Merenungi nasib

Happy Reading 🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡

Zoalva masuk kedalam mobilnya. Disusul oleh Robin.

"Bagaimana masalah organ itu?" tanyanya sambil menyesap rokoknya dan duduk dengan tenang.

"Dibagian wilayah barat sedang membutuhkan banyak Tuan," jawab Robin.

"Apa perlu kita memancing agar terjadi peperangan?" ucapnya lebih tepatnya meminta pendapat.

"Apa tidak beresiko dengan senjata yang sekarang akan kita pasarkan Tuan? Saya takut, para munsuh malah membobol senjata kita," jelas Robin.

"Ehem kau benar. Kita langsung ke laboratorium," tintah Zoalva menghembuskan asap rokoknya.

Penjualan sudah dilakukan ilegal oleh Zoalva, di tengah larangan komersialisasi organ dan keharusan kejelasan identitas donor, pencangkokan jadi lebih rumit. Kerumitan dimulai dari soal dokumen identitas donor, kecocokan donor, hingga penyimpanan organ (jika butuh disimpan terlebih dahulu). Pengerjaannya harus oleh tim dokter dan rumah sakit berfasilitas memadai. Risiko kesehatannya besar dan biayanya pun besar—skala ratusan juta hingga miliaran dollar.

Dengan biaya sebesar itu tentu penerima organ tidak mau sembarangan menerima organ donor. Agar penerima organ bertahan hidup, donor diseleksi ketat. Harus diketahui profil dan kesehatannya, mulai dari usia, ukuran tubuh, screening (virus, jamur dan bakteri), golongan darah, reaksi antigen, hingga antibodi. Si penerima juga dipertimbangkan usia, jenis sakit, dan komplikasi lain yang diderita. Kesamaan golongan darah saja tidak menjamin kesesuaian dan tingkat kesuksesan. Masih ada faktor kekebalan tubuh, yaitu reaksi tubuh terhadap benda asing. Ini dilihat dari reaksi antigen dan antibodi.

Antigen merupakan zat yang dapat merangsang respons kekebalan. Antigen pada organ yang dicangkokkan akan memberikan peringatan kepada tubuh penerima bahwa organ itu merupakan benda asing dan terjadi serangan (penolakan). Jika tidak cocok, perlu usaha lebih besar dan sulit untuk menentralkan. Human leukocyte antigens (HLA) merupakan antigen yang ikut menentukan peluang keberhasilan pencangkokan. Saudara kembar identik mempunyai HLA sama. Hubungan persaudaraan kandung berpeluang mempunyai kemiripan HLA lebih besar. Oleh karena itu, keluarga biasanya lebih cocok sebagai donor. Sekalipun HLA mirip, sistem kekebalan penerima organ masih harus dikendalikan agar tidak terjadi penolakan.

Transplantasi jantung dan paru-paru, misalnya, harus segera dilakukan setelah organ diambil karena waktu simpannya pendek. Oleh karena itu, umumnya donor dari korban kecelakaan atau yang mati batang otak (brain dead).

Sebagian besar penjualan organ manusia itu menurut survei data yang Zoalva miliki dibagian wilayah barat dan wilayah Utara. Disana penjualannya sangat pesat.

Sebelum menjual organ-organ itu, Zoalva terlebih dahulu melakukan penelitian. Apakahnofgan tersebut layak dicangkokkan kepada yang membutuhkan atau organ itu sudah mati dalam artian tidak bisa lagi di cangkokkan.

Tak hanya menjual organ manusia saja. Zoalva juga memperdagangkan manusia-manusia yang mengkhianati nya kepada para kolongmerat untuk dijadikan budak mereka. Keuntungan yang Zoalva dapatkan berlipat-lipat. Apalagi dia bisa menjual wanita perawan, dia bisa mendapatkan keuntungan yang begitu besar.

Zoalva turun dari mobil. Dia memiliki laboratorium khusus untuk menyimpan organ-organ itu sebelum dipasarkan.

"Selamat datang Tuan Muda," sapa Keith, dokter yang berkerja sama dengan Zoalva.

"Bagaimana Keith?" Zoalva langsung masuk kedalam laboratorium miliknya.

"Organ-organ ini sudah bisa dipasarkan Tuan," jawab Keith. "Ada beberapa yang sudah saya lakukan uji coba," lapornya.

Zoalva mengangguk. Lelaki itu menatap berbagai macam organ manusia yang sengaja disimpan didalam kaca khusus yang memiliki suhu yang telah diatur oleh Keith.

Ada jantung, ginjal, hati, mata dan organ-organ manusia yang lainnya juga ada disana.

