Boring

Happy Reading 🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡

Zoalva menyeka darah yang muncrat ke wajahnya. Lelaki itu tampak puas dengan permainan nya hari ini. Zoalva menyisa kan satu tangkapannya untuk besok. Sebab hidupnya tak akan benar baik-baik saja tanpa mencium bau darah dan mendengar jeritan kesakitan.

"Robin, bereskan semua nya," Zoalva melempar begitu saja belati yang dia gunakan untuk mencongkel mata pria paruh baya tadi.

"Kau..." Dia menunjuk lelaki yang satunya.

"Ampuni saya Tuan. Ampuni saya. Saya akan lakukan apapun hanya untuk menerima pengampunan anda. Ampuni saya Tuan, berikan saya satu kesempatan lagi. Saya masih memiliki anak yang sangat kecil. Dia masih butuh figure saya Tuan. Saya mohon," ucapnya sambil memohon dengan beberapa kali membungkukkan badannya agar pria yang terlihat menyeramkan ini mau mengampuni segala kesalahannya.

"Itu bukan urusanku," Zoalva tersenyum mengejek. "Sudah berapa kali aku katakan. Bekerjalah dengan jujur. Lakukan pekerjaan mu karena kau mencintai nya bukan karena kau ingin mengambil sesuatu yang bukan milikmu," sahut Zoalva. "Hari ini kematian belum menjemput mu. Tapi sepertinya...." Zoalva kembali mengambil belati yang dia lempar tadi.

Lelaki itu tampak berjongkok menyamakan tinggi badannya dengan lelaki paruh baya yang sudah tampak berkeringat dingin karena ketakutan. Wajahnya biru dan lebam akibat pukulan yang dia terima.

"Ehem," Zoalva tersenyum smirk.

Lelaki itu memainkan belatinya diwajah sang pria, lalu mengelus-eluskan belati itu seperti hendak menyembelih ayam.

"Kau tahu, aku tidak suka penghianatan? Aku tidak suka pembohong dan aku tidak suka ada orang yang melanggar aturan yang ku buat. Aku menggajimu bukan untuk memeras perusahaanku. Tapi sepertinya kau menggunakan dengan salah kepercayaan yang kuberikan,"

Bukan apa, kedua lelaki paruh baya itu adalah orang-orang kepercayaan Zoalva dalam mengurus masalah perusahaan nya. Tak hanya jabatan yang menjanjikan tapi gaji yang Zoalva berikan juga berjumlah cukup besar jika dibandingkan dengan gaji karyawan perusahaan lain. Harusnya bersyukur, tapi begitulah manusia takkan merasa cukup atas apa yang mereka miliki.

Zoalva kecewa karena dua orang kepercayaan nya begitu tega menggelapkan uang perusahaan. Sialnya lagi, John sama sekali tidak peduli padahal sahabatnya itu selalu ada diperusahaan, entah apa kerja nya? Atau John sedang sibuk dengan para wanita bayaran yang selalu memuaskan ranjang nya?

"Am-mpuni s-aya Tua-n," ucapnya gugup dan ketakutan.

"Aku bukan Tuhan yang mengampuni kesalahan manusia," ledek Zoalva.

Sreeettttttttttttt

Sretttttttttttttttttt

Zoalva menggoreskan pisau tersebut. ke wajah lelaki paruh baya itu. Hingga darah segar mengalir dari wajah turun ke bagian tubuhnya dan teriakkan histeris kesakitan terdengar menggema.

"Arghhhhhhhhhhhhh,"

"Arghhhhhhhhhhhhh,"

"Arghhhhhhhhhhhhh,"

Rintihan seperti dineraka terdengar menyeramkan. Darah muncrat dan mengalir seperti air mancur bahkan mengenai wajah tampan Zoalva.

"Tapi sayang, aku belum bisa membunuhmu hari ini. Jatahmu besok," ujarnya tersenyum devil.

Zoalva membersihkan belati ditangan nya dengan menjilat darah yang menempel pada belati itu. Sungguh tampilannya seperti Lucifer saat pertama kali ditendang dari sorga.

"Ehem, ternyata darah manusia lebih manis dari yang kukira," ujarnya sambil tertawa seperti iblis.

Robin lagi-lagi merasakan perutnya seperti dikocok. Dia tak tahan dan akhirnya memuntahkan seluruh isi perutnya.

Zoalva berdiri dan berbalik. Dia biarkan saja lelaki paruh baya itu sekarat sambil berteriak-teriak kesakitan.

