Bab 3

"Carikan ponsel yang sama persis dengan ini." Leon melemparnya ponsel rusak itu pada Anthony.

Anthony mengangkap nya dengan sempurna dan melihat kembali ponsel yang ada di tangannya. "Tapi ketua, ponsel ini seri terbatas dan hanya ada sepuluh saja di dunia ini."

"Aku tidak perduli, secepatnya kau harus mendapatkan ponsel yang sama persis seperti itu." Jawab Leon dengan nada dinginnya.

Setelah memerintahkan anak buahnya kini Leon kembali ke rumahnya karena sejak tadi sang nenek terus menghubungi nya dengan perasaan cemas, karena sudah beberapa hari Leon tak kembali ke rumah.

"Nenek aku pulang!" Leon berseru setelah mematikan motor kesayangan nya, lalu masuk kedalam rumah dan berteriak mencari keberadaan wanita tua yang sudah merawatnya dengan penuh kasih sayang.

Tak lupa Leon pun membelikan kue kesukaan sang nenek sebagai buah tangan dan bujukan agar tidak marah padanya, karena selama beberapa hari ini ia tak pulang ke rumah karena harus membereskan musuh-musuh yang akan merebut wilayah kekuasaan nya termasuk Elbara.

"Nenek ku yan manis, lihatlah aku membawakan sesuatu untukmu!" Leon mencari keberadaan neneknya dengan wajah ceria tak seperti saat berhadapan dengan musuh atau pun anak buahnya.

"Nenek disini nak." Sahut sang nenek yang langsung berdiri menghampiri cucunya dan memeluk nya dengan erat.

"Dasar anak nakal, apa kau tidak tahu sepanjang hari aku terus memikirkan dan mengkhawatirkan mu." Nenek Sofia yang tak lain adalah bibi dari ayahnya kini menyeberang telinga Leon dengan gemas.

"Awhh... Awhh.. Ampun sakit nek," Leon berpura-pura kesakitan agar sang nenek segera melepaskan tarikan di telinga nya.

Leon terus bercengkrama dengan nenek Sofia hingga ia tak menyadari sejak tadi ada seseorang yang duduk diam menatap interaksi mereka.

"Leon ayo duduklah nak." Nenek Sofia menarik tangan Leon dan menuntun nya untuk duduk, kini barulah Leon tersadar bahwa disana tidak hanya ada mereka berdua saja.

"Leon ayo duduklah nak, ayahmu sudah menunggu mu sejak lama." Sambung nenek Sofia lagi.

"Jadi ini kenapa nenek menyuruhku untuk segera pulang?!" Leon melepaskan genggaman tangan neneknya dan berlalu pergi meninggalkan ruangan tersebut. Liam yang masih duduk menatap putranya yang kini semakin menjauh dari pandangannya.

"Leon kau mau pergi kemana nak?" Nenek Sofia berusaha untuk mengejar putra keponakan nya, namun Liam mencegahnya dan membiarkan Leon pergi.

"Biarkan saja dia pergi bi, wajar saja jika dia membenciku dan tak ingin melihat ku saat ini." Liam membuka kaca matanya dan mengusap wajahnya kasar.

Sedangkan Leon langsung masuk kedalam kamarnya dan membanting pintu dengan sangat keras untuk meliapkan segala kekesalan dalam hatinya."Kenapa pria itu datang kembali setelah sekian lama dia membuangku tanpa belas kasih." Leon mengepalkan erat tangannya hingga otot-ototnya pun mulai terlihat.

Kini pintu kamar Leon di ketuk, namun tak ada sedikitpun ia berniat untuk membukakan pintu itu.

"Leon aku ingin berbicara dengan mu sebentar saja." Ucap Liam dari luar kamar putranya.

"Pergilah aku tidak ingin melihatmu disini. Anggap saja aku sudah tiada seperti aku yang menganggapmu sudah tiada saat kau menjauhkan aku dari hidupmu." Jawab Leon penuh kebencian.

Liam tak mempedulikan ucapan Leon saat ini. Kini ia pun masuk walau tanpa seizin putranya.

"Sudah aku katakan bukan! aku tidak ingin melihatmu lahi apa kau lupa dimana saat kau membuangku, dan sekarang untuk apa kau datang kembali dan mencariku?!" Leon mulai terbakar emosi saat melihat ayahnya masuk tanpa seizin nya.

"Maafkan aku Leon, aku tahu aku salah tapi bisakah kita memulai segalanya dari awal. Aku sudah memikirkan hal ini sejak lama, tapi aku,"

"Apa kau sudah hilang akal Liam Dameer?" Leon tersenyum sinis setelah memotong perkataan sang ayah yang baru menyadari segalanya setelah beberapa tahun.

