CHAPTER 17

...***...

"Ayahanda prabu?. Apakah ayahanda prabu bisa menjelaskan pada kami?."

"Nanti saja ayahanda jelaskan. Kalian pergi lah duluan. Besok akan ayahanda ceritakan pada kalian, semuanya tentang ini."

"Baiklah ayahanda prabu. Kami pamit." Kedua kakak beradik itu segera pergi meninggalkan ruangan itu.

Tentunya keduanya sangat patuh, atas apa yang telah dikatakan Prabu Maharaja Kanigara Rajendra. Begitu keduanya pergi meninggalkan ruangan itu?. Ratu Arundaya Dewani masih lanjut, karena ia masih belum mengerti dengan pemikiran Prabu Maharaja Kanigara Rajendra mengenai anaknya.

"Kenapa kanda prabu tidak mau mengobati putra dinda?. Apakah karena putra dinda adalah anak dari orang yang kanda benci ?!.".

"Aku tidak ingin berdebat denganmu terlalu lama dinda. Aku akan mengirimnya keluar istana."

"Keluar istana?. Apa yang akan kanda prabu lakukan pada putra dinda?."

"Dinda tenang saja. Putra dinda akan kanda obati di luar."

"Tapi kenapa harus di luar kanda prabu?. Kenapa tidak di dalam istana saja?." Tangis Ratu Arundaya Dewani semakin kuat mendengarkan ucapan Prabu Maharaja Kanigara Rajendra.

"Bukankah dinda tadi sendiri dengar?. Bahwa tabib istana tidak sanggup untuk mengobati putra dinda?."

"Apakah memang seperti itu tuan tabib?."

"Maafkan hamba gusti ratu. Hamba memang tidak bisa Mengobati raden lakeswara."

"Jika dinda memang ingin putra dinda selamat?. Maka satu-satunya cara pengobatan itu adalah dengan mencari tabib di luar istana."

Ratu Arundaya Dewani tampak berpikir, apakah ia akan percaya?. "Baiklah kanda prabu. Dinda setuju, tapi izinkan dinda untuk ikut."

"Dinda arundaya dewani. Apakah dinda tidak percaya pada kanda?. Serahkan saja keselamatan putra dinda Pada prajurit pilihan kandal. Dan dinda tetaplah berada di istana ini!." Saat itu Prabu Kanigara Rajendra terlihat terlihat sangat marah.

"Baiklah kanda prabu. Akan dinda turuti apapun yang akan kanda prabu katakan." Ratu Arundaya hanya bisa mengalah saja.

"Bagus. Jika memang seperti itu." Prabu Maharaja Kanigara Rajendra tampak puas, setelah mendengarkan ucapan Ratu Arundaya Dewani.

"Kau adalah orang yang sangat kejam sekali kanigara rajendra. Suatu saat nanti. Akan aku ambil kembali tahta sah itu darimu." Dalam hati Raden Kanigara Lakeswara mulai menyimpan dendam yang sangat kuat. "Kau juga harus membayar semua air mata, serta penderitaan yang telah kau berikan pada ibundaku selama ini." Hatinya saat itu sedang dipenuhi oleh amarah yang sangat membara. Apakah dirinya akan berubah setelah mengetahui kebenaran itu?. Simak terus ceritanya.

...***...

Hitam larangan.

Malam masih berlanjut. Nismara saat itu sedang mengamati sekitar batasan area memasuki hutan larangan.

"Arya kurang ajar!. Berani sekali dia memberikan tugas mengusir kutu busuk padaku." Omelnya dalam hati. Ia tidak bisa menolak begitu saja Permintaan itu,. Karena Arya susena sangat mengerikan, jika ada yang membantah ucapannya. "Hufh!." Kali ini Nismara menghela nafasnya sedikit panjang. "Aku harus melakukan pekerjaan yang sangat merepotkan. Sebenarnya ia merasa keberatan, namun ia tidak memiliki pilihan lain.

Namun saat itu matanya melihat ada seseorang yang melewatinya. "Hei!. Anak muda kurang ajar!." Suaranya terdengar sangat berat.

Deg!.

Pemuda itu menghentikan langkahnya, karena ia mendengarkan suara seseorang yang berbicara padanya?. "Aku sama sekali tidak menyadari kehadirannya." Dalam hatinya sangat heran dengan itu.

