Arumi melanjutkan langkah kakinya menuju ruang Presdir, sampai di muka pintu ruangan Presdir. Arumi dihampiri seorang wanita cantik.
"Arumi ya?" Sapa wanita cantik itu dengan senyum ramahnya.
Arumi membalikkan tubuhnya ke arah wanita cantik yang menyapanya.
"Iya, saya Arumi." Jawab Arumi yang juga membalas senyum wanita cantik itu.
"Perkenalan nama saya Indri, sekertaris Pak Barra, Presdir kita." Ucap wanita cantik itu memperkenalkan diri dengan senyum yang tak luntur dari wajahnya.
Arumi terdiam sejenak, ia berpikir dalam lamunannya. "Bagaimana ini? Sudah ada sekertarisnya, kenapa aku diangkat juga kadi sekertarisnya? Apa dia mau punya sekertaris dua gitu?" Pikir Arumi dalam lamunannya.
"Hai Arumi, kenapa melamun? Pasti kamu berpikir sudah ada aku sebagai sekertarisnya dan kenapa kamu diangkat menjadi sekertarisnya juga ya kan?" Tebak Indri yang sebelumnya menyadarkan Arumi dari lamunannya.
Arumi tersenyum kaku ketika isi pikirannya mudah ditebak oleh Indri.
"Aku sudah mengundurkan diri, karena sedang mengandung. Aku baru bisa keluar jika sudah ada pengganti diriku, Arumi. Aku akan mengajari mu beberapa hal hingga kamu bisa aku lepas sendiri." Terang Indri pada Arumi sembari mengusap perutnya yang masih rata.
"Oh, begitu ya. Baiklah aku akan belajar lebih cepat supaya tidak merepotkan Kak Indri yang sedang hamil muda." Balas Arumi yang kemudian tersenyum ramah dan ikut mengusap perut datar Indri.
Indri tersenyum saat Arumi memanggilnya dengan sebutan Kakak dan ikut mengelus perutnya yang sudah berisi janin yang besarnya masih sebesar biji kacang hijau.
"Kalau begitu, letakkan dulu barang-barang mu di sini, sebelum kita masuk ke ruang Presdir." Ucap Indri yang meminta Arumi meletakkan barang-barangnya di meja kerja yang cukup panjang yang letaknya tepat di depan pintu ruang Presdir.
Setelah meletakkan barang-barangnya, Arumi dan Indri pun mengetuk pintu ruang kerja sang Presdir.
"Masuk!" Jawab Sang Presdir dari dalam ruangannya.
Indri pun membuka pintu ruangan tersebut dan masuk lebih dahulu.
"Pak Barra, saya datang bersama Arumi, sekertaris yang akan menggantikan saya." Ucap Indri yang membuat Barra menghentikan aktifitasnya.
Ia menatap Indri sejenak lalu menatap Arumi dari atas sampai bawah.
"Hemm... Not bad. It's ok." Sahutnya yang Arumi tak mengerti maksud dari ucapannya itu.
"Apa dia bilang Not bad. It's ok? Apa dia sedang menilai penampilan ku?" Gumam Arumi di dalam hatinya.
"Kamu bisa nyetir mobil?" Tanya Barra yang tengah menatap wajah Arumi.
"Tidak Pak." Jawab Arumi singkat.
Jelas saja Arumi tidak bisa menyetir mobil, punya pun tidak, ya mana bisa.
"Ok, kalau kamu gak bisa, sekarang kamu belajar mobil dulu. Saya beri waktu dua hari untuk kamu mempelajarinya dan buat surat izin mengemudi setelah itu. Indri panggilkan Toto untuk mengajarinya sekarang." Ucap Barra yang kemudian mengusir keduanya dengan gerakan tangannya.
"Kak Indri kenapa aku harus bisa menyetir, memangnya aku akan jadi supirnya juga?" Tanya Arumi yang terlihat bingung.
"Iya, Arumi. Makanya itu dalam kondisiku yang hamil muda seperti ini, aku tak akan bisa mengimbanginya." Jawab Indri yang kembali tersenyum manis dan penuh keramahan pada Arumi.
Akhirnya dua hari itu, diisi Arumi untuk belajar menyetir sebuah mobil, tepatnya sebuah mobil sedan mewah yang biasa di gunakan oleh Barra. Toto mengajarinya dengan penuh kesabaran. Ia mengajarkan fitur-fitur yang ada di mobil mewah tersebut. Ia juga yang membantunya mendapatkan sebuah surat izin mengemudi dari kantor kepolisian.
Hari keempat, Arumi baru kembali ke kantor dengan menunjukkan surat izin mengemudi yang ia miliki saat ini pada Barra.
"Bagus, sekarang ikut saya. Saya mau tahu bagaimana cara kamu membawa mobil." Ajak Barra yang beranjak dari kursi kebesarannya dan berjalan keluar ruangannya. Arumi mengikutinya langkah kaki Barra dari belakang.
"Pak, Bapak gak duduk di belakang saja?" Tanya Arumi pada Barra yang duduk di samping kursi pengemudi.
"Gak, kenapa?" Tanya Barra tanpa melihat wajah Arumi, dia sedang asyik bertukar chat dengan seseorang yang entah siapa itu.
"Saya gugup ada Bapak di samping saya." Jawab Arumi jujur.