Lelaki itu tersenyum sinis. Dia menyukai pekerjaan ini. Sangat. Hatinya puas jika sudah membunuh. Sangat puas malah. Dia ingin menunjukkan pada semua orang betapa asyiknya membunuh orang-orang yang telah mengkhianati dirinya.

.

.

.

Zion terduduk didalam jeruji besi menyeramkan itu. Ikatan tali ditangannya sudah dilepaskan oleh Robin, karena dia tidak akan bisa kabur. Mau kabur bagaimana, jeruji ini dibangun sangat tinggi. Mau lompat juga sama dengan bunuh diri.

Serrrrrrrrrrrr

Serrrrrrrrrrrr

Zion bergidik ngeri saat ular itu menatapnya dengan lapar. Sial nya lagi ruangan mereka transparan dan hanya dibatasi oleh besi-besi tinggi yang memiliki ketahanan hingga puluhan tahun.

"Jangan menakuti ku," ketus nya. "Cobalah makan aku. Kalau kau bisa?" tantang nya

Serrrrrrrrrrrr

Serrrrrrrrrrrr

Ular itu semakin berdesir hebat dengan suara nyaring. Bukannya takut, Zion malah menguap beberapa kali.

"Aisshhh, kenapa perutku lapar?" dia mengusap perut nya yang memang terasa lapar. Belum makan dari semalam.

Tempat Zion dikurung tidak apa-apa selain tanah polos sebagai lantainya. Gadis itu duduk seloyoran ditanah seperti anak kecil. Dia celinguk-celingguk seperti mencari seseorang.

"Kalau begini caranya aku bisa mati kelaparan," keluhnya menghela nafas panjang. "Kak, sebentar lagi kita akan bertemu. Aku merindukan mu Kak," ucapnya menatap langit-langit atas.

Serrrrrrrrrrrr

Serrrrrrrrrrrr

Zion bahkan tak peduli dengan desiran keras dari ular yang berada disampingnya itu. Dia sudah pasrah. Kalau pun ular itu mau melahap tubuhnya, silahkan Zion sudah tak peduli. Bukankah hidupnya memang tak berarti bagi siapapun? Jadi untuk apa dia bertahan hidup.

Gadis itu melamun sambil merenungi nasibnya. Terlahir tanpa seorang Ibu. Kelahiran nya pun tak diinginkan oleh sang Ayah. Bahkan dia dibenci dan siksa setiap hari dan dianggap sebagai anak pembawa sial yang menyebabkan Ibu dan Kakak nya meninggal akibat kesialan dirinya.

"Kenapa aku dilahirkan?" lirihnya. "Kapan aku bahagia? Terlepas dari jeratan Ayah. Sekarang aku malah menjadi tawanan dari pria menyebalkan dan mengerikan," dia menghembuskan nafasnya kasar.

"Permisi Nona,"

Zion terkejut saat seseorang memanggil namanya. Sontak gadis itu menoleh kearah seorang pria tampan yang tengah membawa nampan ditangannya.

"Ehhhh Tuan," serunya sumringah.

Pria itu membuka gembok jeruji besi Zion. Segera dia masuk dan membawa nampan diatas tangannya.

"Pasti kau lapar?" ujar lelaki tampan itu.

Zion mengangguk dengan cepat. Dia memang lapar.

"Makanlah," lelaki itu meletakkan nampan berisi makanan dan segelas air putih didepan Zion. Dia berjongkok agar menyamakan tingginya dengan Zion yang tengah duduk.

"Tuan, apakah ini cara agar aku mati tanpa rasa sakit?" tanya Zion mengambil makanan itu.

Lelaki itu malah terkekeh. "Ehem, jika kau mau. Silahkan," ujarnya.

"Baiklah karena aku sudah bosan hidup. Aku makan saja yaaaa. Lebih baik mati kekenyangan dari pada mati kelaparan," serunya

Zion melahap makanan itu dengan cepat dan tampak tak sabar. Dia sangat lapar dan bahkan perut nya terasa sudah tak berisi akibat rasa lapar yang mendera nya.

Gadis itu makan tanpa peduli dengan tatapan dari pria yang ada didepannya. Yang dia pikirkan sekarang adalah perutnya yang terisi. Meski mungkin setelah makan dia akan langsung mati. Ehhh Zion tidak peduli, bukankah mati lebih baik dari pada hidup tanpa tujuan seperti ini?

**Bersambung.... **

Terpopuler

Comments

stela

stela

zoalva ku tunggu cintamu😅😅😅

2023-05-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!