Paul berjalan menghampiri Ryn yang masih asik dengan dumpling nya, pelan namun penuh kasih sayang, Pul mengusap kepala Ryn.
" Papa ada urusan mendadak, sayang. Nanti setelah papa selesai, papa akan jemput kamu, hum?" Ujar Paul.
" Ya, pa.. hati hati di jalan." Ujar Ryn. Paul mengangguk sambil tersenyum, lalu keluar dari sana.
Setelah Paul pergi, wajah Ryn perlahan berubah ketika mengingat sesuatu, dia mengingat mimpinya semalam.
Ryn bermimpi dirinya melihat seorang wanita cantik yang berlari sambil menangis, dan memasukan anak nya ke dalam lemari dengan tergesa gesa.
' Tetaplah di dalam sayang, jangan keluar, apapun yang terjadi.' Suara perempuan itu bahkan terngiang di kepala Ryn.
NGINNNGGGG!!!
" Akh!! Telingaku sakit sekali." gumamnya.
Ryn menutup kedua telinganya itu, hingga suara bising di telinga nya berangsur - angsur reda dan hilang.
" Bisa bisa nya aku bermimpi seperti itu, aku bahkan tidak pernah melihat wanita yang ada di dalam mimpiku itu di dunia nyata." Gumam nya.
" Kenapa juga perempuan itu memasukan anak nya ke dalam lemari?" Gumam Ryn lagi.
Ryn seperti berpikir sambil mengunyah dumpling nya. Tapi semakin di pikir, dia semakin pusing sendiri.
" Sudahlah, toh hanya mimpi." Ujar Ryn.
Ryn bangun dari duduknya dan membuka tas yang di bawa oleh Paul. Isinya adalah pakaian ganti untuk Ryn. Ryn pun membawanya masuk kedalam kamar mandi.
Sementara itu, di tempat lain..
Paul sedang berada di dalam mobil menuju ke tempat dimana saat ini Lodra berada. Mobil itu memasuki sebuah pekarangan yang luas dengan sebuah bangkai rumah mewah di dalamnya.
Lodra tampak keluar dari rumah mewah yang tampak sangat tua itu, setiap dindingnya seperti terdapat bekas lahapan api.
" Tuan." Sapa Lodra.
" Sampai kapan kau mau memanggilku tuan?? Aku ini ayah angkatmu yang sah di mata hukum." Ujar Paul.
" Maaf tuan, saya belum memiliki keberanian itu." Ujar Lodra.
" Sudahlah, Ayo." Ujar Paul, tidak lagi meneruskan pembicaraan nya.
Lodra, di selamatkan oleh Paul sekitar 5 tahun yang lalu, saat di tengah tengah kejadian berdarah. Dimana saat itu kelompok yang Lodra ikuti mengorbankan dirinya untuk menjadi umpan, dan pada saat itu.. Paul menyelamatkan Lodra.
Paul mengangkat Lodra sebagai anak angkatnya, karena Paul melihat potensi besar yang di miliki oleh Lodra. Tapi meski sudah di angkat menjadi anak oleh Paul, Lodra tetap memanggil Paul tuan.
Lodra tidak akan melupakan kebaikan Paul, bagi Lodra Paul adalah panutan nya dan tuan yang harus dia ikuti.
Paul masuk ke dalam bangkai rumah itu dan masuk ke dalam sebuah kamar. Paul jadi teringat dengan Ryn kecil yang dulu dia selamatkan..
" Tuan, lihat.. pria yang kemarin berada di pertemuan itu sangat mirip dengan pria di foto ini." Ujar Lodra sambil menunjukan sebuah foto yang tampak usang.
" Ya, dari gestur wajahnya memang mirip." Ujar Paul.
" Dan ada satu lagi, lihat ini.." Ujar Lodra sambil memberikan sebuah map cokelat.
Paul membuka map cokelat itu, yang rupanya berisikan sebuah surat yang menyebutkan sebuah perjanjian antara lima orang, dan menamai anggota mereka sebagai DEATH yang berarti mati.
" Selama lima belas tahun aku mencari bukti bukti ini, tapi selalu buntu di ujung jalan. Sekarang akhirnya terjawab, ayah kandung Ryn adalah seorang ketua mafia dulunya." Gumam Paul.
Paul memijat pelipisnya, dia tidak tahu menahu perihal apapun yang di lakukan oleh kakak nya itu. Dia hanya di hubungi oleh kakaknya untuk datang dan menyelamatkan Ryn juga kakak iparnya. Paul yang dulu tidak tinggal di Jakarta pun langsung datang dari Bali karena telepon itu.
