CHAPTER 20

...***...

Ratu Arundaya Dewani saat itu melepaskan kepergian putranya untuk dibawa berobat di luar Istana. Meskipun hatinya sangat berat?. Ia terpaksa melakukan itu demi kesembuhan anaknya.

"Saya mohon jaga lah anak saya dengan baik. Hanya dia satu-satunya harapan saya hidup." Ratu Arundaya Dewani bisa berharap.

"Akan hamba jaga dengan baik gusti ratu." Sutang memberi hormat. "Kami mohon pamit gusti ratu." Sutang berparmitan pada Ratu Arundaya Dewani.

"Ya.." Balasnya dengan perasaan sedih. Namun saat itu ia masih bisa melihat anaknya yang terbaring tidak berdaya di kereta kuda. "Maafkan ibunda ya nak?. Karena, ibunda tidak bisa ikut denganmu. Ibunda tahu saat ini kau sangat menderita." Ratu Arundaya Dewani sebenarnya ingin ikut dengan anaknya, akan tetapi pada saat itu ia mendapatkan ancaman yang sangat luar biasa dari Prabu Maharaja Kanigara Rajendra.

"Ibunda jangan cemas. Kami akan membangun ulang negeri ini. Karena itulah, tunggu ananda di sini." Dalam hati Raden Kanigara Lakeswara merasakan kesedihan yang sangat luar biasa. Akan tetapi pada saat itu ia tidak bisa berbuat apa-apa selain berpasrah diri sambil menunggu rencana berikutnya.

"Kalau begitu kami berangkat dahulu gusti ratu. Sutang kembali memberi hormat.

"Berhati-hatilah selama di jalan. Jika kalian mengalami kesulitan, segera utus salah satu dari kalian untuk meminta bantuan." Ratu Arundaya Dewani hanya tidak ingin terjadi sesuatu terhadap anaknya.

"Akan hamba lakukan gusti ratu." Sutang hanya bisa tersenyum kecil. Sebagai seorang prajurit yang dipercayai untuk mengantarkan Raden Kanigara Lakeswara menuju tabib yang mempuni?. Ia hanya bisa mengiyakan saja, meskipun pada akhirnya rencana lah yang membuatnya patuh pada yang lebih tinggi lagi dalam sistem pemerintahan. "Kami berangkat gusti ratu. Sampurasun." Untuk yang terakhir kalinya ia memberi hormat.

"Rampes." Balas Ratu Arundaya dengan penuh kesedihan. Ia hanya bisa melihat kepergian anaknya bersama beberapa orang prajurit yang mengiringinya. Hatinya pada saat itu sangat sakit luar biasa karena kondisi anaknya yang sedang sakit parah. "Oh!. Putraku. Semoga kau selalu dilindungi oleh dewata agung selama diperjalanan. Ibunda hanya berharap kau akan baik-baik saja." Dalam hati Ratu Arundaya Dewani tidak dapat menahan tangis kesedihannya ia rasakan. "Jika terjadi suatu padamu selama diperjalanan, ibunda tidak sanggup untuk kehilangan dirimu nak. "Ratu Arundaya Dewani tidak dapat membayangkan bagaimana perasaan sedih ketika anaknya pergi untuk selamanya. Jika saja terjadi sesuatu di jalan yang pada saat itu kemungkinan anaknya terbunuh. "Kembali lah engkau dalam keadaan baik-baik saja nak." Sebenarnya ia tidak ingin membayangkan hal yang buruk menimpa anaknya, akan tetapi atas apa yang telah terjadi pikirannya melayang-layang entah ke mana.

...***...

Sementara itu Arya Susena, Patari, Nismara, dan Bajra. Setelah melakukan perjalanan yang agak jauh mereka sampai di tempat tujuan. Pada saat itu mereka bersembunyi di semak-semak sambil mengamati yang ada di depan mereka?.

"Untuk ape kita menunggu disini?. Apakah kita memiliki pekerjaan yang sangat penting di sini arya?." Darsana merasa heran dengan apa yang telah dilakukan mereka semua di sana.

"Kau ini sangat aneh sekali arya. Apa yang sedang kay rencanakan sebenarnya?." Bahkan Bajra ikut bertanya mengenai apa yang akan mereka lakukan.

