CHAPTER 16

...***...

Arya Susena masih saja mengamati hutan larangan. Sebelum malam menjelang, ia selalu memeriksa keadaan hutan larangan melalui hewan-hewan yang ada di sana. Termasuk salah satunya adalah gagak hitam yang banyak berkeliaran di hutan larangan, sehingga memberikan kesan yang sangat menyeramkan bagi manusia biasa yang tidak memiliki kepandaian apapun.

"Entah kenapa aku merasakan, dan melihat hawa hitam yang akan bergerak ke dalam hutan larangan ini." Dalam hatinya sambil melihat gumpalan awan hitam yang tidak biasa, dan saat itu ada seekor gagak hitam yang terbang ke arahnya. Gagak hitam itu hinggap di lengannya, dan gagak hitam itu menatap Arya Susena dengan tatapan yang sangat tajam.

Deg!.

Saat itu Arya Susena mendapatkan sebuah gambaran. Matanya dapat melihat dengan jelas, bagaimana orang asing memasuki hutan larangan.

Deg!.

Arya Susena saat itu seakan-akan dipaksa kembali ke alam nyata setelah melihat gambaran itu.

"Kerja bagus." Arya Susena hanya tersenyum kecil sambil memuji kehebatan yang dimiliki oleh gagak hitam itu dalam merekam apa saja yang ada di sekitarnya.

"Kraak!." Gagak hitam itu mengerti dengan kata pujian yang diucapkan Arya Susena padanya.

"Kalau begitu akan aku suruh nismara untuk mengatasinya. Aku sangat yakin ia akan semangat, jika berhubungan dengan memusuhi laki-laki jahat." Arya Susena tersenyum lebar.

...***...

Darsana yang baru saja kembali dari hutan.

Saat itu ia melihat Patari yang sedang latihan di halaman depan. Gerakan pendekar wanita itu sangat indah, dan sangat cantik, membuat Darsana merasa sangat tertarik untuk melihat gerakan itu.

"Sungguh, dia adalah wanita yang sangat kuat." Dalam hatinya diam-diam mengagumi kehebatan, serta kecantikan yang dimiliki oleh Patari.

"Apa yang membuat dia senyum-senyum sendiri seperti itu?." Dalam hatinya Patari merasa sangat tidak nyaman dengan apa yang ia lihat dari Darsana. "Saat ini dia seperti lelaki mata keranjang yang memperhatikan aku dengan tatapan kelaparan." Dalam hatinya sedikit takut dengan apa yang ia bayangkan tentang senyuman dari Darsana.

Karena tdiak ingin terlalu lama berpikiran, atau pun membayangkan yang dikhayalkan Darsana?. Patari segera melompat ke arah Darsana, tentunya itu membuat pemuda itu sangat terkejut.

"Huwah!. Kau ini membuat aku terkejut saja!." Secara spontan ia membentak Patari karena terkejut.

"Kau itu yang mata keranjang!. Berani sekali kau senyum-senyum menatap aku seperti itu!. Apakah kau pikir aku ini apa?!."

"Apa?. Kau jangan salah faham dulu!. Aku hanya tertarik dengan ilmu kanuragan yang kau mainkan tadi!. Itu sangat indah sekali, seperti sebuah tarian. Kau pikir aku ini adalah lelaki yang suka mempermainkan wanita?!."

Terjadilah perdebatan antara mereka berdua, karena mereka sama-sama tidak mau kalah?. Keduanya seperti anjing dan kucing jika tidak ada Arya Susena.

...***...

Di istana.

Prabu Maharaja Kanigara Rajendra, Raden Kanigara Hastungkara dan Raden Kanigara Ganda datang ke bilik ruangan pengobatan istana. Karena mereka sangat penasaran bagaimana dengan nasib Raden Kanigara Lakeswara. Mereka telah melihat secara langsung bagaimana keadaan Raden Kanigara Lakeswara yang terlihat sangat menyedihkan. Sedangkan Ratu Arundaya Dewani menangis sedih, hatinya sangat sedih, karena tidak ada rasa simpati yang ditunjukkan oleh mereka semua terhadap anaknya.

"Kanda prabu. Apakah kanda prabu tidak merasa kasihan pada putra dinda?."

"Jangan terlalu berlebihan dinda arundaya. Aku juga tidak bisa berbuat apapun, jika memang seperti ini kondisinya."

