Happy Reading 🌺🌺🌺🌺 🌺🌺🌺🌺🌺🌺
"Apa salah ku Ayah?" tangis gadis itu menatap Ayah nya dengan deraian air mata
"Salahmu, adalah karena kau sudah dilahirkan didunia ini," tatap lelaki paruh baya itu pada putri nya dengan tajam dan penuh kebencian.
Gadis itu menangis segugukan. Apakah salahnya dilahirkan didunia ini? Dia juga tak ingin dilahirkan jika kelahiran nya harus mengorbankan nyawa seseorang.
Lelaki paruh baya itu keluar dari kamar putrinya dan membanting pintu kamar dengan kuat. Setiap hari Ayah dan anak itu selalu bertengkar. Selalu membahas hal yang sama.
Zion, gadis berusia 18 tahun. Dia masih duduk dibangku kuliah semester 5. Hidupnya tak pernah benar-benar bahagia. Sang Ibu meninggal saat dirinya lahir dan kematian sang Ibu justru menjadi bumerang tersendiri untuknya. Dimana sang Ayah justru membencinya dan mengatakan jika kematian sang Ibu adalah penyebab dirinya yang dilahirkan.
"Hiks hiks hiks hiks," tangis gadis itu pecah.
Tidak ada seorang anak yang mau dilahirkan jika kelahiran nya malah membuat orang lain harus kehilangan nyawanya.
Gadis itu berdiri dari duduknya. Dia menyeka air matanya dengan kasar.
"Aku harus kuat," dia bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah ini dia harus ke kampus untuk menyelesaikan beberapa mata kuliah nya yang tertinggal minggu kemarin.
Zion bersiap-siap untuk berangkat ke kampus. Setiap pagi dia dan Ayah nya memang selalu berdebat dan bertengkar dengan masalah yang sama.
Gadis itu masuk kedalam mobil dan kemana pun dia pergi harus dipantau oleh orang-orang suruhan sang Ayah. Dirinya tak bisa bebas seperti remaja pada umumnya.
"Kenapa Paman?" tanya Zion heran saat mobil yang dia tumpangi tiba-tiba berhenti.
"Maaf Nona. Seperti nya, mobil kita mogok," jelas sang supir.
"Kenapa bisa Paman? Saya buru-buru," Zion mendengus kesal. Gadis itu melirik arloji yang melingkar ditangannya. "Pas lampu merah lagi," gerutu nya.
"Maaf Nona. Tadi saya lupa cek. Saya telpon Basrul dulu untuk mengantar anda ke kampus,"
"Tidak perlu Paman, aku naik taksi saja," Zion membuka pintu mobil, ini adalah kesempatan nya untuk lepas dari jeratan sang Ayah.
"Tapi Nona. Nanti Tuan marah," ucap sang supir.
"Tidak apa-apa. Aku bisa hadapi, Paman," Zion turun dari mobil tanpa menunggu jawaban dari supir taksi itu.
"Tapi Non_"
Zion melenggang pergi. Dia tidak akan menyia-nyiakan kebebasan nya kali ini. Untuk hari ini dia ingin menikmati udara segar tanpa harus memikirkan sang Ayah.
"Nona, tunggu," sang supir keluar dari mobil. Jika sampai anak majikannya itu kabur, bisa-bisa dirinya yang digantung.
Namun Zion malah berjalan dengan cepat sambil sesekali menoleh ke belakang. Dia mencari taksi, namun sial nya di tengah kemacetan lampu merah tidak ada satu taksi pun.
"Nona, tunggu," sang supir mengejar dan bahkan dia mengajak teman-teman nya yang bertugas mengawasi Zion.
"Ahhh mati aku,"
Tanpa sadar gadis itu membuka salah satu mobil mewah dan masuk kedalam mobil itu dengan cepat. Seperti nya keuntungan sedang berpihak padanya, karena saat dia masuk lampu berubah menjadi hijau dan mobil mewah itu pun melaju dengan kecepatan tinggi.
"Ahhh syukurlah," Zion mengusap dadanya sambil menghela nafas panjang.
"Huffhhhhhhh," gadis itu bersender sambil menarik nafasnya dalam. "Ohh astaga," Zion berjingkrak kaget saat melihat tatapan tajam dari pria yang duduk disampingnya.
"Maaf Nona, anda siapa?" tanya pria yang duduk dibangku kemudi. Sedangkan pria yang duduk disampingnya malah menatap Zion dengan tajam.
