Arumi menarik tubuh Barra menjauh dari pria yang tersungkur lemas di atas aspal.
"Ishh... ngapain sih, mukulin orang udah kaya preman? Anda ini preman apa presdir sih?" Omel Arumi pada Barra yang menatapnya dan kemudian tatapan Arumi jatuh pada orang-orang yang berkerumun menonton kejadian ini.
"Hai, kalian lihatin apa? Ini tuh bukan sinetron yang harus di tonton oleh kalian! Bubar kalian Buuuubaarrrr!!" Pekik Arumi sekencang-kencangnya. Mungkin orang-orang mengira dirinya sudah kurang waras, tapi dia tak perduli.
Ia meluapkan segala perasaan yang sekarang ia rasakan kini. Lelah, mengantuk, terkejut, kesal dan marah menjadi satu. Arumi benar-benar merutuki hari ini. Sebagian orang yang berkerumun menonton kejadian ini pun ada yang membubarkan diri dan segelintir orang membantu menepikan tubuh pria malang yang tersungkur di atas aspal itu, ke trotoar jalanan yang letaknya tak jauh dari mobil Barra yang dibawa oleh Arumi.
"Mbak ini gimana korbannya? Di bawa kerumah sakit atau gimana?" Tanya salah seorang pria menggunakan jaket ojek online yang datang menghampiri Arumi.
"Ya Mas, tentu dibawa kerumah sakit, tolong bantu saya masukkan ke dalam mobil ini." Jawab Arumi pada seorang pra tersebut.
"Tidak!! Jangan sembarangan memasukkan pria lain ke dalam mobil saya, Arumi. Memangnya kamu tahu siapa yang saya pukuli tadi?" Sahut Barra dengan suara yang memekik. Raut wajahnya kembali menakutkan. Membuat Arumi dan orang tersebut terkejut bukan kepalang.
"Pak Barra gimana sih, dia terluka kaya gitu masa gak ditolongin, nanti dia bisa mati dan Bapak bisa dipenjara. Bapak mau dipenjara? Kalau saya jadi Bapak, saya sih gak mau dipenjara."
"Saya bilang tidak ya tetap tidak! Sebentar lagi supirnya pasti akan datang membawa dia ke rumah sakit. Jangan terlalu perdulikan dia! Kamu cukup perdulikan saya." Balas Barra yang kemudian dengan seenaknya berjalan kearah bagian depan samping kiri mobil.
Ia berdiri di sana berharap Arumi akan membukakan pintu mobil untuknya. Namun sayang, meski ia sudah memberi lirikan maut pada Arumi. Arumi malah ceuk dan masuk ke dalam sisi kanan mobil Barra. Ia mengenakan sabuk pengamannya, seakan ingin melajukan mobil dan meninggalkan Barra seorang diri di sana.
Namun, sebelum ia menginjak pedal gas mobil itu. Arumi membuka kaca jendela mobil Barra yang ia kendarai ini.
"Masuk! Jangan manja! Ini sudah di luar jam kantor." Ucap Arumi dengan beraninya. Ia memperlihatkan wajah kesalnya pada Barra.
Ya. Memang benar, saat ini bukanlah jam kantornya. Saat ini sudah menunjukkan pukul 23.30 malam. Ia masih berjibaku dengan kemacetan. Ini semua karena Barra. Ya. Barra siapa lagi. Dia yang membawa Arumi pergi ketepi pantai, meninggalkannya dan ia harus mengantar Indri ke rumahnya yang jaraknya cukup jauh dan berlawanan arah dengan rumahnya, ditambah lagi saat perjalanan pulang ia terhalang jalan yang diperbaiki, berjibaku dengan kemacetan dan sialnya dia bertemu dengan Barra lagi dan lagi.
Barra menyeryitkan alisnya mendengar Arumi memerintah dirinya. Karena tak mau lama-lama di sini, dan orang-orang mulai membicarakan dia bahkan memvideokan dirinya. Barra pun masuk ke dalam mobil dengan membuka pintunya sendiri.
Saat di dalam mobil, ia segera menghubungi seseorang yang entah itu siapa, yang pasti dia menghubungi orang tersebut untuk men-take down video mengenai kejadian yang baru saja terjadi.
"Cih, dasar orang kaya, bisa banget main hapus-hapus saja. Coba kalau gue punya kesempatan untuk menghapus orang di dunia ini. Pasti dia adalah orang pertama yang gue hapus di dunia ini. Nyebelin, tukang merintah suka-suka dia dan suka nyosor kaya angsa. Untung boss, untung ganteng coba kalau enggak. Pasti dia sudah gue telan hidup-hidup. Jadi kanibal-jadi kanibal deh." Rutuk Arumi di dalam hatinya.
"Jangan merutuki saya!" Ucap Barra yang mengambil bantal dan selimutnya seperti orang yang akan bersiap tidur.
"Kok tahu saya lagi merutuki Bapak? Bapak cenayang ya?" Sahut Arumi yang sedikit melirik Barra yang sudah siap untuk tidur.