"Sangat aneh, tidak biasanya." Patari melihat ke arah Arya Susena.

"Sebaiknya aku diam saja." Dalam hati Nismara sangat malas ikut bertanya, saat itu ia sudah mencari posisi yang aman saja, karena ia tidak ingin terlibat dengan hal-hal yang aneh.

"Kalian lihat kawanan perampok itu?." Arya Susena menuju ke arah beberapa orang yang terlihat bersembunyi.

Mereka semua sempat terkejut dengan apa yang mereka lihat saat itu. Mereka tidak menduga akan melihat kawanan perampok dengan senjata lengkap?. Sedang mengamati jalan yang berada di depan mereka.

"Lantas?. Masalahnya apa dengan kita?."  Darsana masih saja belum mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Arya Susena.

"Bukankah kalian menyadarinya?. Jika itu adalah jalur tercepat menuju istana?." Arya Susena sedikit memberikan gambaran terhadap mereka. "Biasanya kawasan ini selalu dijaga dengan sangat ketat." Lanjutnya. "Jangankan kawanan rampok, rakyat biasa saja tidak diizinkan lewat jalur itu." Arya Susena tentunya mengetahui informasi itu dengan sangat baik.

"Jadi?. Intinya kita mau melakukan apa di sini?. Patari masih belum mengerti juga.

"Dari pengamatanku melalui jurus penembus sukma yang aku tanamkan pada raden kanigara lakeswara." Jawabnya sambil melihat ke arah kawanan perampok itu. "Mereka akan meninggalkan istana melalui jalur ini. Dan kalian sendiri dapat melihat?. Siapa yang telah menunggu di sana." Arya Susena tersenyum kecil sambil memberikan gestur pertarungan?.

"Dengan kata lain?. kita harus menyingkirkan para pengganggu itu?. Sebelum raden kanigara sampai di sini?." Kali ini Nismara bersuara. Ia mencoba menembak apa yang diinginkan oleh Arya Susena yang sebenarnya.

"Tepat sekali." Arya Susena mengajukan jempolnya, pertanda iya sangat kagum dengan apa yang ditebak oleh Nismara. "Jangan sampai mereka berbuat kerusuhan, karena mereka adalah suruhan raja jahat itu untuk membunuh raden kanigara lakeswara." Arya susena memberi kode kepada mereka untuk segera bersiap-siap.

"Kalau begitu tunggu apa lagi?. Mari kita lakukan." Nismara dan Patari yang mengerti arti kode itu mulai bersemangat dengan apa yang akan mereka lakukan.

"Mari kita habisi mereka." Nismara sudah tidak sabar dengan apa yang akan mereka hadapi di depan sana.

Bajra dan Darsana hanya menghela nafas melihat semangat kedua pendekar wanita itu. "Kalian ini wanita. Tetapi kenapa kalian yang malah bersemangat jika baku hantam dengan orang lain?." Darsana merasa sangat heran dengan energi yang dimiliki oleh kedua pendekar wanita itu.

"Untung saja kalian memiliki ilmu kanuragan yang sangat tinggi. Jadi kami merasa sangat terbantu dengan adanya kalian." Bajra akui memang terkadang ia merasa kesulitan menghadapi pendekar yang memiliki ilmu kanuragan yang tinggi dibandingkan dirinya. Akan tetapi dengan adanya kedua pendekar wanita itu ia memiliki semangat untuk mengalahkan musuhnya dengan cara apapun.

"Tidak perlu banyak basa-basi lagi. Sebaiknya dipercepat saja." Nismara sudah tidak tahan.

"Lihat lah arya?. Dia melangkah duluan." Darsana menepuk pundak Arya Susena.

"Biarkan saja. Biarkan dia menghilangkan semua tekanan yang ia rasakan selama ini dengan pertarungan ini." Hanya itu saja balasan dari Arya Susena yang terkenal dengan sikap cueknya.

"Hufh." Bajra menghela nafas. "Kau ini terlalu perhatian padanya. Hingga dia terlihat sangat agresif seperti itu." Bajra sangat heran dengan Nismara. "Aku rasa dia memiliki hati padamu. Sehingga ia selalu menuruti ucapanmu." Bajra merasa sangat lelah sendiri.

"Dengar?. Bukan hanya aku saja yang mengatakan seperti itu." Darsana malah tertawa.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!