Robin segera membereskan kekacauan itu. Lelaki paruh baya yang di congkel matanya telah di lempar ke kandang San, dalam sekejap tubuh pria itu dilahap habis oleh ular raksasa yang usia nya sudah hampir enam puluh tahun itu. Itu adalah ular peliharaan Pedrosa yang di rawat oleh kedua putra kembar nya Zean dan Zaen serta hewan kesayangan Fitri. Jadi usia ular itu lebih dari enam puluh tahun. Namun tetap bertahan hingga kini.

.

.

.

.

"Ada apa kau memanggil ku Kak?" Zoalva duduk sambil memutar bola matanya malas.

Kenzie menatap Zoalva dari ujung kaki sampai ujung rambut lalu geleng-geleng kepala.

"Sampai kapan kau akan berhenti dari pekerjaan mu itu?" tanya Kenzie. "Ehem, apa kau tak bosan terus membunuh?" Tanya lelaki itu menatap adiknya dengan menghela nafas panjang.

"Tidak itu hobby ku," jawab Zoalva santai. "Ada apa Kakak memanggil ku kesini? Aku tidak suka basa-basi. Pekerjaan ku masih banyak," ketusnya

"Bagaimana pengiriman senjata mu? Kau harus hati-hati, wilayah timur tidak sepenuhnya bisa kau kuasai. Jika Paman Zaen tahu apa yang kau lakukan, Kakak yakin kau akan didepak dari sana," ujar Kenzie.

"Ehem, Paman Zaen takkan bisa menghentikan ku Kak, selama aku tidak melewati garis batas yang sudah aku sepakati dengannya," sahut Zoalva. "Senjataku akan meluncur bulan depan. Aku sudah memiliki beberapa jaringan untuk memasarkan nya," tuturnya sambil menyenderkan punggungnya dengan nyaman.

"Lalu masalah organ itu, apa kau masih terlibat?" Kenzie menatap adiknya dengan tatapan selidik.

"Ehem," Zoalva hanya berdehem yang artinya dia sedang bimbang untuk menjawab pertanyaan sang Kakak.

Kenzie menggeleng kepala. "Zo seba_"

"Maaf Kak, aku harus pergi. Ada beberapa agenda rapat yang harus aku selesaikan," lelaki itu langsung berdiri dan memotong ucapan sang kakak.

Kenzie tak lagi membantah. Lelaki itu hanya mengangguk lalu membiarkan Zoalva pergi tanpa menjawab pertanyaan nya. Toh percuma, di tanya pun Zoalva takkan menjawab semua pertanyaan nya. Jadi dari pada membuang waktu dan energi untuk berdebat lebih baik dia diam saja.

Zoalva masuk kedalam mobil setelah Robin membuka pintu mobil itu.

"Bagaimana Bin, apa kau sudah menemukan dalang dibalik kematian kedua orang tua ku?" tanya nya sambil menatap dengan kosong keluar pintu jendela mobil.

"Masih dalam penyelidikan Tuan. Tapi sudah ada beberapa informasi yang saya dapatkan. Saya sudah kirimkan ke email anda," jelas Robin sambil menyetir.

Segera Zoalva meronggoh ponselnya. Dengan kekuatan secepat kilat dia membuka layar ponselnya dan melihat notifikasi pesan email masuk ke ponselnya.

"Jelvi Juanse," gumam Zoalva. "Black Lion," sambungnya.

"Benar Tuan. Salah satu kelompok Mafia yang sekarang menguasai bagian barat. Mereka sedang menargetkan wilayah timur. Tuan Zehemia sudah memasang signal pelacak agar mudah melacak keberadaan mereka sekarang. Tapi tetap anda di minta untuk waspada. Sebab Black Lion bukan lawan yang bisa kita remeh kan," jelas Robin panjang lebar.

Zoalva mengangguk paham. Dia memang tidak paham dunia IT tapi dia memiliki beberapa akses anggota yang paham tentang masalah IT.

"Aku masih belum yakin jika Jelvi Juanse adalah pembunuh kedua orang tua ku. Aku yakin ini ada orang dalam didalam nya. Tapi entah siapa, semoga aku segera menemukannya," ucap Zoalva. "Selidiki tentang Jelvi Juanse, apakah benar dia ketua dari Black Lion atau bukan. Sebab aku curiga jika dia digunakan sebagai tameng untuk menutupi identitas seseorang," tintah Zoalva. Dia adalah tipikal orang yang teliti dalam menyelidiki kasus. Sehingga tak heran jika dia dengan mudah menganalisis keberadaan para munsuh nya.

"Baik Tuan,"

**Bersambung.......**

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

Prasaan dialognya ga bisa lepas dari kata Ehem😑

2023-05-14

1

lovely

lovely

🥵

2023-04-15

0

Gabby

Gabby

omg ngiluuuu

2023-04-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!