CHAPTER 11

...***...

Malam harinya. Raden Kanigara Lakeswara telah memasuki Perbatasan desa Rambe. Akan tetapi pada saat itu prajurit mengatakan, Jika mereka tidak bisa melanjutkan Perjalanan, karena jembatan penyebrangan menuju desa, sedang putus.

"Mohon maaf raden. Kita bermalam di sini untuk sementara waktu."

"Baiklah. Untuk sementara waktu, Kita istirahat malam ini."

"Baik raden."

Mereka semua mendirikan tenda. Malam itu mereka tidak bisa masuk desa, karena jembatan putus. Air Sungai juga sangat deras, sehingga mereka tidak bisa menyebrang dengan menggunakan sampan kecil?. Sebenarnya Raden Kanigara Lakeswara bisa saja menggunakan ilmu kanuragan untuk menyebrang ke desa itu, hanya saja ia tidak mau meninggalkan prajuritnya.

...***...

Sementara itu di sebuah tempat. Setelah berhasil mengalahkan kawanan Perampok. Pendekar kegelapan langsung berkumpul, membicarakan apa yang akan mereka lakukan Selanjutnya.

"Desa telah aman. Kalian kembali lah terlebih dahulu, ke tempat persembunyian untuk istirahat."

"Memangnya kau mau ke mana arya?."

"Aku ingin melakukan sesuatu."

"Mendatangi raden kanigara lakeswara sendirian?."

PLAK!.

Arya Susena memukul kepala Darsana agak keras, sehingga membuat pemuda itu meringis kesakitan. "Lakukan saja, apa yang telah aku katakan pada kalian!."

"Ba-ba-baik!."

Nismara, Darsana, Bajra dan patari langsung Pergi meninggalkan lokasi dengan mengambil langkah seribu. Mereka masih sayang nyawa, jadi mereka tidak berani menolak apa yang telah dikatakan Arya Susena.

"Nama baik raden kanigara lakeswara harus dibersihkan kembali. Aku telah bersumpah, akan menjaganya." Arya Susena telah Memiliki janji pada seseorang, karena itulah ia harus bisa Melakukannya dengan sangat baik.

Tak lama setelah itu, Raden Kanigara Lakeswara sedang melihat sekitar, akan tetapi pada saat itu ada seseorang yang memegang tali kudanya, menuntunnya menuju sebuah tempat.

"Hei!. Siapa kau?. Kenapa kau membawa aku kemari?!."

"Raden tenang saja. Hamba bukanlah orang jahat. Raden tidak perlu cemas. Saya bukanlah orang jahat, ataupun orang yang lancang. ingin merampok raden."

Orang asing itu membawa Raden Kanigara Lakeswara menuju sebuah tempat?. Api unggun?. Apakah kau sengaja membawa aku ke sini?. Raden Kanigara Lakeswara masih duduk di punggung kudanya.

"Mari kita bicara sebentar raden. Ada hal penting yang ingin hamba sampaikan pada raden."

Saat itu Raden Kanigara Lakeswara tampak Sedang berpikir. "Hamba hanya sendirian saja. Teman-teman hamba, kelompok pendekar kegelapan telah hamba suruh pergi dari sni .Setelah berhasil melibas habis kawanan perampok di desa itu."

Deg!. Raden Kanigara Lakeswara langsung turun dari kudanya. Ia mengarahkan Pedangnya ke leher Arya Susena. "Jadi kau adalah kelompok pendekar kegelapan itu?."

"Tenanglah raden. Ada kabar buruk yang akan hamba sampaikan sebelum raden masuk ke desa itu." Raden Kanigara Lakeswara melihat sorot mata pemuda itu, akan tetapi?. Selanjutnya ia malah menghela nafasnya. "Ibunda pernah mengatakan padaku, jika ingin melihat seseorang ingin melakukan kebohongan, melalui tatapan matanya."

"Lalu apa yang raden lihat dari mata hamba?." Dengan sangat ramah ia berkata seperti itu. Ia sama sekali tidak takut dengan tajamnya pedang siap menebas lehernya.

"Kau tidak tampak berbohong sama sekali. Bahkan kau sangat santai sekali." Kembali ia menghela nafasnya. "Atau mungkin kau sudah terbiasa menghadapi suasana seperti ini?. Sehingga aku yang sama sekali tidak memilik pengalaman ini mudah ditipu sapa saja."

