My Stupid Boss I Love You
Pagi ini Arumi Samaira, seperti biasanya berangkat lebih awal dan menjadi karyawan pertama yang hadir di kantor. Setibanya di kantor ia mulai merapikan meja kerjanya yang sudah ia tempati selama tiga tahun lamanya.
Pagi ini ada banyak sekali pekerjaan yang harus ia selesaikan, karena ada salah satu temannya sesama staff administrasi yang mengajukan cuti. Setelah merapikan meja kerjanya, Arumi menyalakan komputer yang ada di mejanya.
Tanpa banyak bicara ataupun cakap-cakap dengan karyawan lain, Arumi segera berkutat dengan komputer dan file-file yang ada dihadapannya. Ia menginput data dan menyimpan berkas tersebut ke dalam lemari penyimpanan berkas-berkas penting.
Sewaktu dia sedang asyik bekerja tiba-tiba saja intercom yang ada di mejanya berbunyi. Ia pun segera mengangkatnya.
"Dengan Arumi bisa dibantu?" Sapa Arumi di sambungan intercom.
"Arumi tolong segera ke ruangan saya!" Pinta Ibu Lia, Kepala HRD di perusahaan Napoleon tempat ia bekerja.
"Baik bu, saya akan segera ke ruangan Ibu." Jawab Arumi yang segera menutup panggilan telepon tersebut ketika tak lagi mendengar suara Ibu Lia.
Arumi beranjak dari kursinya dan berjalan menuju ruangan HRD yang ada di lantai 5, sedangkan ruang kerjanya ada di lantai dua. Ia menaiki lift karyawan yang berdampingan dengan lift khusus Presdir.
Sewaktu Arumi berada di depan pintu lift, ia terkejut melihat Presdir perusahaan ini menaiki lift karyawan. Ia ragu-ragu untuk naik satu lift dengan orang nomor satu di perusahaan ini.
"Naiklah! Jangan terus berdiri di sana!" Perintah sang Presdir dengan suara tegas dan wajahnya yang sedingin es batu padanya.
"Ba-baik Pak." Jawab Arumi yang tergagap. Ia melangkah dengan ragu masuk ke dalam lift.
Arumi menekan tombol lift dengan tangan yang bergemetar. Ini kali pertama ia satu lift bersama sang Presdir dan hanya berdua saja.
Dug...dug...dug [Suara jantung Arumi bergemuruh].
Berduaan dengan pria berwajah tampan, berhidung mancung tak sepesek dirinya, dan kulitnya yang begitu putih tak seputih kulit dirinya yang jadi korban produk perontok daki. Membuatnya merasa insecure dan gugup.
"Ya Tuhan, tolong kondisikan jantungku ini. Tenang...tenang... ini hanya sebuah ujian." Ucap Arumi yang berusaha menenangkan dirinya.
Ting! [Suara lift berbunyi]
Arumi membungkukkan dirinya ke hadapan Barra sang Presdir, setelah ia turun dari lift terlebih dahulu dari dirinya. Ketika pintu lift benar-benar tertutup Arumi baru meninggalkan lift. Ia melangkahkan kakinya menuju ruang HRD.
Tok...tok...tok [Suara ketukan pintu].
"Masuk!" Perintah Bu Lia pada Arumi dari dalam ruangannya.
Arumi membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan Bu Lia. "Duduk Arumi!" Ucap Bu Lia mempersilahkan.
"Iya Bu. Terima kasih." Balas Arumi yang duduk di salah satu kursi di depan meja kerjanya.
"Langsung saja Arumi, saya panggil kamu ke sini hanya ingin memberitahukan bahwa kamu sudah di promosikan secara langsung oleh atasan kamu Pak Faden untuk mengisi ke kosongan posisi sekertaris Presdir kita, dan mulai hari ini kamu sudah bisa langsung bekerja bersama Presdir kita. Untuk itu tolong tanda tangani serah terima jabatan ini." Ungkap Bu Lia yang segera memberikan secarik kertas yang sudah di bubuhi tanda tangan Bu Lia terlebih dahulu.
"Bu, apa ini tidak berlebihan? Pasalnya saya ini rasanya kurang berkompeten dalam mengisi posisi itu." Tanya Arumi yang merasa tak pantas dengan posisi yang diberikan padanya sekarang.
"Tidak ada yang berlebihan, kamu pantas mendapatkannya, karena dedikasi kamu terhadap perusahaan ini cukup besar. Kamu rajin dan cekatan,itu adalah salah satu nilai plush yang kamu miliki. Jika kamu menolak posisi ini artinya kamu sudah siap untuk keluar dari perusahaan ini." Jawab Bu Lia seakan mengancam diri Arumi.
