Happy Reading 🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡
Zion masih makan dengan lahap. Dia sangat alapar. Setidaknya jika dia amti setelah ini dia mati dalam keadaan kenyang.
“Kau terlihat sangat lapar?” ucap lelaki yang berada didepannya sambil menelan saliva susah payah melihat cara Zion makan. Gadis itu seperti tersesat dihutan saja.
“Benar Tuan. Aku sangat lapar. Aku bahkan belum makan sebelum di tangkap,” jelasnya dengan mulut yang penuh makanan sehingga membuatnya tampak imut dan menggemaskan.
Lelaki itu menatap Zion dengan kasihan. Sebenarnya kasihan sekali gadis ini. Dia tidak tahu apa-apa masalah Ayahnya tapi dia harus menanggung akibat karena kesalahan sang Ayah.
“Minumlah,” lelaki itu menyerahkan gelas berisi air pada Zion
Lelaki itu sedikit bingung saat Zoalva memintanya memberi gadis ini makan. Padahal niatnya menawan gadis ini adalah untuk menyiksa gadis ini yang dianggap sebagai penebus hutang nyawa. Tapi sekarang malah dirawat seperti hewaan peliharaan.
“Terima kasih Tuan. Kau baik sekali. Setidaknya sebelum aku mati, aku sudah kenyang,” dia mengelus perutnya yang terasa kekenyangan sambil menyenderkan punggungnya di tembok jeruji besi itu.
“Siapa namamu?” lelaki itu kembai menyimpan piring dan gelas keatas nampan yang dia bawa tadi.
“Zion, Tuan,” sahutnya sambil menjabat tangan lelaki itu. “Katanya kalau tak kenal maka tak sayang. Kalau sudah kenal jangan lupa kasih uang biar tidak ditendang. Ada uang Abang disayang. Tidak ada uang Abang disayang,” lalu dia ngakak sendiri untuk menghibur perasaannya yang sebenarnya sekarang sedang merasakan takut yang teramat sangat, dimana seperti ajal yang siap menjemputnya.
Lelaki itu malah tersenyum. Sebenarnya dia kasihan pada gadis ini. Semoga Zoalva memberikan hukuman yang ringan kepada Zion, sebab gadis ini sama sekali tak bersalah.
“John,” senyumnya
“Aku panggil Kak John saja, bagaimana?” seru Zion
John mengangguk senang. “Panggil saja yang mana menurutmu lebih baik,” sahut John. “Ya sudah aku keluar dulu. Apa kau tidak takut padanya?” sambil menunjuk ular sanca yang tampak tertidur nyenyak setelah makan.
Zion menatap ular itu lalu dia menggeleng. “Tidak. Selama dia tidak mencabik-cabik tubuhku. Aku sama sekali tidak takut,” sahutnya sambil tersenyum.
John cukup kagum dengan keberanian Zion. Dia saja ketakutan bukan main pada ular itu. Apalagi jika John yang dikurung didekat kandang San mungkin dia akan mati berdiri.
John mengangguk. “Aku keluar dulu,” ucapnya sambil berdiri.
“Terima kasih Kak makanannya,”
John mengangguk. Dia heran sendiri melihat Zion yang tampak tersenyum manis. Tak ada ketakutan sama sekali diwajah gadis itu padahal sekarang dia sedang berada diujung kematian.
John keluar dari jeruji besi Zion. Tak lupa lelaki itu kembali memasang gembok meski dia tahu jika Zion tidak mungkin kabur. Mau kabur kemana, semua dijaga dengan ketat oleh anak buah Zoalva.
“Dari mana saja kau?” tanya Zoalva sambil melepaskan jasnya. Dia baru saja selesai mengirim organ-organ manusia sesuai pesanan para reseller. “Kau memberi gadis itu makan?” tatap Zoalva dingin dan terlihat tak suka.
“Ehem, jangan lupa Tuan. Kau yang menyuruhku memberinya makan,” John memutar bola matanya malas.
Zoalva tak menanggapi, lelaki itu malah duduk sambil menyalakan rokok ditangannya.
“Apakah dia ketakutan?” sambil menghembuskan asap rokok itu keatas hingga membentuk gumpalan
“Tidak sama sekali,” jawab John meletakkan nampan tadi. “Dia malah terlihat betah disamping San,” jelasnya
Kening Zoalva berkerut heran lalu dia melihat kearah John. “Maksdumu?” tanyanya tak mengerti. Bagaimana bisa gadis itu tidak takut?
