Message Man

Happy Reading 🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Zoalva turun dari mobil. Kedatangan nya seolah membuat Atmosfer langsung berubah suhu diatas rata-rata tiga puluh derajat Celcius.

Tatapan matanya tajam seperti pedang bermata dua yang siap menebus indra penglihatan manusia. Tak ada yang berani dekat atau sekedar mengenal. Bahkan setiap orang yang melihat wajah menyeramkan nya merasa sangat ketakutan.

Zoalva masuk kedalam gedung pencakar langit milik nya. Gedung yang dia bangun sejak kehilangan kedua orang tua nya. Gedung yang terbangun sebagai bukti bahwa dia pernah berjuang dari bawah.

"Selamat pagi Tuan," sapa para karyawan berbaris rapi sambil membungkuk hormat.

Dia tak merespon apapun. Dia melangkah lebar melewati para karyawan yang membungkuk hormat padanya.

Zoalva masuk kedalam lift dan diikuti oleh Robin yang meneteng tas kerjanya.

"Robin, berikan data laporan akhir bulan padaku," tintahnya.

"Baik Tuan," Robin membungkuk hormat.

Ting

Pintu lift terbuka. Segera kedua orang itu keluar dari dalam lift. Zoalva segera masuk kedalam ruangan nya. Dia jarang masuk perusahaan, biasanya masalah perusahaan di handle oleh Robin. Waktu Zoalva dia habiskan di markas untuk merakit-rakit senjata ilegal miliknya.

"Permisi Tuan, ini laporan yang anda minta," Robin meletakkan dokumen diatas meja Zoalva.

Zoalva menjawab dengan anggukan. Dia langsung membuka laporan itu dan membaca nya dengan teliti.

"Apa kau sudah memeriksa nya Robin?" Tanpa melihat sang asisten dan masih membolak-balik kertas laporan.

"Ehem, sudah Tuan," jawab Robin sedikit gugup.

"Lalu?" Dia masih membolak-balik kertas itu.

"Saya menemukan beberapa laporan yang tidak sesuai dengan pengeluaran keuangan, Tuan," jawab Robin. "Saya sudah memeriksa nya beberapa kali, seperti nya ada orang yang menyeludupkan dana perusahaan," jelas Robin. "Saya sudah melingkari bagian-bagian yang tidak sesuai dengan data yang ada di komputer saya, Tuan," sambungnya.

"Panggil manager keuangan dan manager pemasaran," tintah Zoalva sambil meletakkan kembali dokumen ditangannya.

"Baik Tuan,"

Zoalva menyenderkan punggungnya. Dia tampak tersenyum sinis sambil menggelengkan kepalanya.

"Ternyata masih ada orang yang berani bermain-main denganku. Baiklah, akan kutunjukkan kematian yang sesungguhnya," ucapnya. "Seperti nya aku mendapatkan tangkapan baru. Lumayan untuk menu nanti malam," serunya sambil tertawa mengelagar dan terdengar menyeramkan.

"Permisi Tuan," Robin datang dengan dua lelaki paruh baya yang mengekor di belakang nya.

"Ehem," Zoalva hanya berdehem lalu menatap kedua lelaki paruh baya itu. Wajah keduanya tampak pucat. Keringat dingin mengucur didahi dan mereka hanya menunduk ketakutan.

Zoalva menatap smirk kedua lelaki didepannya. Tampak sekali jika keduanya ketakutan saat Zoalva menatapnya dengan tajam.

"M-maaf Tu-an. Ada apa an-da memanggil kami kesini?" tanya manager keuangan tampak gugup.

"Ehem," Zoalva berdehem tetap dengan senyuman santainya.

"Laporan keuangan yang aku terima selisih sekitar 500.000$, apa kau tahu masalahnya dimana?" tanya Zoalva menatap pria paruh baya itu.

"Ma-maaf Tuan saya tidak tahu. Saya tidak menemukan data yang selisih dilaporan saya," jawabnya berusaha tetap terlihat tenang meski sebenarnya jantung terasa mau berpindah tempat.

"Ohh begitu yaaa," ujar Zoalva masih terlihat santai. "Kau, apa kau tahu jika ada selisih jauh antara pendapatan dilaporanmu dengan laporan keuangan yang dia buat?" Zoalva menatap pria yang satu nya.

"Maaf Tuan. Saya sudah memeriksanya dan tidak ada data yang selisih," jawab lelaki yang satu nya. Sama halnya dia juga gugup bukan main.

"Right," Zoalva bertepuk tangan. "Ehem, kalian ternyata tidak berbohong. Hanya saja tidak mengatakan yang sebenarnya. Begitu," ledek Zoalva.

"Robin,"

"Baik Tuan," Robin langsung memasang borgol ditangan kedua lelaki paruh baya itu.

"Bawa mereka ke markas," tintahnya.

