April memutar tubuhnya, memperlihatkan punggung dari cermin. Terlihat punggung yang membiru, dan semua tubuhnya merasakan nyeri.
"Kok sakit semua." ucap April.
April mengambil salep, untuk mengobati rasa sakitnya. Namun April susah untuk mengolesnya.
"Ah susah banget." ucap kembali April.
Saat itu Elang melewati kamar April, sedikit terbuka. Melihat April kesulitan, untuk mencoba mengoles lukanya.
"Boleh saya masuk?" ucap Elang.
April langsung memakaikan kembali kemeja putih panjang, yang terlihat besar. Apri menganggukkan kepalanya.
"Boleh saya bantu?"
"Bantu apa?"
"Bukannya, kamu kesulitan tadi."
"Oh itu, iya. "
Elang mengambil salep dari tangan April, dan meminta April untuk menghadap ke arah cermin.
"Biar saya yang akan obati luka kamu."
"Iya."
Elang menurunkan kemeja April, hingga terlihat punggung putihnya. Dengan perlahan, Elang mengolesnya, dan terlihat April meringis merasakan sakit.
"Kamu belajar bela diri dari siapa?"
"Saya belajar sendiri, karena pekerjaan saya yang berbahaya membuat saya harus bisa menguasai bela diri dan menembak."
"Oh gitu ya, ada kabar kalau Juna di tangkap. Bagaimana menurut kamu? apa kamu ingin berusaha membebaskannya."
"Buat apa saya ingin membebaskannya, dia saja tidak bisa memperlakukan kekasihnya dengan baik."
"Apa cinta kamu sudah luntur?"
"Dari dulu juga sudah luntur."
"Apa yang buat kamu bertahan?"
"Tuntutan."
Elang menaikan kembali kemeja yang di pakai oleh April, kedua nya saling menatap mata di depan cermin.
"Terima kasih, kamu sudah baik sama saya. Kamu masih memberikan kesempatan, saya untuk masih menghirup udara bebas."
"Bukannya, kamu ingin melihat adik kamu sembuh. Dan kamu harus pelan - pelan, untuk mengatakan padanya."
"Iya."
"Kita selesaikan masalah ini, setelah selesai, kamu harus menyerahkan diri."
"Iya, saya akan bantu kalian, seperti kalian bantu saya."
April membalikkan tubuhnya, kini mereka saling berhadapan. Kedua mata mereka saling menatap dengan lekat, April semakin mendekatkan tubuhnya pada Elang.
"Saya begitu nyaman disamping kamu, baru kali ini saya di perlakukan Oleh seorang pria dengan baik."
"Semakin saya mengenal kamu lebih dalam, semakin saya mengerti, sebenarnya kamu itu orang baik, hanya demi adik kamu, rela melakukan apa saja."
April semakin mendekat, kini tubuh mereka hanya di batas oleh pakaian yang di pakai masing - masing.
April menjanjikan kedua kakinya, lalu mendekatkan bibirnya, pada bibir Elang. Kedua mata Elang terpejam, saat April mengecup bibir Elang. Bahkan kedua tangannya, dia kalungkan pada leher Elang, dengan kembali mengecup bibirnya berkali-kali.
"Maaf." ucap April.
"Iya." ucap Elang langsung pergi, dari kamar April.
April tersenyum, sambil memegang bibirnya. Sedangkan Elang, memasuki kamarnya. Terlihat Willy, sudah tertidur pulas.
Elang memegang bibirnya, dan masih merasakan kecupan yang di berikan Maudy padanya.
*****
"Kita harus kabur dari penjara ini." ucap Juna.
"Kabur bagaimana? penjagaan di luar begitu sangat ketat." ucap Steven.
"Apa kamu mau? kita menghabiskan waktu didalam balik jeruji, dan apa kamu tidak takut, bila hukuman mati menimpa pada kita berdua. Kita harus memikirkan itu."
"Iya, tapi bagaimana Juna?" ucap Steven.
Juna mulai memeriksa sekeliling ruang penjaranya, mulai mengetuk dinding penjara, hingga menempelkan telinganya, pada lantai penjara.
"Kamu sedang apa sih?" tanya Steven.
"Kamu tahu, dibawa sini adalah saluran air, kita bisa membobol lantainya, dan kita kabur melalui saluran air ini." jawab Juna.
"Bagaimana caranya?" tanya Steven.
"Kita harus cari alat." jawab Juna.
"Apa kita, harus mencongkel lantainya, dan kita masuk kedalamnya.'
"Boleh juga idenya, tapi kita harus cari alat, untuk menggalinya."