Leon tertawa sumbang menatap pria paruh baya yang sudah memakai kacamata menghiasi wajahnya. "Owhh... Astaga lawakan apa lagi ini?" Leon memerangi keningnya dan menggelengkan kepalanya saat mendengar perkataan sang ayah yang bagaikan lelucon baginya.

"Leon berhentilah bercanda, dan aku datang kemari untuk memberikan informasi perjodohan mu, setelah kau menikah maka sembilan puluh persen aset yang aku miliki akan menjadi milikmu."

"Apa? coba ulangi kembali apa yang baru saja kau katakan?! menjodohkan ku? hahahaha.... Demi sebuah harta warisan? hahaha... Liam Dameer, simpan saja hartamu dan menikahlah sendiri. Aku tidak butuh harta yang kau miliki." Leon berjalan melewati sang ayah yang masih terdiam mematung.

"Liam Dameer aku tidak gila harta dan gila kerja seperti mu, jadi aku tidak membutuhkan semua itu. Dan soal perjodohan ya, hmm... Begini, kenpa tidak kau saja yang menikah! jangan hanya ingin meniduri wanita dan pergi begitu saja melepaskan semua tanggung jawabnya pada bayi yang tidak berdosa." Sindir Leon.

Kini Leon pun keluar dari kamarnya dengan sedikit menyenggol bahu ayahnya.

"Leon Dameer kamu jangan keterlaluan!" Liam mulai terpancingbemosi karena ucapan putranya menatap Leon dengan nyalang.

"Permisi anda salah menyebutkan nama saya, aku adalah Leon Aditya. Apa kau mengerti?" Jawab Leon tanpa menatap wajah ayahnya yang kini nampak sedih dan menyesal.

"Penyesalan yang sudah tak berguna." Gumam Leon yang kini pergi meninggalkan ruangan itu.

Sedangkan nenek Sofia menghela nafas kasar melihat ayah dan anak itu tampak tidak akur. "Aku hanya berharap suatu saat nanti mereka bisa bersatu layaknya anak dan ayah. Tak perduli bagai mana Leon di lahirkan saat itu, tapi aku menyayangi nya sama seperti cucuku sendiri."

Leon melajukan motornya kembali ke markas. "Cihh... Dia pikir tanpa uang darinya aku tidak bisa hidup? kau salah tuan Liam, bahkan hartaku jauh lebih banyak dari yang kamu miliki." Leon tersenyum miring.

"Setelah beberapa tahun dia menawarkan harta padaku sebagai hadiah perjodohan, owh astaga apa saja isi di dalam kepalanya itu?" Leon terus menggerutu tidak jelas meluapkan segala kemarahan dan kebencian nya pada sang ayah.

Hingga tanpa sadar ia terus menaikan kecepatan motornya hingga hampir menabrak seorang wanita muda yang tengah menyeberang jalan.

Leon menginjak rem secara mendadak hingga ia terpental melayang menatap wajah gadis yang terlihat begitu syok karena ulah nya.

Brakkk...

Suara motor terjatuh begitu keras begitu juga dengan Leon yang jatuh melayang hingga beberapa meter.

"Aaarrghhh.." Queenara memejamkan mata dan menutupi kedua telinganya. Ia merasa sangat syok an terkejut karena kejadian itu cukup mengerikan dan terjadi tepat di depan matanya.

Kakinya merasa sangat lemas hingga ia tak kuat berdiri menahan beban tubuhnya. "Astaga Queen! apa yang sudah kau lakukan? aku, aku menjadi penyebab kecelakaan ini?!" Queenara hampir pingsan, namun kini ia bangkit kembali dan mulai bertanggung jawab atas perbuatannya.

Queenara menghampiri pemuda yang masih mengenakan helm itu dan membukanya secara perlahan.

"Hey bangunlah," Queenara menepuk pipi Leon secara perlahan.

"Aku harus segera membawanya ke rumah sakit." Queenara meminta bantuan seseorang untuk membawa Leon masuk ke dalam mobilnya dan membawa Leon ke rumah sakit.

"Semoga dia baik-baik saja." Queenara terus melajukan mobilnya dan terus berdoa sepanjang jalan, membuat Leon yang pura-pura pingsan tersenyum mendengar celotehannya.

Terpopuler

Comments

♡momk€∆π♡

♡momk€∆π♡

sejauh ini ceritanya menarik..❤🤗

2023-04-02

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!