Dan semakin lama semakin banyak puzle yang mulai terjawab. Paul, selama l5 tahun itu mencari bukti akan hal apapun yang bisa membawanya untuk menangkap para pembunuh itu.
''Dan pria ini adalah pria yang mencoba menculik Ryn kemarin.'' Tunjuk Lodra pada sebuah foto yang juga terlihat usang.
'' Ya, benar.. meskipun wajah nya sudah menua, tapi dia paling mudah di kenali. Berarti kita sudah menemukan dua dari empat teman ayah Ryn, dua lagi pasti adalah mereka berdua.'' Ujar Paul sambil melihat dua pria lain yang berdiri di sisi kiri Wira.
Paul tidak melaporkan nya ke kepolisian, jika dia membawa itu ke jalur hukum pun belum tentu akan terungkap siapa pelakunya, karena Paul yakin kakaknya terlibat dengan dunia bawah ( Mafia ), dan rupanya ke khawatiran nya itu benar.
Paul sendiri juga bukan orang sembarangan, dia pun memiliki kelompoknya sendiri, tapi bukan termasuk mafia, melainkan sebuah organisasi yang mengandalkan kecanggihan teknologi gadget.
Tak heran selama 15 tahun itu dia bisa melindungi Ryn dengan sangat baik, karena selain banyaknya pengawal yang mengelilingi Ryn dan kediaman nya, teknologi canggihnya pun bisa melindungi Ryn.
" Cari tahu identitas mereka, serapat rapatnya orang menyimpan bangkai, baunya pasti tercium." Ujar Paul.
" Baik tuan." Ujar Lodra.
Sejujurnya tim Lodra pun sedang mencari tahu, hanya saja memang tidak ada jejak digital dari ke empat orang itu. Seperti mereka tidak pernah ada di dunia, tapi Lodra yakin.. identitas mereka di lindungi dengan sangat baik, termasuk jejak digital mereka.
Itu akan menjadi tantangan baru bagi Lodra, karena selama ini dirinya selalu mudah menemukan dan mudah meretas apapun itu.
" Aku akan ke perusahaan, dan hari ini aku dan Ryn akan terbang ke Bali, dia butuh liburan di sana." Ujar Paul.
" Baik.. Semoga Ryn cepat sembuh." Ujar Lodra.
Setelah dari sana, Paul menyempatkan dirinya datang ke perusahaan nya terlebih dahulu. Sekertarisnya yang bernama Travis langsung sigap berdiri di sisi tuan nya, yakni Paul.
" Apakah ada pertemuan penting dalam seminggu kedepan?" Tanya Paul.
" Tidak ada tuan, hanya pertemuan pertemuan biasa." Ujar Travis.
" Bawa data yang harus saya tanda tangani ke ruangan saya, hari ini sampai seminggu kedepan saya akan berada di luar kota." Ujar Paul.
" Dan kau handle sisa nya." Ujar Paul lagi.
" Baik." Ujar Travis.
Berpindah ke sisi Ryn yang saat ini sedang mengeringkan rambut panjangnya. Gadis cantik itu menatap dirinya di pantulan cermin dan sedikit teringat dengan wajah wanita yang berada di dalam mimpinya.
" Apa apaan ini, kenapa aku malah jadi berhalusinasi bahwa wajah perempuan di mimpiku itu mirip denganku." Gumam Ryn.
Rin menyudahi aktivitas mengeringkan rambutnya lalu keluar dari kamar mandi.
" Nona Ryn, tuan memberi kabar bahwa tuan alan sedikit datang terlambat, dan meminta nona untuk tetap menunggu di sini." Ujar pengawal yang sudah berada di dalam ruanga.
" Ya, terimakasih." Ujar Ryn.
" Ini ponsel baru anda nona." Ujar pengawal sambil memberikan sebuah ponsel dari brand ternama kepada Ryn.
" Terimakasih, anda boleh keluar." Ujar Ryn.
Pengawal itu mengangguk, dan berjalan keluar dari sana. Ryn membuka ponselnya dan melihat daftar kontak. Di daftar kontak itu hanya ada beberapa nomor yang menurut Paul penting untuk Ryn miliki.
Di sana hanya ada kontak Paul, Lodra dan Travis saja. Ryn menekan nomor paul, dan memanggilnya.