"Baik Tuan," sahut Robin

"Cari keluarga nya. Hancurkan. Jangan biarkan tersisa satu pun," tintah Zoalva penuh penekanan.

"Ayo," Zoalva dan beberapa pria berbaju hitam menarik kedua pria paruh baya itu dengan paksa.

"Tuan, tolong ampuni kami Tuan. Ampuni kami Tuan," teriak salah satunya.

Zoalva menulikan telinganya. Dia sama sekali tak peduli dengan jeritan dan raungan orang-orang yang suka sekali bermain-main dengannya. Tak ada ampun. Tak ada kesempatan untuk memperbaiki diri. Siapapun itu dan siapa saja jika berani mencari masalah dengannya. Artinya siap menghadapi kematian secara tak layak.

Zoalva menyalakan rokoknya. Dia menghisap benda yang menghasilkan asap itu lalu menyemburkan asap diatas hingga membentuk gumpalan.

Orang-orang selalu berani mencari masalah dengannya. Padahal dia sudah mengingatkan agar tidak bermain-main dengan dirinya karena dia tidak suka dipermainkan. Tapi karena masih banyak orang yang suka melihat dirinya membuang darah ya sudah Zoalva tak keberatan sama sekali.

"Haiii Sayang," John masuk kedalam ruangan sahabat nya itu. "Kau tampak kesal, kenapa?" godanya

Zoalva tak menanggapi dia malah asyik menyesap rokok ditangannya.

"Seperti nya kau belum tahu John jika ada yang tidak beres dengan perusahaan?" Zoalva menatap John tajam

John cenggesan. "Sebenarnya aku sudah tahu tapi aku ingin kau tahu sendiri," jawab John sambil tersenyum tanpa dosa.

Zoalva kembali menyesap rokok yang terselip disela-sela jarinya.

"Ehem, ruanganmu sangat mewah dan besar juga yaaaa?" s eru John sambil duduk di sofa. "Kapan aku kaya seperti mu?" Dia terkekeh membayangkan dirinya menjadi orang kaya.

John adalah sahabat baik Zoalva. Keduanya saling berkerja sama dalam dunia hitam. Namun John tidak suka membunuh, dia hanya memberi pelajaran dan menyiksa lalu membiarkan orang itu mati perlahan.

"Bagaimana peluncuran senjata terbaru mu?" John melihat Zoalva yang tampak menikmati sesapan ditangannya.

"Lancar," jawabnya.

"Ehem, aku rasa akan ada yang mengagalkannya," ujar John sambil menghela nafas panjang.

"Aku tahu dan aku takkan membiarkan nya," jawab Zoalva lagi.

Zoalva mematikan rokok ditangannya. Dia menekan-nekan batang rokok itu didalam asbak hingga patah dan api nya mati.

"Bagaimana dengan barang yang aku pesan?" Zoalva duduk di sofa menyusul John. Keduanya memang sahabat baik meski sering berdebat.

"Sedang dalam perjalanan. Tapi yaaa semoga saja tidak diketahui oleh kepolisian. Aku mengirimnya lewat kapal karena jalur air lebih susah terdeteksi," John merebahkan punggung nya.

"Ehem, semoga saja. Aku membutuhkan barang itu segera," desah Zoalva

John mendelik. Meski dia pengedar tapi dia bukan pemakai. Walau dia mafia kejam tapi dia masih berpikir normal apalagi Ibu nya selalu mengorek nya setiap hari. Orangtua John tidak tahu apa yang dikerjakan oleh anak nya. Yang mereka tahu, John menjalankan bisnis bersama Zoalva.

"Sampai kapan kau akan berhenti menggunakan barang itu?" John menatap sahabatnya serius. "Efek sampingnya, kau tahu sendiri?" ujarnya.

"Aku tidak tahu. Aku tidak bisa berhenti. Aku butuh itu agar aku bisa membunuh setiap hari. Aku tidak bisa jika tidak membunuh. Aku merasa rugi jika sehari saja tidak melihat darah," kelakar Zoalva.

"Cihh, kau benar-benar manusia pesanan dari neraka. Kurasa hanya dirimu yang memiliki hobby membunuh," sindir John bergidik ngeri mendengar penjelasan Zoalva.

"Ehem, kau benar. Seperti nya aku memang di pesan khusus dari neraka," celetuk Zoalva sambil tertawa lebar. "Apa kau tidak takut jika kujadikan salah satu penghuni nya?" goda Zoalva.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Issey Miyake

Issey Miyake

ZOALVA cihhh² apaann tu nama..
gini ya, kita itu klu cari nma ,cari yg keren, unik tp ngak trbeban baca nma nya dong....

2023-05-12

2

lovely

lovely

Jhon cowok gemulai ya 😇
smoga ada visualnya bule ganteng

2023-04-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!