Dengan berat hati akhirnya Arumi pun menanda tanganinya. Ia tak mungkin mau keluar dari perusahaan pemilik, pengembang, dan pengelola real estat terdiversifikasi terkemuka yang terdiversifikasi di segmen real estat ritel, komersial, dan perumahan dengan kepemilikan yang beragam ini. Yang telah memberikan penghidupan yang sangat layak untuk dirinya dan keluarganya.
Setelah menandatangani surat serah terima jabatan. Arumi segera kembali ke ruangan administrasi di lantai dua. Ia ingin mengepak barang-barangnya untuk pindah ke lantai 47, lantai tertinggi di gedung ini yang merupakan ruangan kerja sang Presdir dan staff khususnya.
Sesampainya di ruang kerjanya, siapa sangka teman-temannya malah terlihat bersedih dan sudah membantunya mengepak barang-barang pribadinya atas perintah Pak Faden.
"Rumi, hiks... kita akan berpisah. Tolong jangan lupakan kami," ucap Dea yang tak bisa menahan tangisnya.
"Iya Dea, aku masih tetap ada di perusahaan ini, hanya saja kita tak satu ruangan lagi. Tolong jangan terlalu bersedih ya." Balas Arumi yang juga ikut larut dalam kesedihan teman-temannya.
Mereka berpelukan sejenak, lalu kembali membereskan barang-barang milik Arumi. Untungnya pekerjaan milik Arumi teleh selesai di kerjakan, hanya tinggal pekerjaan Lina yang sedang cuti belum ia tuntaskan sebagian.
Kehilangan teman kerja yang begitu baik dan tidak sombong sangatlah tidak mudah. Ya. Sosok Arumi adalah sosok teman yang sangat di sayangi dan dicintai oleh teman-temannya. Selain baik dan tidak sombong. Arumi sangat di kenal ringan tangan dalam membantu pekerjaan teman-temannya, jika dia telah menyelesaikan pekerjaannya tanpa diminta, ia akan membantu teman kerjanya yang sedang kerepotan.
Selesai merapikan barang-barangnya dan berpamitan pada Pak Faden, dengan membawa kardus dan tas pribadinya. Arumi pergi ke lantai 47. Teman-teman satu ruangannya mengantarnya hingga ke depan pintu lift.
Ting. [Lift berbunyi dan pintu lift pun terbuka].
Arumi menitikan air mata harunya melihat teman-temannya bersedih karena akan berpisah dengan arumi. Ia melambaikan tangan saat pintu lift akan tertutup.
"Bye Arumi, semoga pekerjaan mu lancar di sana." Pekik teman-teman kerja satu ruangannya yang berjumlah empat orang sembari membalas lambaian tangan Arumi dengan lambaian tangan serupa.
"Semangat Arumi, semangat!! Demi Ayah dan Ibu aku harus semangat!!" Ucap Arumi pada dirinya sendiri saat berada di dalam lift.
Ting [Pintu lift terbuka].
Untuk pertama kalinya Arumi menginjakkan kakinya di lantai 47 gedung ini. Lantai yang diisi oleh orang-orang hebat, menurutnya. Ia pun berjalan menuju ruangan yang ada di pojok kanan lantai tersebut. Ia mengetahui ruangan Presdir perusahaan setelah sebelumnya ia mendapat petunjuk ruangan Presdir dari Bu Lia, kepala HRD.
Ia melangkahkan kakinya dengan gemetar karena ia sungguh merasakan gugup saat ini. Menjadi sekertaris seorang Presdir bukanlah pekerjaan mudah baginya, pasalnya ia tak punya pengalaman untuk itu.
Kedatangannya yang melewati ruang coworking space, yang di tempati oleh staff khusus sang Presdir berhasil mencuri perhatian mereka. Arumi tersenyum ramah dan sedikit membungkukkan tubuhnya memberi hormat kepada mereka.
"Welcome to the hell, Pretty Girl." Pekik salah seorang dari mereka yang kemudian di sambut tawa dari yang lainnya.
"Apa, neraka dia bilang? Duh jangan sampai karir ku di perusahaan ini berakhir menjadi sekertarisnya." Gumam Arumi yang tersenyum kaku pada mereka yang menertawakan kedatangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Anonymous
l
2024-08-22
0
🦂⃟ᴍɪʟᷤᴀᷤʜᷫ ᶜᵘᵗᵉ ✹⃝⃝⃝s̊S
kog kaya mendadak ya cara naiknya jabatan,apa jangan" ada sesuatu
2023-06-26
1
ima
sudah lama ternyata kerjanya
2023-06-22
1