" Halo, pa.." Ujar Ryn.
" Kenapa sayang? " Tanya Paul.
" Boleh Ryn pulang lebih dulu dengan pengawal? Ryn tidak suka di sini." Ujar Ryn.
" Tunggu sebentar ya, sayang.. Papa hanya menandatangani berkas saja, dan kita akan langsung terbang ke Bali setelah papa menjemput mu." Ujar Paul.
" Sungguh??" Ryn antusias.
" Iya, sayang.. Tunggu sebentar, ya?" Ujar Paul.
" Oke.." Sahut Ryn, senang.
Panggilan pun di akhiri, meskipun Ryn menggunakan ponsel canggih, dirinya sama sekali tidak memiliki satupun akun sosial media. Dia hanya menggunakan ponsel untuk berkomunikasi saja.
Waktu berlalu..
Paul datang ke rumah sakit kembali untuk menjemput Ryn yang masih berada di sana. Ia masuk kedalam ruangan Ryn dan rupanya anak gadis nya itu sedang tertidur pulas di sofa rumah sakit.
" Dia sampai ketiduran.." Gumam Paul.
Paul duduk di tepian sofa itu, dan membelai kepala Ryn dengan sayang.
' Bagaimana jika papa tidak bisa menemanimu lebih lama lagi, nak.. Papa rasanya tidak sanggup melihat kamu menderita.' Batin Paul.
Entah pemikiran dari mana, tiba tiba saja terbesit di pikiran Paul tentang bagaimana nasib Ryn jika tidak ada dirinya kelak. Tidak ada lagi sanak saudara yang di miliki Paul, semuanya sudah tiada.
' Papa selalu berharap, supaya papa bisa melihatnu menikah nantinya. Agar ada yang bisa melindungimu, menggantikan papa.' Batin Paul.
" Tapi dengan siapa kamu akan menikah.. Kamu bahkan tidak mengenal satupun orang lain di luar sana. Lodra.. ' Batin Paul, sempat terbesit nama Lodra.
' Tidak, Lodra adalah bagian tim. Dia tidak cukup kuat untuk melindungi Ryn. Satu satunya kandidat terbaik untuk Ryn hanya satu, salah satu keluarga Hunter.' Batin Paul lagi.
Ryn yang merasakan kepalanya di usap itu pun bangun.
" Papa.." Gumam Ryn.
" Sudah bangun, sayang? Maaf ya, papa lama. Ayo, kita pulang." Ujar Paul.
Ryn tersenyum manis dan mengangguk. Akhirnya Ryn berjalan di sisi Paul dan keluar dari ruang rawat nya itu . Sekitar lima pengawal mengiring mereka menuju mobil, satu di depan, dua di belakang dan dua lagi di sisi kanan dan kiri.
" Papa kita sungguh akan ke bali?" Tanya Ryn.
" Ya, sayang.. Kamu butuh liburan." Ujar Paul.
" Tapi aku ingin melihat teman baruku, pa." Ujar Ryn.
" Bagaimana bisa papa lupa hal itu, Astaga.. Papa mulai pikun. Ya sudah, kita kembali dulu ke rumah untuk melihat teman barumu." Ujar Paul. Dan Ryn tersenyum dengan sangat manis.
Di sisi lain rumah sakit itu, seorang pria yang menggunakan stelan jas formal tampak terdiam bagai terpaku ketika melihat sesuatu. Dia tampak terpesona dengan senyum manis Ryn.
' Siapa dia? Aku tidak pernah melihat gadis secantik itu di kota ini.' Batin pria itu.
" Kau tahu siapa yang lewat dengan pengawalan, tadi?" Tanya pria itu, pada asisten nya.
" Itu adalah tuan Paulo Reiner, tuan muda." Sahut sang asisten.
" Bukan pria itu yang aku tanya, tapi gadis yang berjalan bersamanya." Ujar pria itu lagi.
" Eh, umm.. maaf tuan muda, saya tidak tahu. Tapi menurut kabar luas yang beredar, Paulo Reiner memiliki seorang putri yang di sembunyikan identitasnya." Ujar sang asisten.
" Cari tahu siapa gadis itu." Ujar pria tadi dan kembali melangkah pergi.
Asisten nya hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Selama dia menjadi asisten pria itu, tidak pernah sekalipun dia berhenti dari langkah kakinya hanya untuk menanyakan nama seorang gadis.
' Apa pohon seribu tahun itu akhirnya mendapatkan pencerahan?' Batin asisten nya.
