Happy Reading 🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡
Zoalva tersenyum penuh kemenangan saat melihat para anak buahnya mengangkut ratusan mayat manusia itu. Dipastikan setelah ini dia akan panen besar lagi.
Lelaki itu mengambil koper yang diberikan oleh Reagan tadi. Dia membawa koper itu masuk kedalam kedalam jet pribadi nya.
Zoalva kembali meneliti barang pesanan nya.
"Ehem, pandai sekali dia beracting. Untung aku peka," ucapnya. "Tapi bagaimana bisa dia membuat barang serupa tanpa terlihat jika ini palsu," gumamnya.
Aku harus melakukan penelitian. Siapa tahu barang-barang ini bisa menjadi sumber keuntungan bagiku.
Zoalva menutup kembali koper itu dan menyimpannya disamping tempat dia duduk. Rasanya hari ini puas sekali. Dimana dia bisa membunuh manusia sebanyak itu dan menjadikan manusia itu sebagai ladang uangnya.
Zoalva sama sekali tak menyesal membunuh manusia-manusia berdosa itu, sebelum Tuhan melenyapkan mereka dari muka bumi. Maka Zoalva adalah orang pertama yang melenyapkan manusia-manusia tak berguna itu.
Bagi Zoalva membunuh adalah salah satu cara dia mengekspresikan diri terhadap rangsangan hasrat nya yang menggebu. Membunuh adalah salah satu cara bagaimana dia memuaskan batinnya setelah melihat orang-orang yang mengkhianati nya terkapar tak bernyawa.
Lelaki itu masuk kedalam markas. Langkah nya tampak tenang. Wajahnya sudah biasa seperti itu, selalu datar tanpa ekspresi apapun. Kemana putih yang dia kenakan bersimbah dengan darah akibat cipratan darah yang mengenai baju nya.
"Bawa dia," tintah Robin
"Baik Tuan,"
Assisten Reagan itu ditarik dengan paksa untuk masuk kedalam markas. Kondisinya sudah mengenaskan, tubuh luka-luka, dan darah keluar dari kepala akibat pukulan dari anak buah Zoalva.
Zoalva duduk dikursi tempat eksekusi, dia duduk dengan tenang sambil menyesap rokok ditangannya. Didepannya asisten Reagan diikat dengan berlutut ditanah.
"Bawa gadis itu kesini," tintah Zoalva.
"Baik Tuan,"
Robin menatap Zoalva menggeleng. Apa Zoalva akan mengeksekusi Zion juga bersama tangkapan barunya. Atau Zion akan tetap di lemparkan kedalam kandang San.
.
.
.
.
Zion mengeliat, tidurnya seperti terusik karena panggilan beberapa lelaki itu padanya.
"Sebenarnya ini jam berapa sihh?" Zion melirik arloji ditangannya. Jam menunjukkan pukul tiga dini hari.
"Cepat Nona," ucap seorang pria berbadan kekar dan besar sambil menarik tangan Zion agar segera berdiri.
"Ck, sabar kali Paman. Aku mengumpulkan nyawaku dulu," gerutu gadis itu kembali menarik tangan nya. "Jangan tarik-tarik, aku bisa jalan sendiri," ucap nya kesal.
Rambut Zion masih berantakan, dan disudut bibirnya terdapat darah yang sudah mengering akibat tamparan Zoalva kemarin, sampai sekarang masih terasa perih. Namun mau mengeluh juga percuma, siapa yang akan menolongnya? Yang ada lelaki itu akan semakin menyiksa dirinya nanti. Nikmati saja, sampai ajal menjemput dan lelah dengan sendiri nya.
Zion berdiri dari duduknya. Tangannya kembali di borgol. Gadis itu mendengus kesal, dia masih mengantuk. Entah apa lagi yang akan ditunjukkan pria itu padanya? Kenapa dia tidak dibunuh saja sekalian, biar lepas penderitaan nya.
Zion berjalan dengan wajah ditekuk kesal. Meski kondisi nya mengenaskan tapi gadis itu masih terlihat santai-santai saja.
Zoalva tersenyum smirk menyambut kedatangan Zion. Ya, Zoalva akui gadis ini sangat cantik dan terlihat masih muda. Jika dibandingkan dengan nya, usia mereka memang terlihat terpaut jauh sekali.
"Apa kabarmu gadis kecil?" tanya Zoalva menyambut kedatangan Zion. Dia tak sabar menunjukkan sebuah aksi yang akan Zion ingat sampai nanti.
"Seperti yang kau lihat Tuan, aku baik-baik saja. Hanya saja bisakah tempatku itu diberi alas atau apalah begitu. Kulit ku gatal-gatal berbaring ditanah," jawab Zion. Para anak buah Zoalva tercengang mendengar jawaban gadis itu termasuk Robin.
