Tertawan

Happy Reading 🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡

Zion tak menyangka jika lelaki yang kemarin menolongnya adalah jelmaan iblis yang sekarang sedang siap melemparkan nya kedalam neraka paling dalam

Sretttttttttttttttttt

Zoalva menarik lakban yang menutup mulut Zion.

"Awwwwwwww," Zion meringgis kesakitan. Apalagi lakban itu menempel dengan kuat dikulit wajahnya yang memiliki kumis tipis itu.

"Ck, Tuan. Bisakah kau pelan-pelan?" gerutu Zion. "Rahangku sakit sekali," keluhnya. Ingin dia mengusap dagu nya tapi kedua tangannya masih diikat oleh lelaki itu.

Zoalva tersenyum devil. Dia sedang memikirkan akan dimasak jadi apa gadis ini agar menjadi santapan yang lezat untuk hewan kesayangan nya.

"Ehem, kau tahu kenapa aku menangkapmu?" tanya Zoalva menatap gadis itu dengan senyuman liciknya. Gadis ini memang cantik dan masih muda. Tapi sayang secantik apapun wanita, Zoalva sama sekali tidak tertarik.

"Ya mana aku tahu Tuan. Kalau aku tahu juga aku tidak mungkin bertanya," tanpa rasa takut gadis itu malah memutar bola matanya malas. "Atau jangan-jangan kau merindukanku, Tuan?" Zion menarik turunkan alisnya senyuman menggoda.

"Kau...."

"Tidak apa Tuan, jujur saja. Aku memang selalu bikin kangen," ujarnya tertawa lepas. Padahal kondisinya sudah sekarat. Tangannya memerah akibat ikatan tali yang sangat kuat.

Zoalva semakin menatap gadis itu dengan tajam. Dia langsung mencengkram dagu Zion dengan kasar dan menatap gadis tersebut dengan penuh kebencian.

"Kau tahu, aku sangat membenci Ayahmu. Karena Ayahmu yang membunuh kedua orang tuaku," ucap Zoalva penuh penekanan.

"Awww, Tuan sakit," rintih Zion. "Ayahku yang bersalah kenapa aku yang harus kau Tawan Tuan? Aku bahkan tidak tahu sama sekali kau memiliki masalah dengan Ayahku," sahut Zion sambil meringis kesakitan. Sudah dipastikan dagu nya akan luka.

"Karena kau anak nya," sahut Zoalva.

"Walau aku anak nya tapi aku tidak tahu masalah kalian," sentak Zion.

Plakkkkkkkkkkkkkkkk

Satu tamparan mendarat dipipi gadis itu. Zoalva adalah tipikal orang yang tidak baik dibentak. Sangat tidak suka. Baginya hanya dia yang boleh membentak dan tidak boleh orang lain yang membentak dia.

Robin menelan salivanya susah payah melihat keberanian Zion membentak Zoalva. Sudah dipastikan gadis ini akan mendapatkan hukuman yang berat nantinya.

Sudut bibir Zion mengeluarkan darah segar. Sudah biasa. Bahkan dia pernah di cambuk oleh Ayah nya hanya karena ketahuan mengerjakan tugas saat pulang kuliah. Jadi gadis itu sama sekali tak merasa heran jika sekarang dia mendapatkan siksaan yang lebih parah lagi.

"Aku paling tidak suka dibentak. Jangan berani-berani meneriaki ku lagi atau aku akan membuat mu kehilangan segalanya," ancam Zoalva. Zoalva menatap mata biru milik Zion. Tatapan keduanya seketika bertemu. Lelehan bening dipelupuk mata gadis itu mengalir dibagian pipinya hingga membasahi pipinya disana.

Zion juga sama dia adalah gadis yang tidak bisa dibentak. Hatinya langsung terasa sakit jika ada yang berkata kasar padanya.

Zoalva masih menatap Zion dengan penuh kebencian.

"Ehem, seperti nya aku mengurungkan niat untuk memasaknya malam ini. Bagaimana kalau kita bermain-main saja dulu," sambil memainkan belati diwajah Zion.

Zion menggeleng ketakutan. Bend tajam itu, bagaimana jika benda itu menurihkan luka diwajahnya? Zion tak bisa bayangkan sakit yang akan dirasakan nanti.

"Kenapa kau takut gadis kecil? Bukankah tadi kau sangat berani menbentakku, kenapa hanya melihat benda kecil ini saja kau tampak ketakutan seperti ini?" ledek Zoalva.

Zion hanya bisa menangis sambil ketakutan. Dalam hati gadis itu berdoa agar lelaki itu memiliki rasa kasihan padanya.

