"Bi, dirumah ini ada berapa asisten rumah tangga?" Tanya Arumi saat menaiki anak tangga menuju kamar Barra.
"Satu Bi Ipah saja Non, Security satu, supir sekaligus tukang kebun satu. Supir merangkap jadi tukang kebun karena Den Barra gak suka pakai supir."
"Terus pembantu yang pulang kampung siapa Bi?" Tanya Arumi dengan tatapan penuh selidik.
"Gak ada Non, gak ada yang pulang kampung." Jawab Bi Ipah yang membuat Arumi terkejut.
"Sialan, jadi Presdir kok doyan bohong sih, ughh ngeselin. Paling ga suka di bohongin kaya gini. Apa maksudnya coba bohong? Apa dia emang lagi ngerjain aku ya?" Gerutu Arumi di dalam hatinya sembari memukul-mukul tangannya.
"Masuk Non!" Ucap Bi Ipah yang mempersilahkan Arumi masuk.
Arumi melihat kamar pribadi Barra yang bernuansa putih, hampir semua barang-barang di dalam kamar itu berwarna putih semua. Kamarnya terlihat rapih, begitu pula dengan ranjangnya, seperti baru saja di rapikan.
"Rapih banget Bi, baru Bibi rapihkan ya?" Puji Arumi yang malah membuat Bi Ipah tersenyum kecut.
"Den Barra sudah tiga bulan ini gak pernah tidur Non, dia kena penyakit insomnia. Semenjak pacarnya ninggalin dia tanpa sebab." Balas Bi Ipah yang malah menceritakan kondisi Barra.
"Saya ambil bantal dan selimutnya ya Bi, ceritanya lain waktu saja. Saya takut Pak Barra menunggu lama." Sahut Arumi yang ingin mendengar cerita tentang Barra, tapi saat ia melihat jarum jam yang berdetak ia cepat-cepat sadar untuk bergegas.
Ia peluk selimut dan bantal yang ia ambil, hingga aroma parfum yang ia kenakan menempel di selimut dan bantal yang ia bawa saat ini.
"Lama banget, ternyata kamu gak secekatan yang Faden bilang ya?" Protes Barra dengan kalimat sindirannya pada Arumi.
"Ya kan saya harus cari Bibi di kampungnya dulu Pak," jawab Arumi tak kalah menyindir Barra.
Degg! [Bara ketahuan berbohong]. Ia menyembunyikan wajah malunya di balik selimut yang Arumi berikan padanya. Ia melirik Arumi dengan rasa malu.
"Sok manis, simpan wajah sok manis mu itu Pak Barra." Umpat Arumi yang kesal karena kena tipu oleh Barra.
Barra yang terlanjur menghirup aroma parfum Arumi yang menempel pada selimut dan bantalnya, terus saja mengendus aroma parfum yang seakan menenangkan jiwanya itu hingga ia Kembali tertidur di dalam perjalanan.
Semakin siang, semakin macet pula ibu kota ini. Hampir dua jam lebih, mereka berada di perjalanan menuju kantor. Arumi melirik ke arah Barra yang kembali tertidur dengan pulas di sampingnya.
"Kalau lagi tidur kaya gini gemesin tapi kalau sudah bangun, nyebelin tingkat dewa. Banyak yang di pinta, banyak yang di mau, kaya bocah." Gumam Arumi sembari memainkan jemarinya di stir mobil.
Akhirnya mobil Barra yang di kemudikan Arumi sampai juga di lobby perusahaan. Ia mencoba membangunkan Barra yang masih enggan untuk bangun dari tidurnya. Belajar dari pengalamannya kemarin, akhirnya Arumi memutuskan untuk meninggalkan Barra yang tertidur di dalam mobil. Ia menitipkan pada Security kantor untuk menjaga dan melihat Barra yang tertidur di dalam mobil.
Arumi menuju ruangan kerjanya yang sudah ada Indri di balik meja kerja mereka.
"Maaf Kak, aku telat. Maaf banget ya." Ucap Arumi yang tak enak hati dengan Indri.
Pasalnya sore ini akan ada meeting bersama Perusahaan Bolen, banyak pekerjaan yang harusnya dikerjakan mereka berdua. Sebelum dokumen dan berkas-berkas ini dibawa oleh Barra dan asistennya Kevin.
"Arumi mana Pak Barra?" Tanya Kevin yang baru saja datang.
"Ada kok, Pak Kevin,"
"Ada dimana? Saya hubungi ponsel dan ruangannya tak ada jawaban."
"I-itu, Pak Barra ada di mobilnya Pak. Lagi tidur, saya sudah coba bangunkan, tapi beliau gak mau bangun Pak."
