Barra menghampiri Arumi yang menunduk dan menangis dalam diam. Di tolak menjadi calon menantu, diusir dan dihina membuat hatinya begitu sakit, apalagi sang kakak, Adnan yang mengetahuinya bukannya merangkul dirinya, tapi malah memarahinya dan menganggap dirinya sudah mencoreng wajah sang Kakak di depan banyak orang dan juga kedua mertuanya yang terpandang, padahal kedua mertuanya tidak ada dalam kejadian itu. Adnan melihat kejadian itu, karena rumah kekasih Arumi bersebelahan dengan rumah Adnan dan kedua mertuanya.
Hingga saat ini, semenjak kejadian itu Kak Adnan tak pernah menginjakkan kakinya di rumah kedua orang tuanya, jika ada Arumi di sana. Kadang jika kedua orang tuanya sudah merindukan anak laki-laki satu-satunya itu, Arumi memilih pergi dari rumah seharian suntuk, agar Adnan bisa datang bersama anak dan istrinya untuk mengunjungi kedua orang tuanya.
"Hei, kamu menangis?" Tanya Barra yang mengangkat dagu Arumi.
"Gak Pak, cuma kelilipan." Jawab Arumi berbohong. Namun bodohnya Barra yang langsung percaya begitu saja.
"Owhhh, kirain saya, kamu nangis. Cengeng juga kamu kalau nangis ya. Cuma ditanya begitu saja kok nangis. Saya tanya kamu sudah punya pacar atau belum, cuma ingin memastikan ada yang marah atau tidak, jika saya ingin menjadikan kamu teman curhat saya." Ucap Barra yang menyandarkan bokongnya pada meja kerjanya dan melipat kedua tangannya di depan dadanya.
"Gak ada yang marah, selagi bapak cuma curhat dan gak lebih." Balas Arumi yang mengusap air matanya.
"Emang kalau saya lebih dari curhat sama kamu, ada yang marah?" Tanya Barra lagi, seperti masih ingin mengulik masalah pribadi Arumi.
"Adalah Pak, masa gak ada." Jawab Arumi ketus. Ia paling tidak suka dengan pria yang sudah mulai bicara menyimpang apalagi merendahkan dirinya.
"Memangnya siapa yang marah? Pacar kamu? Emangnya kamu punya pacar? Saya rasa wanita seperti kamu itu tidak punya pacar, alias jomblo." Tanya Barra yang seakan meledek Arumi.
Bagi Barra, Arumi wanita yang terlalu lurus dan kaku. Dipikirannya hanya kerja dan kerja. Tidak seperti wanita lain pada umumnya, menikmati hidupnya dengan shopping, jalan-jalan dan mencari tambatan hati. Penampilan Arumi jika diperhatikan Barra masih terlihat modis namun terlihat terlalu sederhana, karena ia hanya memoles wajahnya setipis mungkin, seperti make up yang dipakai anak SMA saat pergi ke sekolah.
"Ada yang lebih berhak dari diri saya daripada seorang pacar Pak." Jawab Arumi dengan tatapan mata yang tajam menatap Barra.
"Siapa yang berhak atas diri kamu selain pacar kamu hum, pesek?" Tanya Barra yang malah menoel hidung pesek Arumi dengan jari telunjuknya.
"Tentu saja Ayah saya. Dia adalah cinta pertama di hidup saya. Cinta ayah saya laksana air yang mengalir tanpa henti dan tidak kering didera musim yang silih berganti." Jawab Arumi yang membuat Barra tertegun sesaat mendengar jawaban Arumi. Ia tatap dalam mata Arumi yang kuga tengah menatap dirinya.
"Arumi, mulai detik ini. Kamu resmi menjadi teman curhat saya. Saya ingin kamu selalu ada di samping saya, mengiringi setiap langkah saya. Baik tertatih atau pun berlari, jangan pernah jauh dari saya. Paham!" Ucap Barra tanpa sadar, ketika ia menatap dalam mata Arumi.
"Apa Bapak ada lagi yang ingin disampaikan pada saya? Jika tidak ada, ini kopian file yang Bapak minta dan saya mohon undur diri. Saya dan Kak Indri masih ada yang ingin dikerjakan." Balas Arumi yang seakan enggan menanggapi ucapan Barra yang ingin menjadikan teman curhat namun dengan kata-kata yang mengikat dirinya.
Barra terdiam mendengar respon Arumi yang terkesan menghindar baginya. Saat Arumi meninggalkan dirinya. Barra menarik tangan Arumi, hingga membuat Arumi berdiri tanpa jarak di depan Barra. Hampir saja ia jatuh ke dalam pelukkan Presdirnya itu. Arumi menahan dengan kedua tangannya agar mereka tak berpelukan. Namun kedua tangannya itu malah menyentuh kedua dada Barra.
Dug...dug..dug [Jantung keduanya bergemuruh bersamaan, gelenyar aneh pun kini mereka rasakan].
Arumi menatap wajah Barra dari dekat dan begitu pula dengan Barra, ia menatap wajah Arumi yang ia dapati keteduhan di dalamnya. Kemudian Barra menatap bibir Arumi yang seakan melambai-lambai dan mengundang bibirnya untuk mengecup bibir berwarna merah jambu yang di balut lipblam rasa stawberry milik Arumi.