"Ehem, aku tidak tega melihat wajah takutmu," dia menarik belatinya lalu menyimpannya kedalam.

Zoalva berdiri dari duduknya. Dia tersenyum mengejek pada Zion.

"Robin," panggil nya.

"Iya Tuan?"

"Kurung gadis itu disamping San. Jangan berikan dia makan dan minum," tintah Zoalva. "Ini adalah hukuman bagi orang yang sudah berani bermain-main denganku," tatapnya tajam pada Zion.

"Kenapa tidak dibunuh saja aku Tuan? Aku manusia biasa, bagaimana bisa aku tidak mana dan minum," ujar Zion.

"Kau masih berani mengaturku?" Zoalva sedikit salut dengan keberanian gadis ingusan ini. "Kau bukan Tuhan-ku gadis kecil. Kau tidak bisa mengaturku. Suka-suka ku untuk membunuhmu atau tidak," ucap Zoalva.

"Aku tidak mengaturmu. Aku hanya ingin memberimu solusi saja Tuan. Untuk apa kau menyiksaku jika tidak mati-mati," ujar Zion santai sambil memutar bola matanya malas.

Zoalva kembali berjongkok. Menarik, gadis ini sungguh menarik. Pemberani meski sebenarnya dia takut, karena terlihat dari kaki Zion yang bergetar menahan takut.

"Bagaimana kalau organ tubuhmu, aku jual saja?" bisiknya.

Bulu kuduk Zion berdiri ngeri. Membayangkan oragn tubuh nya dijual oleh lelaki yang ada didepannya ini. Ahhh jika ada yang membeli lumayan juga.

"Memang nya ada yang mau beli?" ujar gadis itu tampak berpikir. Tadi dia takut karena belati ditangan Zoalva, sekarang gadis itu malah terlihat santai saja.

Zoalva tersenyum mengejek. "Bahkan tubuhmu ini sangat berharga jika dijual," sahut Zoalva mengelus wajah gadis itu.

"Kau sudah tahu tubuhku berharga kenapa kau malah menyakiti ku Tuan?" ujar Zion.

Zoalva tersendak mendengar ucapan gadis itu. Kenapa hatinya merasa bersalah? Ada apa ini?

Zoalva berdiri dan memperbaiki jas nya. "Robin, kurung dia,"

Setelah berkata, Zoalva langsung melenggang pergi tanpa mendengar jawaban dari sang asisten. Berbicara dengan Zion seperti membuatnya menjadi diri sendiri. Entahlah, gadis itu sungguh menggundang emosi nya.

"Ck, tidak perlu menarikku Tuan. Lepaskan saja ikatan taliku. Aku bisa berjalan sendiri," ucap Zion saat Robin menariknya

"Jangan membantah Nona," tegas Robin.

"Membantah dari mana sih? Aku hanya bilang kalau aku bisa berjalan sendiri. Kau ini, dengar atau tidak? Aku tidak akan kabur, memangnya aku mau kabur kemana kalau kemana-mana saja ada yang mengawasi," ujar Zion.

"Mari Nona,"

Robin mengalah dan membiarkan gadis itu berjalan duluan didepannya.

"Silahkan masuk Nona,"

Serrrrrrrrrrrr

Zion bergidik ngeri saat ular hitam yang berukuran raksasa itu menyambut kedatangan nya. Sial, lelaki itu benar-benar menempatkan dirinya disamping kandang ular sebesar itu.

"Tuan, apa dia mengigit?" tanya Zion menatap San dengan mendelik. Ngeri.

"Dia bahkan bisa memotong tubuh anda menjadi beberapa bagian Nona," jawab Robin sengaja menakut-nakuti gadis itu.

"Ehem, begitu yaaaaa?" ujar Zion. Zion menatap ular itu. "Heii ular, mulai sekarang, aku tinggal disebelah mu. Jangan ribut. Suara mu itu jelek. Aku mau istirahat," celetuk Zion masuk kedalam jeruji besi disamping kandang ular sanca berukuran raksasa itu.

Robin mendelik sambil mengangga tak percaya saat Zion mengajak ular itu bicara dan aneh nya gadis ini sama sekali tidak takut. Dia terlihat santai padahal bahaya mengancam didepannya.

Robin mengunci jeruji besi Zion.

"Saya permisi Nona,"

**Bersambung.... **

Terpopuler

Comments

Woelan Tirana

Woelan Tirana

Bener bener dajal zeolva itu

2023-08-23

1

Anonymous

Anonymous

Kenapa dikit2 harus ada dialog yang diawali dengan “Ehem”?

2023-05-14

0

stela

stela

lanjut

2023-05-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!