Tertangkap

Happy Reading 🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡

BRAKKKKKKKKKKKKKK

Zoalva memukul kuat meja yang terbuat dari kayu jati itu. Untung saja terbuat dari kayu dengan kualitas bagus sehingga tidak pecah. Kalau saja terbuang dari kayu biasa kemungkinan meja itu akan pecah.

"Brengsekkkk," sentak nya.

"Jadi gadis itu adalah putri dari Juanse?" ujarnya mengepalkan tangannya kuat.

"Iya Tuan," jawab Robin.

"Bawa gadis itu ke hadapanku. Cari kemana pun dia pergi. Jangan biarkan dia lepas dari genggaman ku," tintah Zoalva.

"Baik Tuan," Robin melenggang keluar dari ruangan Zoalva.

Mata Zoalva memerah menahan amarah. Orang yang dia cari selama ini ternyata ada dihadapannya.

"Juanse, lihat saja nanti aku akan menemukanmu. Aku akan menghancurkan putrimu. Aku akan, membuat neraka yang tidak akan bisa dia lupakan," Zoalva tersenyum devil.

Lelaki itu mengambil sebotol wine lalu duduk dengan tenang sambil menyalakan api rokok ditangannya. Wine adalah salah satu minuman yang mampu membuat pikiran nya kembali tenang. Rokok juga salah satu cara untuk dia mengalihkan pembicaraan nya.

"Tak kusangka gadis kecil itu adalah putri dari Juanse. Ehem, dia datang menyerahkan diri tanpa aku harus bersusah-susah menangkapnya," ujarnya tersenyum smirk.

"Lihat saja gadis kecil. Jika Ayah mu tak bisa kutangkap maka kau harus menggantikan posisi nya. Kepala mu akan aku penggal dan akan aku jadikan santapan San," ujarnya. "Ehem, dagingmu pasti lezat. Ehem, andai saja kau bukan anak dari lelaki itu mungkin aku akan berbaik hati dengan menjual mu pada pria hidung belang,"

Zoalva sudah lama mencari keberadaan Juanse, bukan dia tidak tahu dimana keberadaan pria paruh baya itu hanya saja dia bukan tipikal orang yang gegabah dalam mengambil keputusan. Dia menunggu waktu yang tepat untuk menghancurkan kehidupan Juanse, seperti saat ini dia akan balaskan dendam nya pada lelaki paruh baya itu.

Dan sekarang tiba saatnya dia membalaskan semua perasaan sakit yang dia rasakan karena kehilangan yang teramat sangat sampai membuat jiwanya seolah hendak melayang dan ikut pergi.

"Dad. Mom. Sebentar lagi aku akan membalaskan dendam kalian. Tenanglah disana. Aku berjanji akan membuat dia merasakan apa yang kalian rasakan. Aku akan membunuh pria itu dengan tanganku sendiri dan aku akan menghabisi anaknya dengan mengeluarkan isi perut nya dan memangang dagingnya lalu aku berikan sebagai santapan makan malam San," ujarnya.

Zoalva melirik figura yang terletak diatas mejanya. Foto kedua orang tua nya, foto yang telah usang karena dimakan waktu. Foto itu, menatapnya lama-lama adalah cara terbaik bagi Zoalva untuk melepaskan segala kerinduan yang menghantam dadanya.

Dibalik wajah dingin datar dan sanggarnya lelaki itu adalah pria lemah yang penuh kepahitan. Kehidupan nya datar dan terasa mati. Tidak ada warna didalam dunianya yang ada hanya hitam dan abu-abu. Dunianya hampa dan sunyi sejak kepergian kedua orang tua nya.

Zoalva masih ingat bagaimana sang Ayah membela nya ketika dirinya dibenci oleh sang Paman yang dianggap sebagai penyebab kematian dari Kakek tercinta. Sang Ayah membela nya sampai putus hubungan persaudaraan dengan saudara kembarnya sendiri. Begitu juga dengan sang Ibu yang tulis menyanyanginya. Bahkan saat seluruh dunia membencinya sang Ibu masih tetap menyayangi dan mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.

Namun lihatlah sekarang, dirinya sendirian dan kesepian. Tidak ada saudara tempatnya mengadu keluh kesah. Dia tak hanya yatim piatu tapi juga sebatang kara hidup didunia yang fana ini.