“Ya seperti yang aku katakana tadi, bahwa dia tidak takut sama sekali,” jawab John. “Apa kau sungguh ingin membunuhnya?” tanya John menyelidik. Sayang sekali jika gadis seperti Zion harus dilenyapkan
Zoalva menatap John dengan penuh selidik. Dia jadi curiga pada sahabatnya itu. tak pernah John peduli pada orang lain. Meski John bukan pembunuh berdarah kejam seperti dirinya tapi John salah satu orang yang membunuh tanpa belas kasihan.
“Kau menyukainya?” tanya Zoalva menyelidik.
John tertawa lebar. Dia tahu jika Zoalva curiga pada ucapannya tadi. Hem, jika dibilang menyukai itu normal karena Zion cantik namun selebihnya, John tak merasakan itu karena Zion masih terlalu muda dibawahnya.
“Hem, wajar jika aku menyukainya. Dia sangat cantik dan muda. Dan satu jangan lupakan bahwa dia pemberani. Aku rasa hanya dia satu-satunya orang yang tidak takut pada San,” jelas John sambil terkekeh
Zoalva menatap sahabatnya tajam. “Dia tawananku. Jangan berani-berani menganggunya,” tegas Zoalva. Entah kenapa dia tidak suka, saat John mengatakan menyukai Zion. Pokonya Zoalva tidak suka. Dia tidak tahu, apa alasannya yang jelas dia tidak rela
John bergidik ngeri. Namun sesaat lelaki itu tersenyum menggoda. “Kau menyukainya?” sambil menaik turunkan alisnya.
Zion adalah satu-satunya tangkapan Zoalva yang tidak di eksekusi habis setelah berhasil ditangkap.
“Jangan berpikir yang aneh-aneh,” sergah Zoalva yang tidak terima dengan ucapan John.
“Ehem, baiklah. Jadi aku bisa bebas mendekatinya bukan?” senyumnya.
Zoalva langsung mencengkram kerah baju John. “Aku sudah memberimu peringatan. Jika berani sekali saja mendekatinya, maka jangan salahkan aku. Jika aku menjadikan kepalamu, sebagai santapan lezat untuk San,”
“Eitsss santai bro. Aku hanya bercanda,” John tersenyum sambill menampilkan rentetan gigi putihnya.
Zoalva melepaskan cengkraman tangannya di kerah baju John.
"Tuan, semuanya sudah siap," lapor Robin masuk kedalam ruangan Zoalva.
Zoalva mengangguk dan berdiri dari duduknya tanpa peduli pada John yang menatapnya dengan aneh.
"Kau mau ikut?" tawar Zoalva melepaskan dasinya. Dia menggulung kemeja itu sampai siku nya.
"Kemana?" tanya John. Dia trauma mengikuti kegiatan aneh Zoalva yang membuatnya ketakutan bukan main.
"Pelabuhan," jawab Zoalva.
"Apakah kau ingin mengambil obat itu?" tanya John geleng-geleng kepala.
Zoalva tak menjawab lelaki itu malah sibuk menyimpan beberapa senjata kecil dibeberapa bagian saku celana dan bajunya sebagai jaga-jaga. Jika ada lawan yang menyerangnya tiba-tiba tanpa persiapan.
"Aku tidak ikut. Aku mau istirahat saja," ujar John kembali merebahkan tubuhnya di sofa.
"Hem," Zoalva menatap John curiga. "Jangan berani menemuinya tanpa izinku. Aku memiliki mata dimana-mana. Jika kau ketahui menemui nya, maka besok San akan makan besar," ancamnya.
John lagi-lagi bergidik ngeri. Zoalva benar-benar jelmaan iblis. Kejam dan tak memiliki perasaan apapun, bahkan mungkin Zoalva tak memiliki cinta dan kasihan dihatinya yang ada hanya kebencian dan dendam.
"Ya. Ya. Baiklah. Aku akan menunggumu disini, sampai kau pulang," ketus John kesal.
"Ehem, bagus kalau paham," ujar Zoalva.
Zoalva keluar dari ruangannya. Dia akan mengambil beberapa obat yang dia pesan dari wilayah selatan. Obat-obatan terlarang itu akan dia gunakan sebagai salah satu acuan penyerangan nya.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
stela
mana visual zoalva
2023-05-08
1