"Hehhe, maaf Tuan. Apakah boleh saya menumpang?" pinta Zion.
"Ohhh ***_"
"Robin, berhenti," perintah sang tuan.
"Baik Tuan," mobil itu langsung berhenti.
"Lho kenapa berhenti Tuan?" tanya Zion heran.
"Keluar," suruh sang pria itu tanpa melihat Zion.
"Tapi Tuan_"
"Keluar," bentaknya menatap gadis itu tajam
"Nona, keluarlah," sambung Robin, dia kasihan melihat Zion yang dibentak oleh Zoalva.
Zion menggeleng. "Tuan, tolong saya kali ini saja. Saya sedang kabur, saya tidak mau pulang. Ayah saya, ahhh iya Ayah saya...." Gadis itu tak mampu melanjutkan kata-kata nya. "Pokoknya Ayah saya itu......," dia menyeka air matanya yang tidak jatuh sama sekali. "Laki-laki," sambungnya langsung ngakak. Robin tersenyum simpul.
Sedangkan Zoalva malah menatap gadis itu dengan tatapan membunuhnya. Dia tidak kenal siapa gadis ini dan dia tidak mau mengenal siapa gadis ini.
"Keluar....." perintah Zoalva tegas.
Zion malah menggeleng. "Tuan, tolonglah kali ini saja," gadis itu sampai menangkup kedua tangannya didada. "Ya Tuhan," Zion melirik kearah belakang dan melihat beberapa mobil hitam mengikuti nya.
"Tuan, saya mohon. Tolong saya. Saya mohon, Tuan," pinta Zion.
Zoalva juga melihat beberapa mobil hitam yang mengikuti mereka. Lelaki itu tampak marah sekali. Dangan cepat dia meronggoh saku celananya dan mengeluarkan pistol kecil.
"Robin,"
"Baik Tuan,"
Dor dor dor dor dor dor dor
Dor dor dor dor dor dor dor
Suara pistol saling menggema dan bersahutan. Zion segera bersembunyi dibalik kursi mobil dan menutup kedua telinganya ketakutan. Kejadian ini mengingatkan nya pada kematian sang Kakak beberapa tahun lalu yang sedang melindungi dirinya dari kejaran munsuh sang Ayah.
Dor dor dor dor dor dor dor
Dor dor dor dor dor dor dor
Zoalva menembak ban mobil yang mengikuti nya. Begitu juga dengan Robin yang ikut menembak dan tangannya yang satu sibuk menyetir.
BRUKKKKKKKKKKKKKK
BRAKKKKKKKKKKKKKK
Mobil di belakang mereka saling menabrak dan terpental. Ada yang guling-guling diasal dan ada juga yang menabrak pohon serta jatuh ke jurang.
Zion menutup telinganya sambil memejamkan matanya dan menangis ketakutan. Dia sungguh takut sekali mendengar suara pistol itu, namun bagaimana pun dia menutup telinganya suara itu tetap tak bisa hilang dari bayangan nya.
Zoalva menyimpan kembali belatuk nya. Dia tampak tenang seolah tak terjadi sesuatu. Dia juga sama sekali tak melirik Zion.
"Nona, anda baik-baik saja?" tanya Robin.
Zion langsung tersadar. Gadis itu mengangkat pandangan nya dengan pipi yang basah karena ketakutan. Dia menatap Zoalva dengan kecemasan yang luar biasa. Siapa sebenarnya lelaki ini?
"Saya tidak apa-apa Tuan," gadis itu masih tersenyum sambil menyeka air matanya. Dia kembali duduk disamping Zoalva dan melirik kearah belakang. "Tuan di mana mobil-mobil yang mengikuti kita tadi?" tanya Zion penasaran, tak tampak satu mobil pun yang mengikuti mereka.
Tak ada sahutan baik dari Zoalva atau pun Robin. Kedua lelaki itu hanya menampilkan wajah datarnya. Sedangkan Zion langsung kikuk, dia setengah bergeser karena takut dekat-dekat dengan Zoalva yang wajah nya sangat menyeramkan itu.
Tubuh Zion bergetar menahan takut. Sebenarnya dia bukanlah gadis penakut tapi mendengar suara peluru membuat ingatan nya seolah kembali pada kejadian dua tahun yang lalu.
**Bersambung....**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
stela
takut dekat ni ceritanya 🤪🤪🤪🤪
2023-05-07
0