"Hiks hiks hiks," lelaki itu menangis didalam keheningan malam, ruangan nya seolah menjadi saksi bisu betapa rapuh nya dia.

Nyatanya perasaan sakitnya tidak lah bisa ditutupi oleh wajahnya yang sanggar DNA menyeramkan itu. Disisi lain saat sendirian dia selalu menangis untuk melampiaskan emosi dan kemarahan nya.

Sebab itulah Zoalva takkan membiarkan orang itu hidup dengan tenang. Perasaan sakit dan kehilangan nya harus terbalaskan. Dia akan melakukan apa saja untuk membalaskan kematian kedua orang tuanya. Tak peduli siapa yang berkorban dan harus dikorankan. Selama perasaan nya tenang saat balas dendam dia tak masalah jika bertaruh nyawa agar hatinya bisa merasa puas.

.

.

.

.

Zion tampak memberontak saat tangan dan kakinya diikat sementara mulutnya di sumpal dengan lakban.

"Umphhhhhhh,"

"Umphhhhhhh,"

"Umphhhhhhh,"

Dia sekuat tenaga berharap tali ditangannya bisa lepas. Namun sekuat apapun dia memberontak sama sekali tak melonggarkan ikatan tali itu.

Zion terkejut saat bangun mendapati dirinya yang sudah dalam keadaan seperti ini. Entah siapa yang membawanya kesini? Seingatnya dia tertidur dibawah pohon berbantalkan tasnya dan beralaskan tanah dan rumput, namun saat bangun dia malah berada ditempat ini. Selelap itu dia tertidur sehingga tidak sadar.

'Tuhan tolong aku. Ini dimana? Aku takut sekali kenapa tempat ini sangat menyeramkan? Siapa yang membawaku kesini?' gadis itu sudah menangis ketakutan apalagi melihat ruangan yang gelap dengan lampu remang-remang. Tempatnya bau amis dan busuk seperti bangkai manusia.

Zion benar-benar ketakutan. Tempat ini mengingatkannya pada masa lalu yang ingin sekali dia lupakan. Saat dia dan Kakak nya tertangkap hingga akhirnya sang kakak malah meninggalkan dia untuk selamanya saat ingin menyelamatkan nya.

'Kak, aku takut sekali. Tolong aku Kak. Tempat ini sama seperti tempat yang membuat aku kehilangan Kakak. Aku takut Kak. hiks hiks hiks,' gadis itu hanya bisa bermonolog dalam hati sambil menangis dengan hebat.

Niat hati ingin kabur dan keluar dari jeratan sang Ayah. Tapi siapa sangka dia malah terjebak dalam situasi seperti ini. Jika bisa memilih Zion lebih baik di siksa oleh Ayahnya dari pada berada ditempat ini. Tempat ini menyeramkan, menjijikan dan bau nya luar biasa.

Tak tak tak tak tak tak

Derap langkah kaki dari sepatu pantofel yang mungkin harganya bisa mencapai ratusan juta itu terdengar menggema mendekati ruangan tempat Zion disekap.

Gadis itu pasrah, jika ini akhir hidupnya dia siap menghadapi kematian. Bukankah, kematian jauh lebih baik dari pada bertahan dalam keadaan seperti ini. Zion juga sudah bosan dengan hidupnya yang selalu menderita sejak dulu.

Cekreeeeeeeeeekkkkk

Pintu ruangan tempat Zion disekap terbuka lebar. Lalu masuk dua orang laki-laki memakai jas hitam lengkap dan rapi.

Zion mengangkat pandangan nya, berapa dia terkejut saat melihat lelaki yang dia temui kemarin berada disini.

Zion menatap lelaki itu dengan tanda tanya namun air mata tak bisa berhenti mengalir seolah menandakan dia takut pada lelaki itu.

"Apa kau masih mengingatku gadis kecil, hem?" lelaki itu berjongkok agar menyamakan tingginya dengan gadis yang tengah melihat nya dengan ketakutan.

"Masih ingat bukan?" dia tersenyum smirk. "Akulah yang menyelamatkan mu kemarin. Apa kau masih ingat?" Dia menyeka air mata gadis itu.

**Bersambung... **

Terpopuler

Comments

Ruk Mini

Ruk Mini

apess ndo..ndo..

2023-10-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!