"Anggap saja saya tidak ada." Sahut Barra cuek dan dingin tanpa melirik dirinya sedikit pun.
"Aish... mengesalkan sekali dia." Gerutu Arumi di dalam hatinya.
Dengan terpaksa dan berusaha melawan kegugupannya, Arumi menjalankan mobilnya tanpa tujuan.
"Pak kita mau kemana? Ini sudah sangat jauh dari perusahaan." Tanya Arumi yang sudah merasa melewati puluhan lampu merah, tapi tak ada tanggapan ataupun perintah untuk kembali ke perusahaan dari Barra.
Arumi pun melirik sejenak Barra yang duduk di sampingnya karena pertanyaannya tak disahuti oleh atasannya itu. Arumi menarik nafasnya berat ketika melihat Barra malah asyik tertidur.
"Hah, bagaimana ini dia malah tidur?" Tanya Arumi pada dirinya sendiri.
Arumi yang bingung akhirnya memutuskan untuk menghentikan kendaraan yang ia kemudikan di sebuah danau kota yang terlihat teduh, sambil menunggu Barra bangun dari tidurnya. Ia tak berani membangunkan Barra yang tertidur begitu nyenyak.
Cukup lama ia menunggu Barra bangun, dua jam bukanlah waktu yang sebentar. Arumi yang jenuh dan mulai merasa lapar pun membeli makanan yang di jual di sana. Ia memakan makanannya di depan mobil Barra, sembari menatap Barra yang masih tertidur di dalam mobil.
"Pulas sekali dia tidurnya, apa semalam dia tidak tidur hingga tertidur di dalam mobil selama ini?" Gumam Arumi yang sedang menyeruput es teh manisnya, setelah menghabiskan semangkuk bakso.
Dari matahari yang berada tepat di atas kepala hingga sang Senja datang, Barra tak juga bangun. Arumi mulai gelisah.
"Dia masih hidupkan ya? Kok gak bangun-bangun sih," tanya Arumi lagi pada dirinya sendiri.
Ia mengecek hembusan nafas Barra dengan mendekatkan jemarinya ke hidung mancung Barra dan kemudian memusatkan pandangannya ke arah bagian dada dan perut Barra.
"Owhhh... dia masih bernafas. Syukurlah." Ucap Arumi sembari mengelus dadanya. Hilang sudah kekhawatirannya.
Hingga sang senja menghilang dari peraduan Barra tak juga kunjung bangun. Akhirnya mau tidak mau Arumi terpaksa membangunkannya.
"Pak, bangun Pak. Ini sudah malam." Ucap Arumi yang mencoba menggoyangkan lengan Barra.
"Hemmm..." sahut Barra sembari merenggangkan kedua tangannya, kemudian mengerjabkan kedua matanya dan terperangah melihat langit yang sudah gelap dan lampu-lampu disekitarnya telah menyala.
Tuit! Barra menolehkan kepalanya ke arah Arumi yang tengah menatapnya. Ia kemudian melihat jam tangan mewah yang ia kenakan.
Pukul 19.00 malam. Ya. Saat ini sudah menunjukkan pukul 19.00 malam. Barra mengusap wajahnya kasar lalu tersenyum. Ia tak menyangka bisa tidur selama ini setelah sekian lama ia mengalami insomnia karena kekasihnya menggantungkan hubungan mereka.
Takjub. Ya, itulah perasaan yang kini Barra rasakan. Tidak salah dia menerima rekomendasi Faden untuk menjadikan Arumi sekertarisnya yang baru. Cara Arumi mengemudikan mobilnya dengan tenang, membuatnya matanya yang selalu terjaga akhirnya terpejam cukup lama dari biasanya.
"Arumi, antar saya pulang! Mulai hari ini bawalah mobil ini sebagai alat transportasi mu ke perusahaan saya." Perintah Barra pada Arumi yang terlihat sudah lelah. Namun ia tak perduli.
"Tapi Pak, gimana dengan motor saya yang masih ada di kantor?" Tanya Arumi yang masih mengkhawatirkan motor skuter matic tua pemberian sang Ayah, saat hari ulang tahunnya yang ke 17 tahun.
"Suruh orang kantor antar ke rumah mu." Jawab Barra dengan entengnya.
"Baik Pak, kalau begitu saya antar Bapak pulang, tolong beritahu saya alamat rumah bapak." Pinta Arumi dan Barra segera mengetik alamatnya pada layar monitor yang ada di dashboard mobil.
"Ikuti petunjuk arah map itu, saya mau tidur kembali. Besok kamu harus jemput saya dan lengkapi mobil ini dengan bantal dan selimut." Perintah Barra lagi yang kemudian kembali memejamkan matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Ꮶ͢ᮉ᳟◉ⳤıⷶяᷡѧͩϰͬѧͤ◉⒋ⷨ͢⚤𝐀⃝🥀🤍📴
ceritanya ini si boss mau pindah tempat tidur kah?? di mobil gitu 🙈
2023-06-26
0
🦂⃟ᴍɪʟᷤᴀᷤʜᷫ ᶜᵘᵗᵉ ✹⃝⃝⃝s̊S
imsonia karna hubungan digantung 😀😊pacaran/baju sih sebenarnya
2023-06-26
0
nyit nyit
GK sekalian spring bed nya pak
2023-06-13
0