Melihat Barra bersiap untuk tidur, Arumi segera menepikan mobil Barra yang ia kendarai.
"Jangan tidur! Saya mau pulang dan gak mau antar Bapak pulang kerumah Bapak. Bapak pulang sendiri. Saya capek, lelah,ngantuk, saya sudah rindu dengan kasur, bantal dan guling saya di rumah." Omel Arumi yang melarang Barra untuk tidur.
Ia menarik bantal yang ingin Barra gunakan untuk tidur. Hingga Barra mendelikkan matanya melihat tingkah Arumi yang sudah berani padanya.
"Sinikan bantalnya! Saya ngantuk mau tidur."
"Tapi saya gak mau nganterin Bapak pulang! Saya mau pulang kerumah saya, saya mau tidur,ngerti gak sih?" Pekik Arumi yang tidak diperdulikan oleh Barra.
"Nggak, saya gak ngerti. Yang saya ngerti saya mau tidur. Karena besok saya harus bekerja." Sahut Barra dengan entengnya. Ia mencari posisi yang enak untuk dirinya berbaring.
"Besok itu hari sabtu bukan hari senin, selasa, rabu, kamis, jumat. Yang artinya besok hari libur Bapak Barra yang terhormat." Omel Arumi lagi.
"Oh, iya kah besok hari libur? Bersama dan berada di dekat mu, saya jadi lupa dengan hari." Balas Barra yang matanya mulai berat untuk terjaga dan mulai terpejam. Ia anggap kemarahan Arumi adalah lagu nina bobo untuknya.
"Iya kah, sekalian saja lupa ingatan. Supaya jelas ngerepotin hidup orang lainnya." Sahut Arumi yang kesal.
Ia pun mau tak mau saat melihat Barra terlelap, harus kembali memutar arah mobilnya. Ia harus kembali mengantar Barra. Namun sebelum ia mengantar Barra pulang ke kediamannya. Arumi mengirim pesan singkat pada kedua orang tuanya mengenai hari ini yang kemungkinan ia tak bisa pulang, karena harus mengantar bosnya terlebih dahulu. Tidak mungkin juga ia pulang dini hari, apa kata tetangganya nanti. Dia akan pulang besok siang, agar mengira dia habis pulang dari luar kota atau apalah itu.
Saat dalam perjalanan tiba-tiba mobil Barra berbunyi, ternyata tanda pengingat untuk mengisi bahan bakar. Arumi pun segera mencari stasiun pengisian bahan bakar dan mengisi mobilnya.
Rasa kantuk begitu menyerang dirinya saat ini. Rasanya tak sanggup lagi ia mengantar Barra ke kediamannya. Bisa-bisa bukannya sampai ke kediaman Barra, ia malah sampai ke alam baka bersama Boss menyebalkannya ini. Ternyata wajah ngantuk Arumi ini mencuri perhatian Mas-mas yang sedang mengisi tanki bahan bakar mobil Barra.
"Mba, kalau ngantuk jangan berkendara, istirahatlah sejenak di sana." Ucap Mas-mas Full Attendant yang bernama Joko.
Ia bicara sembari menunjukkan kearah dalam pojok kanan stasiun pengisi bahan bakar. Yang terdapat minimarket di dekatnya.
"Ah iya Mas. Memangnya boleh ya menepi dalam waktu lama di sana?" Tanya Arumi yang tidak tahu.
"Boleh Mba, banyak kok yang seperti Mba." Jawab Joko pada Arumi.
"Ah, baiklah kalau begitu. Makasih loh Mas informasinya. Saya akan menepi sejenak untuk menghilangkan kantuk di sana." Balas Arumi sembari memberikan uang sebesar lima ratus ribu rupiah untuk pengisian bahan bakar mobil Barra.
"Ya, silahkan Mba. Tapi saya sarankan dibuka sedikit kaca jendela mobilnya supaya ada sirkulasi udara masuk dan membeli obat nyamuk oles, agar tidak diserang gerombolan nyamuk." Ucap Joko dengan tawa renyahnya.
"Ah, iya makasih loh Mas, Masnya baik sekali. Semoga kebaikan Mas-nya dibalas oleh Allah ya." Balas Arumi yang kemudiann di jawab Amiin oleh Joko dan Arumi pun kembali memundurkan mobilnya dan melajukan mobilnya ke tempat yang diunjukkan oleh Joko.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
🦂⃟ᴍɪʟᷤᴀᷤʜᷫ ᶜᵘᵗᵉ ✹⃝⃝⃝s̊S
hadeh Barra parah... masak tiap deket arumi molor
2023-06-26
0
🦂⃟ᴍɪʟᷤᴀᷤʜᷫ ᶜᵘᵗᵉ ✹⃝⃝⃝s̊S
hadeh Barra parah... masak tiap deket arumi molor
2023-06-26
0
🍒⃞⃟🦅🥑⃟uyulpuyosibocah
enak ya si Barra, ngntuk lngsung mlor😴
2023-06-09
0