Ahaha!. Raden jangan kecewa seperti itu. Hamba tidak akan berani menyakiti raden." Arya Susena hanya bisa tertawa mendengarkan ucapan Raden Kanigara Lakeswara.

"Kalau begitu?. Bagaimana kalau kita berbicara di sana saja raden?."

"Baiklah. Aku juga merasa penasaran dengan apa yang ingin kau katakan padaku."

"Mari raden."

Raden Kanigara Lakeswara menyarungkan kembali Pedang miliknya. Saat itu ia mencoba untuk percaya pada orang asing yang ingin berbicara dengannya. Apakah orang itu memiliki niat jahat Padanya atau memang ingin menyampaikan hal yang sangat berguna baginya. Simak terus ceritanya.

...***...

Sementara itu. Para prajurit yang datang ber sama Raden Kanigara telah Selesai mendirikan tenda.

"Hei!. Apakah perlu kita lakukan sekarang?." "Nanti saja. Tujuan utama kita hanya sampai pertarungan saja. Kita hanya diperintahkan untuk mengawasinya. Jika ada kesempatan. Baru lah kita ikut campur nantinya."

"Baiklah."

Sepertinya para prajurit itu telah diperintahkan untuk mencelakai Raden Kanigara Lakeswara.

...***...

Kembali ke masa itu, di mana Arya Susena yang dalam wujud kucing hitam mendengarkan pembicaraan kawanan perampok.

"Dalam tugas perampokan ini, kita harus bisa memancing dua kubu."

"Dua kubu?. Apa maksudmu kakang?."

"Kita harus bisa memancing lakeswara ke tempat kelompok pendekar kegelapan. Karena berita yang menyebar, tentang raden kanigara lakeswara yang ingin mengambil alih desa ini." Ia malah tersenyum lebar, sambil membayangkan, rencana Sempurna yang akan mereka lakukan. "Keduanya saling membunuh satu sama lain. Kira-kira itulah tugas kita. Aku sangat yakin, jika rencana yang telah dibuat raden kanigara ganda dan juga raden kanigara hastungkara akan berjalan dengan sangat mulus."

Kembali ke masa ini.

Arya Susena telah menceritakan itu semua pada Raden kanigara Lakeswara. "Hamba secara langsung mendengarkan pembicaraan itu. Hamba tidak berbohong sama sekali raden."

"Jadi kedua raka-ku benar-benar ingin membunuh aku di desa ini?." Raden Kanigara Lakeswara tampak shock.

"Raden telah mengetahui rencana itu?."

"Aku hanya tahu, jika mereka memang ingin menyingkirkan aku. Tapi aku tidak mengetahui sama sekali, jika cara seperti itu yang mereka gunakan." Raden Kanigara Lakeswara merasa Sangat terpukul dengan kenyataan itu. "Memfitnah aku, dan juga berniat untuk membuat aku terbunuh oleh pendekar kegelapan. Sungguh rencana yang sangat luar biasa." Hatinya sangat miris dengan itu.

"Karena itulah hamba melarang raden menuju desa itu. Hamba lah yang telah merusak jembatan itu, supaya raden tidak mengalami kesulitan. Karena penduduk desa sangat marah pada raden." Ucapnya dengan Penuh rasa simpati yang sangat besar.

"Tapi kenapa kau lakukan itu?. Kenapa kay ingin melindungi aku?." Raden Kanigara Lakeswara tampak cemas.

"Hamba akan mengatakan pada raden. Tapi raden harus berjanji, jika raden harus percaya dengan apapun yang hamba katakan. Ini semua demi keselamatan raden."

"Baiklah. Jika memang seperti itu." Raden Kanigara mempercayai apa yang telah dikatakan pemuda asing itu?. Apa yang akan mereka lakukan?. Simak terus ceritanya.

Prajurit yang datang bersama Raden Kanigara Lakeswara mulai mencemaskan sesuatu, Sehingga mereka saling bertatapan satu sama lain, seakan-akan hendak bertanya? Alasan kenapa Raden Kanigara Lakeswara belum kembali juga?. Namun pada saat itu mereka sangat dikejutkan dengan suara yang sangat keras.

Deg!.

"Suara itu seperti suara raden lakeswara."

"Tidak salah lagi, itu adalah suaranya."

Apakah yang akan mereka lakukan?. Apakah benar itu adalah suara Raden Kanigara Lakeswara?. Apa yang terjadi padanya?. Temukan jawabannya.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!