"Tapi dinda mohon pada kanda agar dapat mengobati ananda lakeswara. Dinda mohon kanda prabu."

Ratu Arundaya Dewani sangat memohon, agar Prabu Maharaja Kanigara Rajendra dapat mengobati anaknya.

"Sudahlah ibunda. Tidak ada gunanya ibunda memohon seperti itu. Lagi pula dia hampir sekarat seperti itu."

"Ananda ganda jangan berkata seperti itu. Bagaimanapun juga putraku adalah bagian dari keluarga besar istana ini!. Jadi putraku berhak untuk mendapatkan perhatian!. Termasuk masalah pengobatan!."

"Ibunda." Dalam hati Raden Kanigara Lakeswara sangat sedih dengan keadaannya yang seperti itu. Sungguh, hatinya sangat sedih melihat tangisan ibundanya yang sangat pilu. Akan tetapi tubuhnya tidak bisa bergerak sama sekali. Sepertinya jurus penembus sukma telah membuat Raden Kanigara Lakeswara lumpuh secara fisik?. Namun sukmanya masih bisa melihat, berbicara, mendengarkan?.

"Lakeswara bukanlah keluargaku dinda arundaya. Dia bukan anakku!."

Deg!.

Raden Kanigara Lakeswara, Raden Kanigara Hastungkara dan Raden Kanigara Ganda sangat terkejut mendengarnya.

"Apa maksudnya itu ayahanda?."

Raden Kanigara Hastungkara dan Raden Kanigara Ganda yang bertanya. Karena Raden Kanigara Lakeswara tidak akan mungkin bisa berbicara dalam keadaan seperti itu.

"Kanda prabu. Bagaimanapun juga dia adalah putramu. Karena kanda prabu telah menikahi dinda."

"Tidak!. Dia bukan anakku!. Meskipun aku menikahimu!. Dia tetap lah putra dari kanigara maheswara!. Dan dia tidak akan pernah menjadi putra kanigara rajendra!."

Suaranya saat itu menggelegar di ruangan pengobatan. Hatinya sangat sakit mengingat bagaimana dengan masa lalu yang ia lalui saat itu. Hatinya yang dipenuhi dendam dendam, rasa itu hati, dan tidak bisa menerima kenyataan.

"Jadi benar?. Yang dikatakan pendekar kegelapan itu?. Bahwa aku adalah putra dari prabu maharaja kanigara maheswara?." Dalam hati Raden Kanigara Lakeswara mengingat apa yang telah dikatakan Arya Susena padanya. Hatinya sangat sakit menerima kenyataan itu.

"Ayahanda raden dibunuh karena perebutan kekuasaan, dari seorang adik yang sangat kejam. Tamak?!. Serta memiliki ambisi yang sangat tidak manusiawi." Itulah yang dikatakan Arya Susena saat itu padanya. "Jika raden telah mengetahui kenyataan itu, maka hamba akan mengabdi pada raden. Akan hamba buka jalan yang sangat lebar untuk raden mengambil kembali tahta yang sah, untuk raden teruskan ke arah yang lebih baik." Arya Susena saat itu terlihat sangat serius. "Karena negeri yang kita tinggali sekarang ini adalah negeri neraka dunia. Itulah alasan kenapa kami terpaksa membunuh para penguasa." Lanjutnya.

"Apakah karena itulah kalian disebut dengan pendekar kegelapan?." Raden Kanigara Lakeswara sedikit penasaran.

"Anggap saja seperti itu. Saking gelapnya kami, membunuh mereka semua kami sanggup walaupun jatuh ke dalam neraka, asalkan kami bisa menghentikan kebiadaban mereka." Dengan penuh keyakinan Arya Susena berkata seperti itu. "Tapi saat hamba mendengarkan mereka mengatakan, jika raden yang merupakan dalang dari kawanan perampokan itu?. Darah hamba rasanya telah mendidih. Karena itulah hamba membunuh semua kawanan rampok itu. Supaya mereka menyesal telah berurusan dengan siapa." Arya Susena terlihat sangat geram.

"Kau terlihat sangat menyeramkan sekali." Raden Kanigara Lakeswara merinding melihat itu.

Namun yang lebih merinding baginya saat itu adalah?. Ia mengetahui sebuah fakta, bahwa ia bukanlah anak kandung dari Prabu Maharaja Kanigara Rajendra, melainkan anak dari Prabu Maharaja Kanigara Maheswara. Kenyataan yang tidak ia ketahui selama ini.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!