CHAPTER 7

...**...

Raden Kanigara Lakeswara saat itu sedang bersama ibundanya. Hanya ibundanya seorang yang selalu peduli padanya. Sedangkan ayahandanya?. Dan juga semua saudara-saudaranya seakan-akan membenci dirinya yang telah berbuat jahat padanya. Saat itu ia datang untuk memenuhi ibundanya, karena ia ingin mengetahui sesuatu tentang kerajaan yang telah dipimpin oleh ayahandanya?.

"Kenapa ananda terlihat sangat gelisah seperti itu?. Apakah ananda sedang memikirkan sesuatu?."

"Ada satu hal yang membuat ananda ingin bertanya ibunda."

"Apa yang ingin kau ketahui anakku?. Katakan saja pada ibunda. Semoga saja ibunda bisa membantumu."

"Kenapa kerajaan ini masih terdengar ratapan rakyat ibunda?. Seakan-akan negeri ini sedang menangis."

Ratu Arundaya Dewani sangat terkejut dengan apa yang ia dengar dari putranya. Dalam hatinya sangat gelisah?. "Kenapa ananda berkata seperti itu?. Apakah yang ananda dengar?. Negeri ini sangat aman anakku." Ucapnya dengan perasaan yang sangat cemas.

"Tidak ibunda. Negeri ini sedang menangis. Ananda mendengarkan laporan itu langsung dari orang-orang yang datang ke istana ini. Tapi laporan itu sangat berbeda sampai ke telinga ayahanda prabu."

"Tenanglah anakku. Kau jangan terbawa suasana dulu nak."

"Tapi ananda mendengarkan, dan merasakan langsung. Jika tidak sesuai dengan laporan yang masuk, dan sampai pada ayahanda prabu?. Maka ananda sendiri yang akan mengatakan kebenaran berita itu ibunda."

"Tidak!. Jangan katakan apapun pada ayahandamu nak!. Jangan!."

Ratu Arundaya Dewani sangat terkejut dengan apa yang dikatakan anaknya, hingga saat itu ia terpaksa membuat anaknya duduk dengan paksa.

"Ibunda?. Kenapa ibunda?!. Kenapa ibunda melarang aku untuk menyampaikan kebenaran informasi itu pada ayahanda prabu?!."

Tentunya Raden Kanigara Lakeswara heran dengan sikap ibundanya. "Apakah ayahanda akan menghukum saya?. Jika saya mengatakan yang sebenarnya?!."

Ratu Arundaya Dewani menangis sedih mendengarkan ucapan anaknya itu. Hatinya sangat sakit mengingat itu semua, semua yang telah dialami anaknya dari kecil hingga sekarang. "Lebih dari itu nak!. Lebih dari sekedar marah!. Ayahandamu bisa kalap!. Dia bisa membunuhmu jika dia mau!." Hati ibu mana yang tidak menjerit menangis pedih, atas nasib anaknya itu.

Deg!.

Raden Kanigara Lakeswara terdiam mendengarkan ucapan ibundanya. "Aku tidak menyangka akan memiliki seorang ayahanda yang sangat kejam seperti itu."

"Karena itulah nak!. Jangan lakukan hal yang membuat ayahandamu marah nantinya." Ia memeluk anaknya dengan perasaan cemas yang sangat luar biasa. "Ibunda mohon, untuk saat ini kau tetaplah menjadi anak yang baik. Apalagi mereka yang selalu ingin mencari kesalahan yang telah kau lakukan nak!. Ibunda tidak mau kehilangan dirimu."

"Ibunda tenang saja. Aku akan baik-baik saja."

Raden Kanigara Lakeswara hanya bisa menenangkan ibundanya yang sedang menangis sedih, ia tidak ingin membuat ibundanya sedih.

"Kau harus berhati-hati dalam bertindak nak. Ibunda hanya cemas pada dirimu nak."

"Ya. Tentu saja ibunda. Maafkan saya, karena telah membuat ibunda menangis."

"Ibunda hanya tidak ingin kau terluka nantinya nak. Karena itulah kau jangan gegabah dalam bertindak."

"Akan ananda ingat nasihat ibunda."

"Oh!. Putraku."

Ratu Arundaya Dewani memeluk anaknya dengan sayang. Ia tidak bisa membayangkan, jika suaminya itu akan melakukan hal yang sangat kejam pada anaknya suatu hari nanti. Apakah yang akan dilakukan Raden Kanigara Lakeswara setelah ini?. Simak terus ceritanya.

...***...

Sementara itu, Prabu Maharaja Kanigara Rajendra saat itu sedang memikirkan apa yang telah terjadi di negeri ini setelah adanya kelompok yang mengaku sebagai pendekar kegelapan?.

