diana
mending jadi orang biasa ya Ryn , jadi org yg berpengaruh terlalu berbahaya . .
2024-02-19
1
Shinta Dewiana
kacau banyak x musuhnya..
2024-01-15
1
nacho
adui aku jatuh cinta dengan mc lelakinya manis sekali 😍😘😍😘😍😘😍😘😍😘😋
2023-10-28
2