"Berani sekali kau melewati aku?. Apakah kau mulai bosan hidup?." Aura yang menguar dari tubuhnya terlihat sangat menyeramkan saat itu.

"Ternyata di sini memang di huni oleh tikus busuk!." Pemuda asing itu mengamati penampilan Nismara. "Sepertinya wanita ini sangat berbahaya." Dalam hatinya sendiri merinding melihat hawa yang ditunjukkan Nismara padanya.

"Aku tidak akan pernah mengampuni siapa saja yang telah berani masuk ke sini." Nismara Merasa sangat sakit hati. "Dan kau harus mati!." Ucapnya dengan nada penuh ancaman.

"Kalian semua adalah hadiah istimewa bagiku. Jadi aku harus bisa membunuh kalian semuanya di sini. Dengan penuh percaya diri ia berkata seperti itu.

"Kalau begitu, mari kita bermain-main sebentar." Nismara merasa bersemangat. "Aku akan berterima kasih pada arya, karena dia telah memberikan tugas yang sangat menyenangkan padaku." Ucapnya dengan semangat membara.

Setelah itu ia melompat ke arah pemuda itu,  pertarungan antara Nismara dengan pemuda asing itu telah dimulai. Keduanya yang saling menyerang satu sama lain, terkadang mempertahankan diri dari serangan pukulan, tendangan, atau bahkan serangan pukulan tenaga dalam ilmu kanuragan yang mereka miliki.

Nismara yang memanfaatkan tekanan tenaga angin, sedangkan pemuda itu memanfaatkan benda-benda sekitar. Seperti yang ia lakukan pada saat itu, ketika ia terdesak karena serangan Nismara?. Pemuda itu memotong ranting pohon yang tak jauh darinya?. Ia alirkan tenaga dalamnya pada ranting Pohon itu.

"Hyah!."

Nismara menyalurkan tenaga dalamnya ke telapak tangannya, setelah itu la teruskan ke ranting pohon itu.

DUAR!.

Ranting pohon itu meledak hingga menjadi debu?. Akan sangat berbahaya jika itu mengenai tubuh seseorang, maka akan hancur pula tubuhnya.

"Wanita ini memang tidak bisa dianggap enteng. Dia memiliki kepandaian yang sangat hebat." Dalam hati Pemuda itu mengamati bagaimana bentuk akhir dari ranting pohon itu.

"Boleh juga kekuatan yang kau miliki nini. Tdiak aku duga, meskipun kau seorang wanita?. Pendekar kegelapan?. Ternyata kau sangat hebat dalam menggunakan ilmu kanuragan mu." Ia memuji Nismara sambil mengedipkan matanya.

"Aku sangat benci dengan orang genit seperti kau!." Bentaknya dengan sangat keras. "Akan aku congkel mata kurang ajar itu dengan tanganku ini!. Hya!." Nismara terlihat semakin menyeramkan, hatinya tidak terima begitu saja ketika ia melihat kedipan mata nakal dari pemuda itu.

"Wanita ini sangat bersemangat sekali." Pemuda itu terlihat sangat bersemangat?. Dan bahkan ia tertawa keras. "Hahaha!. Cukup menarik juga. Aku sangat suka dengan perlawanan ini." Pemuda itu seperti orang kerasukan. Raut wajahnya sangat berbeda dari yang tadi.

"Kali ini aku akan lebih serius lagi." Ucapnya sambil memainkan sebuah jurus yang sangat berbahaya. Hatinya sangat sakit, serta panas hanya karena pemuda itu mengedipkan matanya?. "Akan aku bunuh!. siapa saja yang telah berani memperlakukan aku seperti wanita binal!." Ada kemarahan yang ia tunjukkan saat itu, karena ia sangat tidak suka.

"Wanita ini memang sangat mengerikan. Aku harus berhati-hati. Tiba-tiba saja angin sekitar berubah menjadi mengerikan." Dalam hatinya mulai waspada dengan jurus berbahaya yang telah ditunjukkan Nismara.

"Angin membawa kesejukan, namun bisa menjadi ribut jika ada pancingan gejolak. Dan aku lah gejolak yang membawa keributan, akan aku terbangkan semuanya gejolak itu dalam satu gulungan."

Entah mantram apa yang ia bacakan saat itu, ia terlihat sangat menyeramkan. Karena kumpulan angin itu menyelimuti tubuhnya, membungkus tubuhnya, sehingga ia terlihat seperti setan angin yang sangat ganas.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!