Mencari

Happy Reading 🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡

"Lin, Zion kemana sudah beberapa hari dia tidak masuk kampus?" tanya Chole sahabat Zion.

"Aku juga tidak tahu Chole," Lina menghela nafas panjang. "Zion tidak bisa dihubungi," sambungnya sambil mengotak-atik ponsel nya dari tadi ia sibuk menghubungi sahabatnya itu.

"Apa perlu kita kerumah nya saja?" saran Chole

Lina menggeleng. "Tidak bisa Chole. Kau tahu bukan, Ayah nya Zion tidak akan mengizinkan kita. Selama ini juga kita tidak pernah ke rumah nya," jelas Lina.

"Lalu apa yang harus kita lakukan Lin? Aku khawatir sekali. Zion tidak biasa hilang tanpa kabar seperti ini," ucap Chole menarik nafas dalam. Ia duduk dengan tak tenang.

"Entahlah Chole, aku juga tidak tahu," sahut Lina.

Kedua gadis itu sama-sama terdiam sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Chole dan Lina adalah sahabat baik Zion di kampus. Hanya di kampus saja mereka berteman dengan Zion. Zion tidak diperbolehkan keluar kecuali kuliah. Jadi kadang mereka bertiga menghabiskan waktu di kampus bersama-sama sambil mengerjakan tugas kuliah.

"Aku takut Zion di sakiti Ayah nya lagi," ucap Chole.

Chole dan Lina, juga tahu betapa pahit nya kehidupan Zion. Mereka berdua selalu mendengarkan keluhan Zion setiap hari. Tubuhnya yang dicambuk-cambuk hingga meninggalkan bekas kemerahan yang banyak dibagian punggungnya. Ia yang tak boleh kemana-mana selain kampus. Zion terkurung dalam dunia nya, ia tak bisa bergaul dengan orang luar kecil Chole dan Lina. Zion adalah gadis ceria dan periang sehingga bagaimana pun siksaan itu dia alami, ia akan tetap tersenyum menghadapi nya.

.

.

.

"Ayo kita ke pelabuhan," ajak Remnick melangkah keluar.

"Apa ada kabar baru?" tanya Norton. Sementara Darwin mendengus kesal. Karena ia sedang asyik bermain dengan para wanita bayaran nya.

"Seperti nya penyusup. Dugaan ku akan akan menyerang kita. Tuan Zoalva harus tahu," sahut Remnick.

"Ck, kenapa harus memberitahu nya? Kita bisa hadapi," kata Darwin jenggah mendengar nama Zoalva.

"Kau lupa, dia Boss kita," sergah Norton. "Ayolah Darwin jangan bertingkah. Sikapil keras mu ini bisa membuat kita kehilangan nyawa. Jangan egois, pikirkan kami berdua," kelit Norton. Darwin ini memang sifatnya egois, kadang dia hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa mau tahu perasaan orang lain.

Darwin mencebik kesal. Meski menggerutu, ia tetap mengikuti Remnick dan Norton menuju pelabuhan.

"Cepat hubungi Robin untuk bersiap-siap," suruh Norton.

"Ck, kenapa tidak kau saja," protes Darwin

"Win, ini tugas mu. Kau ini bagaimana sih?" ujar Norton yang terpancing emosi. "Cepat hubungi," desak nya

"Iya. Iya," dengan wajah kesal Darwin mengambil ponselnya untuk menghubungi Robin.

"Sudah," ujarnya setelah mematikan sambungan telpon nya.

"Nort, menurut mu siapa yang sedang bermain-main dengan Tuan?" tanya Remnick meminta pendapat sahabat nya itu.

"Entahlah, tapi perasaanku mengatakan ini ada hubungannya dengan gadis yang dibawa Tuan," jawab Norton dengan tangan kanan nya yang sibuk menyetir.

Darwin mendelik. "Apa hubungan nya dengan gadis ku?" sambung Darwin. Nada bicaranya seperti tak suka.

Norton dan Remnick kompak melihat kearah Darwin yang duduk sendirian dibangku penumpang. Keduanya memilih tak menjawab dari pada ikut kegilaan Darwin.

'Ck, lihat saja nanti. Gadis itu akan jadi milikku. Aku tak peduli jika harus bertaruh nyawa,' batin Darwin.

Darwin adalah Cassanova kelas kakap yang sering menghabiskan malam-malam nya bersama para wanita bayaran. Ia menderita hiperseksual yang berlebihan. Hingga tak cukup hanya dengan satu wanita. Tak kala wanita-wanita yang ia sewa sebagai pemuas hasrat nya kewalahan menyeimbangi permainan lelaki itu. Ia seperti memiliki seribu kekuatan untuk menghunjami tubuh lawan main nya.