Pria tadi adalah Lars Hunter, pria dengan sejuta pesona namun dingin bagai benua Antartika. Lars Hunter adalah tuan muda keluarga Hunter satu satu nya yang di cap sebagai pria tertampan dan buronan para gadis konglomerat.
" Jangan menggerutui ku, kau akan aku kirim ke Kalimantan jika kau berani menggerutu lagi." Ujar Lars.
" Saya tidak menggerutu, tuan." Batin asisten nya yang bernama Roco.
' Heran aku, sepertinya akhir akhir ini tuan muda memiliki indera ke sebelas, semakin peka. ' Batin Roco.
Berpindah ke sisi Ryn, dia dalam perjalanan saat ini. Sepanjang jalan itu Ryn tersenyum, karena bisa melihat jalanan kota yang ramai sore itu.
Setelah beberapa saat, mereka akhirnya sampai di kediaman Paul. Kediaman itu sangat luas dan besar, bahkan halaman nya saja bisa untuk pertandingan sepak bola.
Rumah mewah dengan desain gaya Eropa berwarna hitam putih itu tampak megah seperti kastil, dengan banyak pengawal yang berjaga di tiap sudut nya.
" Selamat datang di rumah, nona." Ujar Lodra.
Lodra di hubungi Paul bahwa Ryn meminta pulang lebih dulu sebelum terbang ke Bali untuk melihat teman barunya ( binatang peliharaannya ).
" Kakak, jangan panggil aku nona.. Kita kakak beradik." Ujar Ryn.
Lodra tersenyum mendengarnya, meski dia bukan siapa siapa.. Tapi Paul dan Ryn menganggapnya keluarga.
" Iya, adik.. selamat datang." Ujar Lodra.
" Terimakasih, di mana teman baruku." Ujar Ryn antusias.
" Ayo kakak antar menemui dia." Ujar Lodra.
Ryn melihat kearah Paul, dan Paul mengangguk sambil tersenyum. Ryn pun pergi dengan Lodra. Ryn berjalan di hadapan Lodra dengan sangat antusias, Lodra yang berada di belakang Ryn pun terkekeh melihat tingkah Ryn.
' Betapa cantiknya.' Batin Lodra ketika melihat senyum manis Ryn yang merekah.
" Kakak, di mana dia?" Tanya Ryn, membuyarkan lamunan Lodra.
' Astaga, apa yang aku pikirkan.. Dia adikmu Lodra.' Batin Lodra merutuki dirinya.
" Tunggu, ya.. mungkin dia sedang makan sore." Ujar Lodra.
Ryn sungguh penasaran dengan teman barunya itu, tak lama.. dari luar kandang terdengar suara binatang yang terdengar seperti suara anak kucing sedang mengeong.
'' Apa papa membelikan aku kucing?'' Tanya Ryn pada Lodra, Lodra terkekeh mendengarnya.
'' Ya, Lebih tepatnya adalah anak kucing besar.'' Ujar Lodra.
''Sungguh?? Tanya Ryn, dan Lodra mengangguk.
'' Bawa dia keluar, nona ingin melihatnya.'' Ujar Lodra pada pawang yang menjaga binatang.
Seorang pria yang tampak nya berusia sekitar 35 tahun menggendong seekor binatang berwarna cokelat dan berjalan menghampiri Ryn dan Lodra.
'' Ini dia.. '' Ujar Lodra.
Ryn sampai terperanga melihatnya, seekor anak singa yang menggemaskan berada di kediaman nya, Ryn langsung mengambil alih anak singa itu dari gendongan pawangnya.
'' Nona! hati - hati.'' Ujar sang pawang.
'' Jangan bentak nona!'' Ujar Lodra tegas.
'' Maaf tuan Lodra, saya hanya khawatir anak singa itu akan menyakiti nona, karena bagaimanapun itu pertama kalinya dia bertemu nona Ryn.'' Ucap sang pawang menunduk takut.
'' Jangan khawatir, paman.. aku bisa.'' Ujar Ryn pada sang pawang.
Pawang itu sampai melongo melihat anak singa itu begitu nyaman di pelukan Ryn.
" Bagaimana bisa.." Gumam sang pawang.
TO BE CONTINUED..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Nur Bahagia
😅
2024-09-09
1
Nur Bahagia
wah udah ada perubahan 🤗.. bukan kata2 keramat lagi 😁
2024-09-09
1
.
Kebun Sawit 😂
2024-05-09
1