Barra memajukan bibirnya, ia sungguh tak tahan melihat bibir Arumi yang menggodanya itu, namun saat jarak bibir mereka tinggal satu inci lagi, Arumi menundukkan wajahnya. Ia menghindari Barra yang ingin mengecup bibirnya.
"Maaf," ucap Arumi ketika menundukkan kepalanya yang membuat Barra tak berhasil mencium bibir ranum milik Arumi yang mungkin belum terjamah itu.
Cup! [Sebuah kecupan akhirnya mendarat di kening Arumi]. Mata Arumi membola mendapat kecupan di keningnya. Refleks Arumi memundurkan langkahnya. Ia tatap mata Barra yang masih terpejam. Ya. Barra sedang meresapi suatu rasa yang aneh di hatinya, saat sedekat ini dengan Arumi, apalagi bisa mengecup Arumi.
"Kenapa hati ku jadi setenang ini? Ada apa dengan ku? Ada apa di dalam dirimu Arumi, hingga membuatku bisa seperti ini?" Gumam Barra di hatinya, saat ia hanya berhasil mengecup kening Arumi. Barra membuka matanya dan kembali menatap wajah Arumi.
"Permisi," ucap Arumi yang pamit, ia melirik tangan kanan Barra yang masih memegangi tangannya.
Barra seakan berat ingin melepas tangan Arumi. Sungguh ia sudah cukup lama merindukan ketenangan seperti ini.
"Pak maaf, tolong lepaskan!" Pinta Arumi yang tak digubris Barra. Barra malah terus menatap dirinya.
Krekkk!! [Arumi menggigit tangan Barra yang tak mau melepaskan tangan Arumi meski ia sudah menghempas tangannya].
"Arghhhh... sakit! Apa kau lakukan Arumi?"
"Gigit tangan Bapak-lah." Jawab Arumi apa adanya tanpa rasa bersalah sedikitpun.
"Kenapa kamu gigit tangan saya? Sakit sekali ughh..."
"Karena Bapak.gak mau lepasin tangan saya. Maaf Pak saya ke sini mau bekerja bukan main tatap-tatapan sama Bapak." Jawab Arumi yang melenggang pergi meninggalkan Barra.
"Aitss... perempuan itu benar-benar kasar." Gerutu Barra sembari melihat lengannya yang sakit di gigit Arumi.
Waktu pun dengan cepat berlalu, setelah makan siang Arumi, Indri, Kevin dan juga Barra pastinya, bersiap untuk meeting bersama perusahaan Bolen. Mobil Barra masih ada di depan lobby perusahaan tanpa berpindah sedikit pun.
"Mana kuncinya?" Barra menengadahkan tangannya ke samping kanannya dimana Arumi tengah berdiri di sampingnya.
Arumi mengambil kunci mobil di dalam tasnya dan memberikannya pada Barra.
Barra membuka pintu dan masuk ke dalam mobilnya. Ia kali ini dialah yang mengemudikan mobilnya. Arumi berdiri mematung dan tak mengikuti langkah kakinya, begitupula dengan Indri. Sedangkan Kevin tengah ke parkiran mengambil mobil pribadinya.
"Naik Arumi, kamu ngapain masih berdiri di sana? Kamu mau jadi sekertaris saya atau security?" Perintah Barra dengan wajah menyebalkannya yang sudah membuka kaca jendela pintu mobilnya.
"Ahh... iya Pak," jawab Arumi dan Arumi pun mengajak Indri untuk ikut bersamanya. Indri tersenyum dan berjalan bersama Arumi mendekati mobil Barra. Namun baru berapa langkah kaki Arumi dan Indri mendekati mobil Barra. Barra sudah angkat bicara lagi.
"Indri naiklah bersama Kevin!" Perintah Barra yang meminta Indri naik mobil Kevin tidak naik mobil bersama dirinya.
Kembali wajah cantik Indri melemparkan senyuman manisnya pada Barra dan juga Arumi. Saat ia diminta naik mobil Kevin oleh Barra. Kata-kata Barra ini seakan melarang dirinya untuk naik mobil bersama Barra oleh Barra sendiri. Menurut Arumi penolakan ini rasanya begitu menusuk di hati, seharusnya dia tak perlu memberikan senyum manisnya pada Arumi maupun Barra si mulut pedas.
Sebelum duduk di dalam mobil, Arumi melipat selimut yang berantakan di dalam mobil terlebih dahulu. Ia meletakkan selimut dan bantal itu di kursi belakang. Kemudian duduk tenang di samping Barra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Ꮶ͢ᮉ᳟◉ⳤıⷶяᷡѧͩϰͬѧͤ◉⒋ⷨ͢⚤𝐀⃝🥀🤍📴
ini pak barra cari teman curhat apa teman hidup yaa 🙈 kok harus menemani di saat suka dan duka pak??
2023-06-26
0
🦂⃟ᴍɪʟᷤᴀᷤʜᷫ ᶜᵘᵗᵉ ✹⃝⃝⃝s̊S
mulai kelihatan maunya ini bos 😀😊😁
2023-06-26
0
🍒⃞⃟🦅🥑⃟uyulᵂᴬᴸᴵᴰ𝐕⃝⃟🏴☠️
tngkh Barra aneh² ja
2023-06-09
0