Berubah

Happy Reading 🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡

Zion menunduk dengan bulir keringat yang membasahi dahinya. Netra matanya mulai menganak dan air mata mengucur dengan deras. Baru saja dia melihat adengan penyiksaan didepan matanya, adengan yang mungkin takkan dia lupakan sampai kapanpun.

Kepala orang yang dipenggal itu menggelinding mengenai kakinya. Dia berteriak histeris ketakutan. Seluruh tubuhnya terasa ngilu seperti dipotong-potong menjadi beberapa bagian.

Zoalva berjalan pelan kearah Zion yang menunduk sambil menangis. Zoalva tersenyum puas melihat betapa ketakutan nya gadis ini.

"Heiiiiiiii," Zoalva mengangkat dagu gadis itu. "Kenapa kau menangis?" Dia menyeka air mata Zion. "Apakah kau takut?" tanyanya dengan senyuman meledek.

zion tak menjawab. Air mata yang berjatuhan di pipi cantiknya menandakan jika dia tidak hanya takut tapi juga sudah memasrahkan diri pada kematian.

"Tenanglah," ucapnya. "Aku takkan membunuhmu seperti tadi. Tapi aku akan membunuhmu dengan cara perlahan," ujarnya mengelus pipi mulus Zion. "Hem, ternyata kau cantik juga jika dilihat-lihat," serunya sambil berbisik dan mengigit telinga gadis itu. Zion memejamkan matanya sambil menahan takut. "Apakah kau mau kubuat mendesah dibawahku?"

Zoalva melepaskan tangannya dari wajah Zion. Dia menatap Zion dari ujung kaki sampai ujung rambut. Tidak buruk, masih muda dan cantik. Tapi sayang Zoalva sama sekali tak tertarik. Ya, mungkin dia akan menjadikan Zion sebagai budak cintanya.

"Robin," panggilnya

"Iya Tuan?" Robin mendekat dan selalu siap melaksanakan perintah tuan-nya ini.

"Panggilkan perias, dan cari kan gaun pesta yang cantik untuknya, pastikan tidak terbuka," titah Zoalva.

"Baik Tuan," sahut Robin membungkuk hormat dan langsung melaksanakan perintah Zoalva.

Zoalva melepaskan ikatan tali ditangan Zion. Dia akan membawa gadis ini ke pesta. Barang kali bisa dilelang dan dijadikan uang.

"Mandilah, bersihkan dirimu," ucapnya dingin.

Zion mengangguk sambil menyeka air matanya. Dia berjalan mengikuti Zoalva. Saat ini, dia tidak bisa apa-apa lagi bahkan untuk melawan pun dia sudah tak sanggup. Perasaan takut itu merasuki jiwa nya dengan hebat. Entahlah, mungkin setelah ini dia bisa saja trauma dan ketakutan.

Zoalva membuka pintu sebuah kamar. "Mandilah, nanti akan datang perias untuk mendandani mu," ucapnya.

Zion masih mengangguk. Gadis itu seakan bisu dan tak mampu mengeluarkan suara apapun. Mungkin kejadian tadi masih terpatri di kepalanya.

Zion masuk kedalam kamar lalu duduk dibibir ranjang sambil memejamkan mata dan menarik nafas sangat dalam. Tangannya terulur menekan-nekan dadanya, saat jantung itu masih berdetak dengan cepat.

"Mungkin setelah ini kematian akan menjemput ku perlahan. Aku hanya ingin minta satu hal, aku ingin bertemu kembali dengan Ayah untuk mengucapkan salam perpisahan," ucapnya pada diri sendiri.

Zion melepaskan pakaian yang melekat ditubuhnya dengan pelan. Beberapa bekas cambukan terlihat dipunggung gadis itu. Itu adalah siksaan yang dia terima setiap hari dari Ayahnya.

Dia berjalan menuju kamar mandi tanpa sehelai benangpun ditubuhnya. Tangannya melipat tubuhnya.

Gadis itu menangis dibawah guyuran air shower sambil merenungi nasib nya yang begitu malang. Terlepas dari jeratan sang Ayah, kini dia malah masuk dalam penjara seorang Mafia. Yang membuat nya terjerat dan tidak gadis kemana-mana.

Gadis yang biasanya menampilkan senyum ceria nya, kini tampak rapuh dengan tatapan kosong.

Setelah selesai mandi, gadis itu segera keluar lalu menatap pantulan dirinya didepan cermin rias. Beberapa bagian tubuhnya terlihat memar dan perih. Lukanya sangat jarang diobati.