"Apa? Dia bisa tidur?" Tanya Kevin yang tidak percaya dengan ucapan Arumi.
"I-iya Pak." Jawab Arumi tergagap karena ekspresi Kevin begitu terkejut dengan ucapannya.
"Indri, kalau dia belum bangun, schedule-kan ulang kembali pertemuan kita dengan perusahaan Bolen." Perintah Kevin pada Indri.
"Tidak perlu." Sahut Barra yang baru saja datang dengan wajah bantalnya.
Ia baru saja bangun dari tidurnya, karena suara klakson sebuah truk mengagetkannya. Kesal bukan kepalang saat ia merasa sudah ditinggalkan oleh sekertaris barunya dan terlihat dua security sedang memandangi dirinya yang sedang tidur. Marah dan ngambek, itulah sikap kekanak-kanakan Barra saat ini pada Arumi.
"Bawakan kopian filenya keruangan saya!" Perintah Barra dengan suara tegasnya.
Indri segera menyodorkan file yang dipinta Barra pada Arumi.
"Cepat gih sana kasih! Jangan lupa minta maaf! Harus sabara menghadapi dia ya,Arumi. Semangat!" Ucap Indri dengan senyum ramahnya yang begitu khas di wajahnya.
Dengan berat hati dan di penuhi rasa takut, Arumi masuk ke dalam ruangan Barra.
"Kenapa kamu tinggalkan saya sendirian di mobil?" Tanya Barra yang duduk membelakangi meja kerjanya, ia menatap pemandangan di luar jendela dengan tatapan sedihnya. Rasa trauma di tinggalkan dan hubungan yang digantungkan kekasih yang telah lima tahun menjalin hubungan dengannya sangatlah menyakitkan hatinya, hingga ia mengalami insomnia berkepanjangan.
"Saya takut seperti kemarin, Bapak gak mau bangun-bangun, sedang saya banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan." Jawab Arumi dengan nada bicara yang begitu pelan. Ia khawatir membuat Barra marah dan memecatnya.
"Saya yang membayar dan menggaji kamu Arumi, jadi menunggu saya tidur adalah pekerjaan kamu. Persetan dengan pekerjaan lain kamu di kantor." Tukas Barra yang membalikkan kembali kursi kebesarannya dan menatap Arumi dalam-dalam.
Sejak semalam ia berpikir keras tentang Arumi. Ya. Berpikir tentang Arumi yang bisa membuatnya terlelap tidur begitu lama. Obat dengan dosis tinggi pun tak bisa membuatnya tertidur, namun di dekat Arumi, ia bisa tertidur dengan begitu nyenyak seperti dahulu.
Awalnya ia mengira kejadian kemarin, saat ia tertidur berjam-jam adalah sebuah kebetulan, itu karena memang ia sedang merasa capek dan lelah. Makanya ia bisa tertidur dengan begitu pulas dan dalam waktu yang lama. Namun perkiraan Barra ternyata salah. Barra kembali dengan mudah pergi tidur dengan begitu pulas pagi ini, saat ia dan Arumi pergi menuju kantor bersama Arumi. Tidak ada kebetulan yang terulang hingga lebih dari satu kali.
"Apa kamu sudah punya pacar Arumi?" Tanya Barra yang membuat Arumi seketika membulatkan matanya.
Arumi terdiam saat ditanya oleh Barra mengenai masalah pribadinya. Ia enggan untuk menjawabnya. Bukan tanpa sebab, menjawabnya hanya akan mengorek luka lama yang tertoreh di hatinya.
"Arumi kenapa diam? Saya tanya, apa kamu punya pacar?" Tekan Barra yang mengharapkan jawaban dari Arumi.
"Tolong jangan tanyakan mengenai hal pribadi saya Pak, sepertinya itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan pekerjaan saya dan Bapak." Jawab Arumi yang menundukkan kepalanya.
Ia menitikan air mata, ketika bayangan masa lalu yang menyakitkan itu terlintas di dalam pikirannya saat ini. Barra yang tahu Arumi sedang bersedih pun beranjak dari kursinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Dee~37🌸
😂😂😂😂
2024-12-08
0
SEPTI -
smart answer Arumi😁
2023-10-27
1
Ꮶ͢ᮉ᳟◉ⳤıⷶяᷡѧͩϰͬѧͤ◉⒋ⷨ͢⚤𝐀⃝🥀🤍📴
pak baraa bagaimana rasanya kepergok berbohong?? tolong bagi tau aku kesan dan pesannya 🤭🤣🤣
2023-06-26
0