Berbeda dengan Norton dan Remnick yang memiliki kepribadian monoton. Mereka memang sering bermain wanita tapi tidak sering dan tidak kecanduan seperti Darwin. Jika kelelahan dalam bekerja atau butuh asupan baru lah kedua nya meniduri wanita bayaran.

Sampai dipelabuhan ketiga nya turun. Disana para anak buah sudah menunggu.

Pelabuhan besar ini milik Zoalva yang ia buat beberapa tahun silam. Pelabuhan ini menjadi gudang asset kekayaan nya. Pelabuhan serba bisa ini di gunakan untuk mengirimkan barang-barang yang ia impor ke luar negeri.

"Selamat datang Tuan,"

Ketiga nya masuk kedalam kapal lalu memeriksa barang-barang yang akan dikirim.

"Apakah semua nya diperiksa?"

"Susah Tuan," jawab salah satu nya.

"Win, lihat ini," ujar Norton.

"Apa?" Darwin sebenarnya masih malas untuk mengurus senjata-senjata itu. Tidak kah bisa dia istirahat sehari saja?

"Periksa, kau yang lebih paham," ucap Norton.

Darwin mengangguk. Ia menguasai semua senjata api. Ia juga ditugaskan sebagai salah satu peneliti ketiga senjata itu di produksi.

"Ehem, peluru nya mengandung racun. Aku tak bisa bayangkan, seberapa mengerikan nya jika peluru ini mengenai kulit," ucap nya sambil bergidik ngeri.

"Racun apa yang terkandung dalam peluru ini?" tanya Norton ikut penasaran. Ia tak sekali Darwin jika masalah senjata api. Hanya tahu menggunakannya saja.

"Botulinum toxin atau Botox. Racun ini di produksi oleh bakteri clostridium botulinum bacteria," jelas Darwin.

Norton dan Remnick mengangguk sambil beroh-ria. Mereka yang tak paham tentang detail senjata api tak lagi banyak bertanya.

"Ya sudah segera kirim senjata ini. Ingat hati-hati. Kalau ada apa-apa segera hubungi," jelas Darwin.

"Ayo kita, ke ruang monitor, melacak penyusup yang akan masuk menyerang kita," ajak Remnick.

Ketiga nya keluar dari kapal, lalu masuk kedalam kapal yang satunya. Di pelabuhan itu dilengkapi dengan empat kapal pesiar yang ukurannya panjang nya ratusan meter. Tentu fasilitas didalam nya juga tak main-main, mewah dan menganggumkan.

Darwin duduk di depan meja komputer. Darwin juga memiliki keahlian di bidang IT. Ia paham jika masalah retas meretas apalagi melacak keberadaan munsuh. Darwin salah satu anak buah andalan Zoalva yang selalu bisa di andalkan. Meski pembangkang dan bandel, tapi Darwin akan serius jika masalah pekerjaan nya.

Darwin mengotak-atik keyboard komputer nya. Jari-jari lentik dan kekar itu berlarian kian lincah dengan suara saling bersahutan satu sama lain.

"Bagaimana Win?" tanya Remnick yang juga melihat kearah layar komputer Darwin.

"Sebentar," Darwin langsung menekan tombol enter. "Aku tidak tahu dia siapa. Tapi alat pelacak ku mengikuti arah jarum jam ke_"

"Ck, Win. Tidak perlu pakai rumus, kita bukan mau ujian matematika. Jelaskan singkat saja," protes Norton memotong penjelasan Darwin.

Darwin memutar bola matanya malas. Kedua sahabat nya itu memang monoton dan kuno. Tidak memiliki pengetahuan apa-apa, selain mengedarkan obat-obatan yang terlarang dan menjual organ manusia.

"Letak nya di bagian wilayah selatan," jelas Darwin singkat padat dan jelas.

"Daerah selatan mana?" Remnick ikut menimpali.

"Tadi katanya suruh jelaskan singkat. Sekarang aku jelaskan singkat kalian malah tidak mengerti," ucap Darwin malas.

"Ck, siapa yang akan mengerti dengan rumus-rumus tidak masuk akal mu itu Win," sergah Remnick. "Maksud jelaskan dengan singkat tanpa rumus. Jangan menguji otak matematika ku, dulu aku juara masuk kelas remidial," jelas Remnick kesal.

Masih sempat-sempatnya Darwin tertawa menggelora mendengar penjelasan Remnick. Mereka memang bersahabat dari kecil hingga akhirnya bertemu dengan Zoalva dan bekerjasama sebagai kaki tangan dari raja Mafia itu.

Bersambung......

Terpopuler

Comments

Ruk Mini

Ruk Mini

tmh runyemm.. thorr

2023-10-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!