"Awwwwww," Zion meringgis kesakitan. "Ck, kenapa sakit sekali?" gerutunya.

Cekreeeeeeeeeekkkkk

Zoalva masuk kedalam kamar Zion. Dia terdiam ditempatnya memperhatikan punggung Zion yang merah bekas cambukan. Dia tidak pernah menyakiti gadis itu dengan sadis tapi kenapa ada bekas cambukan dipunggung nya?

"Tuan," Zion sontak berbalik. Gadis itu mengambil selimut menutupi tubuhnya.

Zoalva menghampiri Zion. Tatapan matanya menghunus kearah mata Zion. Tatapan yang sulit diartikan.

"Siapa yang melakukan nya?" tanya dingin

Zion menggeleng. "Bukan siapa-siapa," kilah Zion. Apakah perlu dia menceritakan betapa sulitnya dia hidup pada Zoalva? Toh lelaki itu tetap takkan melepaskan dia.

"Apa perlu aku cari tahu lalu aku lenyapkan orang yang sudah melakukan nya?" ucapnya menatap bola mata Zion.

Zion langsung tersendak. Apa maksud laki-laki ini? Memangnya apa urusannya jika Zion terluka? Bukankah Zoalva akan tetap menyakiti gadis itu.

"Apa maksud mu?" Zion mengeratkan selimut itu ditubuh nya. Sialnya dia belum memakai pakaian karena dia sendiri tidak tahu mau pakai baju apa.

Zoalva mendekat lalu menarik selimut gadis itu hingga Zion hanya tampil dengan memakai handuk sebatas dada.

"Tuan," Zion terkejut sambil melindungi dadanya.

Zoalva menyeringai licik. Tangannya menarik pinggang Zion hingga menempel didadanya.

Zion terkejut. "Tuan," tangannya menahan dada Zoalva.

"Kenapa? Kau takut?" Zoalva menyelipkan anak rambut Zion yang basah setelah keramas.

Lelaki itu menghirup aroma dari sabun yang Zion pakai. Harum. Wangi. Menyeruak didalam indra penciuman nya. Sehingga membuat nya betah dan ingin berlama-lama untuk memeluk gadis ini.

Namun segera Zoalva sadar, tidak. Dia tidak akan mudah untuk jatuh cinta pada wanita. Apalagi gadis kecil itu.

Segera Zoalva melepaskan tangannya dari pinggang Zion.

"Pakai pakaian mu," suruhnya sambil meleparkan gaun ke wajah Zion.

Zion menyambar gaun itu lalu mengangguk sambil menunduk. Wajah nya sudah merah merona membayangkan lelaki itu membelai dirinya. Dengan cepat Zion menepis perasaan tak mungkin itu. Jangan sampai dia terbawa perasaan sendiri karena sikap Zoalva. Pria itu adalah jelmaan iblis yang tak pantas dikagumi ketampanannya.

Zion memakai baju yang diberikan Zoalva. Gaun itu pas sekali membungkus tubuh rampingnya.

"Pas sekali gaun ini ditubuhku," gumamnya sambil memperbaiki gaun nya yang sedikit bergeser.

Tidak lama kemudian datang seorang pria yang gemulai. Tak lupa gaya genit nya saat masuk kedalam kamar Zion.

"Hai cantik, silahkan duduk I akan membuat you menjadi cantik," serunya sambil membuka tas besar berisi peralatan make up miliknya.

Zion mengangguk. Sejak kejadian mengerikan tadi, dia lebih banyak diam. Lebih tepatnya dia masih syok dan trauma. Sehingga bibirnya bungkam mengeluarkan suara.

Wanita jadi-jadian itu segera merias wajah Zion.

"Wahh you cantik sekali baby," puji nya. "Tak heran kalau Tuan Tampan itu menyukai you," ujarnya sambil merapikan rambut Zion.

Zion membalas dengan anggukan tanpa sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya.

"Nahhh sekarang sudah selesai," ucap wanita jadi-jadian itu sambil menyimpan alat-alat make up nya.

"Terima kasih Paman," ucap Zion sambil berdiri.

"Eittsss don't call me Paman. Panggil I Tante," sambil tangannya mencolek dagu Zion. "You cantik sekali," dia gemes sendiri melihat kecantikan diwajah Zion setelah dirias oleh nya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Ruk Mini

Ruk Mini

Alhamdulillah... naga2 ye ade bunga2 bermekaran 😘😘😘

2023-10-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!