Sedangkan Zoalva menatap Zion tajam. "Kau memerintahku?" Hardiknya. Kenapa jika bersama Zion dia selalu tak bisa mengontrol emosi nya.
Zion memutar bola matanya malas. "Ck, bagian mana dari ucapanku yang memerintah Tuan? Aku hanya meminta bukan memerintah, kau itu bagaimana sih? Makanya kalau orang bicara itu didengar baik-baik, dasar tua," celetuk Zion.
Zoalva langsung mencengkram dagu gadis itu dengan kuat dan kasar. Hingga membuat Zion meringgis kesakitan. Lelaki yang ada didepannya ini benar-benar jelmaan iblis.
"Apa katamu? Aku tua?" tatapnya tajam.
Zion mengangguk dengan polos namun sesaat kemudian dia menggeleng saat menyadari jawabannya.
Zoalva tersenyum mengejek. "Seperti nya rugi jika aku membunuhmu cepat. Bagaimana jika aku membunuhmu perlahan? Kau ingin mati dengan cara apa?" ucapnya sambil melepaskan dagu gadis itu.
Lagi-lagi Zion meringgis. Luar biasa sekali kekuatan lelaki itu, dagunya terasa perih dan pasti sedikit luka.
"Cepat katakan kau ingin mati secara apa?" bentak Zoalva menarik rambut Zion dari belakang.
"Awwwww," untuk kalo ini Zion meringis. "Lepaskan Tuan," dia memberontak.
Namun sekuat apapun, Zion memberontak takkan mampu mengalahkan tubuh Zoalva yang kekar dan kuat itu.
"Kau bertanya aku ingin mati secara apa?" air mata Zion mengalir, sedangkan tangan Zoalva masih menarik rambutnya dari belakang. "Aku ingin mati tanpa rasa sakit Tuan. Aku ingin mati dengan tenang. Aku, aku lelah menahan sakit ini. Bisakah Tuan wujudkan keinginan ku ini?" pinta Zion. Inilah titik paling rapuh dalam dirinya, dirinya disakiti secara batin mau pun fisik.
Zoalva termangu melihat tatapan menyedihkan dari mata Zion. Tatapan kerapuhan. Tatapan tak berdaya. Baru kali ini dia melihat gadis itu seperti pasrah pada hidupnya. Padahal gadis ini sangat berani dan bahkan berani membantah ucapannya tapi kini kenapa malah terlihat pasrah dan tak berdaya
"Baiklah. Sebentar lagi aku akan mengambulkan permintaan mu," Zoalva melepaskan cengkraman tangannya. Entah kenapa tangannya malah terulur mengusap pipi basah Zion.
"Suruh dia berdiri disitu. Dia harus lihat bagaimana kematian yang sesungguhnya itu," tintah Zoalva.
John masuk kedalam ruang pemeriksaan. Lelaki itu terkejut melihat Zion juga berada didalam sana. Dalam hatinya panik, apakah benar Zoalva akan menghabisi Zion saat ini juga?
"Zo," John berjalan masuk.
"Ehem, kenapa?" tanya Zoalva sambil mengelus belati ditangannya
"Kau akan membunuhnya? Bukankah katamu kau akan melemparnya ke kandang San dan biarkan San saja yang menghabisi nya?" cecar John panik
John menatap Zion kasihan. Gadis itu menangis, tapi sepertinya bukan tangisan ketakutan entah tangis apa yang pasti dia menunduk dengan badan bergetar hebat.
Zoalva menatap John tajam. Dari nada suara lelaki itu terdengar bahwa dia memiliki sesuatu pada gadis kecil yang sebentar lagi akan dia eksekusi itu.
"Bukan urusanmu, dia milikku. Aku berhak menentukan kematiannya," jawab Zoalva dingin. Tangan Zoalva terkepal kuat dan hatinya mulai panas. Kenapa dia marah saat melihat tatapan tak biasa John pada Zion.
Zion mengangkat pandangan nya, dan tatapan mereka bertiga bertemu seketika. Tatapan Zion seperti sudah pasrah pada kematian, bahkan gadis itu sama sekali tak memberontak saat dirinya disuruh berdiri didepan sebuah tungku perapian yang memiliki kawah dengan ukuran besar. Entahlah, apakah dirinya akan dimasak didalam kawah besar itu, dia sudah pasrah. Toh hidup pun tak ada artinya lagi.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
stela
zoalva hari kamu tu terbuat dari apa sih gak punya perasaan kasiang Thu anak orang🙈🙈🙈
2023-05-08
0
Erni saputry
lanjut thor, lgi seru nih 🙏🙏🙏
2023-04-12
0