"Apakah mereka ingin melakukan sesuatu padaku?. Dengan cara membunuh siapa saja yang telah berbuat tidak adil pada rakyat?." Dalam hatinya nampak berpikir keras mengenai itu.

Namun saat itu kedua putranya datang menemuinya. Keduanya yang saat itu baru saja kembali dari luar, setelah belajar ilmu kanuragan yang sangat mempuni.

"Salam hormat kami ayahanda prabu."

"Salam hormat kalian aku terima. Duduklah."

"Terima kasih ayahanda prabu."

Setelah memberi hormat, keduanya duduk dengan sangat tenang. Kedua kakak beradik yang dari ibu yang sama?.

"Bagaimana latihan yang ananda berdua lakukan?. Apakah ananda berdua telah mempersiapkan diri untuk mencalonkan diri sebagai putra mahkota terhormat?!. Dan akan menjadi bakal calon raja?."

"Tentu saja kami telah menyiapkan diri kami ayahanda prabu."

"Kami sangat siap sekali ayahanda prabu."

Raden Kanigara Hastungkara dan Raden Kanigara Ganda sangat terlihat siap, sehingga membuat Prabu Maharaja Kanigara Rajendra terkesan dengan sikap siap kedua anaknya.

"Bagus!. Itu yang ayahanda harapkan dari kalian."

"Lantas?. Kapan penyelenggaraan itu diadakan ayahanda prabu?. Rasanya ananda sudah tidak sabar lagi."

"Benar itu ayahanda prabu. Kami tidak sabar lagi ingin menunjukkan siapa yang lebih pantas."

Keduanya terlihat sangat tidak sabaran?. Sehingga keduanya terlihat terburu-buru?. Prabu Maharaja Kanigara Rajendra terkekeh kecil dengan semangat yang telah ditunjukkan kedua anaknya. "Tenanglah. Kalian berdua pasti akan masuk ke dalam calon penyelenggaraan itu. Tapi sebelumnya kalian harus menyingkirkan rayi kalian itu."

"Rayi?."

Raden Kanigara Ganda dan Raden Kanigara Hastungkara sangat terkejut dengan apa yang mereka dengar saat itu.

"Apakah yang ayahanda maksudkan adalah rayi lakeswara?."

"Ya, siapa lagi rayi laki-laki kalian selain dia?. Apakah kalian memiliki rayi laki-laki lain?. Selain dia?."

"Tentu saja tidak ayahanda. Hanya saja, kenapa harus menyingkirkan dia dahulu ayahanda?."

"Benar itu ayahanda. Apakah ayahanda bisa menjelaskan pada kami?."

Raden Kanigara Hastungkara dan Raden Kanigara Ganda tentunya ingin mendengarkan langsung dari Prabu Maharaja Kanigara Rajendra mengenai masalah dan alasan itu.

"Tidak mungkin kami menyingkirkannya tanpa adanya alasan yang tepat ayahanda prabu."

"Benar yang dikatakan raka ganda. Tidak mungkin kami menyingkirkannya begitu saja. Lalu bagaimana dengan tanggapan yang lainnya?. Meskipun ayahanda telah mengizinkan kami untuk menyingkirkan dia ayahanda prabu."

Prabu Maharaja Kanigara Rajendra hanya tertawa kecil melihat raut wajah kedua anaknya yang terlihat sangat lucu baginya. "Apa susahnya menyingkirkan dia?. Apakah kalian tidak pernah mengingat apa yang ayahanda katakan pada kalian sebelumnya?."

"Memang ayahanda prabu pernah mengatakan pada kami, jika anak itu akan membawa petaka jika menjadi raja. Karena itulah kami harus menyingkirkan rayi lakeswara."

"Dia akan menjadi ancaman, jika ikut dalam pemilihan calon putra mahkota yang akan memegang tampuk pemerintahan ini nantinya."

"Jika kalian telah mengetahui itu, maka lakukan dengan benar?!. Maka ayahanda akan memberikan payung hukum untuk melindungi kalian dengan alasan itu adalah bagian dari pemilihan alam yang kejam. Apakah kalian bisa melakukan itu?."

"Tentu saja kami bisa melakukan itu ayahanda prabu."

Sepertinya ada niat jahat yang akan mereka lakukan pada Raden Kanigara Lakeswara?. Apakah yang akan mereka lakukan setelah ini?. Apakah yang akan terjadi?. Simak terus ceritanya. Temukan jawabannya.

Next.

...***...

Terpopuler

Comments

Sak. Lim

Sak. Lim

naiiif otak nya di pantatnya

2023-08-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!