****
"Makan malam siap." ucap Mika membawa satu ekor ayam panggang.
"Wow, kita pesta nih." ucap Willy.
"Tidak juga, kita tidak boleh senang dulu. Karena kita belum menang, tapi nggak ada salahnya sih, kalau kita merayakan Juna dan Steven masuk penjara." ucap Mika.
"Elang, apa kita tidak kembali lagi pada profesi kita? komandan kan sudah tahu, jadi apa salahnya kita kembali."
"Jangan gegabah, karena saya takut di dalamnya ada pengkhianat lagi."
"Masa ada lagi, nggak mungkin."
"Bisa saja, ini juga demi kebaikan Komandan kita. Dia pun terancam sekarang, karena membiarkan anak buahnya tidak menyerahkan April."
"Lantas, kenapa tidak kita serahkan saja. Kan beres, kita selesai."
"Kamu lupa, tujuan April masih dengan kita, adiknya. Hanya waktu, biar dia bisa bersama saat terakhir.Setelah siap, April siap di penjara."
April diam, sambil menundukkan kepalanya, sedangkan Elang dari bawah meja, menggenggam tangan April.
"Kita makan."
*****
"Elang, benar kata Willy saya harus menyerah."
"Saya masih membutuhkan kamu, Clara juga."
"Kamu membutuhkan saya untuk apa?"
Elang menarik tengkuk leher April, mencium bibirnya, dan April langsung membalas ciuman Elang.
"Saya jatuh cinta sama kamu, dan saya masih membutuhkan kamu untuk menangkap mereka."
"Apa kamu percaya, kalau saya tidak akan kabur?"
"Kalau kamu mau? pergilah yang jauh."
Elang dan April kembali berciuman, hingga ciuman mereka semakin mendalam. Bahkan tangan Elang, kini sudah berkeliaran kesana kemari.
Dari jauh Mika melihatnya, dan langsung membalikkan tubuhnya, tapi Willy pun melihatnya.
"Kita tidak bisa membiarkan, hubungan dia dengan seorang penjahat." ucap Willy.
"Kenapa kamu tidak bawa April di serahkan pada pihak berwajib, jelas - jelas ini sasaran empuk." ucap Mika.
"Tujuan awal, Elang menjadi Erik untuk menangkap dia dan Pablo serta anak buahnya. Tapi semuanya berubah, saat ada pengkhianat.Dan Elang pun merubah alur nya, bahkan saya pun harus mengikuti alur nya."
"Posisi kalian aman, ada komandan yang siap untuk anak buahnya." ucap Mika.
****
"Elang saya mau bicara."
"Bicara apa?"
"Kamu jatuh cinta pada April, atau hanya pura - pura."
"Menurut kamu bagaimana?"
"Jangan sampai, kamu pun berkhianat."
"Saya tidak akan mengkhianati negara, kecuali negara mengkhianati saya."
"Cinta bisa merubah segalanya, dan saya tidak mengerti dengan jalan pikiran kamu. Yang tiba - tiba, mencintai April. Kalau sampai, kita kehilangan April, tamat riwayat kita."
"Itu tanggung jawab saya, kamu tenang saja."
****
"Pasti suka." ucap April membuat nasi goreng berbentuk hati.
April berjalan sambil membawa sepiring nasi goreng untuk Elang, tapi saat itu April mendengar Elang dan Willy saling berdebat. April diam, saat Elang dan Willy membicarakan dirinya.
Elang menoleh ke belakang, saat itu April berdiri menatap keduanya. Elang langsung berjalan mendekati April.
"Saya buatkan nasi goreng, pasti kamu suka."
"Terima kasih."
"Nasi goreng, saya jadi ingat sama Erik. Nasi goreng buatan Mamah, dan ini mirip rasanya, seperti buatan Mamah." ucap April.
"Kita sama - sama merindukan sosok Mamah." ucap Elang.
Willy langsung meninggalkan keduanya, dan Mika hanya bisa menjadi seorang penonton. Mika pun langsung mengejar Willy, hingga keduanya duduk di anak tangga.
"Percaya, Elang akan mempertanggung jawabkan." ucap Mika.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Desyi Alawiyah
Erik sudah bucin,eh mksdnya Elang sudah mulai bucin 🤭 tp jangan lupa tujuan kamu yaa Elang,yaitu menangkap Pablo dan antek-anteknya...trus jangan biarkan Steven dan Juna lolos 😏😏😏
2023-04-14
1
Desyi Alawiyah
cieeeeee...🤭🤭🤭
2023-04-14
1
Widya
awas juna bentar lagi kabur
2023-04-13
2