CHAPTER 8

...***...

Pagi itu Arya Susena sedang berlatih di halaman belakang. Pagi itu ia sedang bersemangat, itulah alasan kenapa ia ingin latihan. Beberapa jurus ia mainkan untuk mengeluarkan keringatnya. Sesekali ia melompat, dan mengerahkan tenaga dalamnya ke telapak tangannya untuk menyalurkan tenaga dalamnya. Akan tetapi, siapa yang menduga, jika Nismara saat itu sangat terkesan, ia sangat kagum dengan gerakan-gerakan olah kanuragan yang dilakukan oleh Arya Susena.

"Meskipun aku benci pada laki-laki, kenapa padanya aku tidak bisa benci sama sekali?." Dalam hatinya sat itu berpikir tentang alasan kenapa ia benci. "Sepertinya ada yang salah dengan diriku ini. Atau ada sesuatu yang salah dengan hatiku ini?." Dalam hatinya saat itu sedang bertarung dengan akal pikirannya yang bergejolak. Hingga tanpa sadar i a malah berkata sesuatu yang sangat aneh pada Arya Susena. "Sebenarnya ilmu apa yang telah kau lambari pagi ini arya susena?. Sehingga aku hampir terkesan padamu." Ucapnya tanpa sadar.

Arya Susena langsung menghentikan apa yang telah ia lakukan saat itu. Ia melompat ke arah Nismara, ingin memastikan sekali lagi atas apa yang dikatakan oleh Nismara padanya. "Katakan sekali lagi, apa yang kau katakan tadi."

Deg!.

"Memangnya aku berkata apa tadi?. Kau jangan meminta yang aneh--aneh padaku!."

Wajah gadis itu memerah padam, ia sangat malu sekali karena ucapannya didengar oleh Arya Susena. Dalam hatinya mengutuk mulutnya yang keceplosan. "Dasar mulut kurang ajar!. Akan aku robek kau nanti!." Dalam hatinya sangat mengutuk apa yang telah ia katakan tadi.

"Baiklah. Aku tidak akan meminta yang aneh-aneh." Arya Susena mengalah. "Aku tahu kau adalah pendekar wanita yang memiliki harga diri yang sangat tinggi. Meskipun aku tadi dengan sangat jelas mendengarkan apa yang kau ucapkan tadi." Dalam hatinya sangat menghormati apa yang telah dilakukan Nismara.

Untuk sesaat kedua insan tersebut melupakan apa yang telah terjadi, dan kali ini merek telah fokus kembali dengan apa yang telah mereka rencanakan.

"Apakah kau telah selesai latihan?."

"Ya, aku rasa seperti itu. Apakah kita memiliki pekerjaan baru?."

"Setelah mengisi perut kita di pagi hari, aku rasa bajra mendapatkan informasi baru."

"Baiklah. Jika memang seperti itu maka akan kita lakukan."

Setelah itu keduanya masuk ke dalam, untuk menemui yang lainnya. Mereka memiliki pekerjaan baru yang harus segera dilakukan. Menghukum mati siapa saja yamg telah berani membuat rakyat menderita. Apakah yang akan mereka lakukan setelah ini?. Simak terus ceritanya.

...***...

Sementara itu di istana.

Prabu Maharaja Kanigara Rajendra saat itu sedang bersama Patih Palasara Mada, keduanya sedang membahas tentang kelompok pendekar kegelapan yang sangat meresahkan bagi mereka, namun penyelamat bagi rakyat yang tertindas.

"Aku sangat tidak tahan dengan apa yang mereka lakukan, bisa jadi orang agung yang telah terlanjur masuk ke dalam lubang hitam akan bertaubat kaena takut dibunuh oleh pendekar kegelapan."

"Itu bisa membuat pemasukan istana akan menurun gusti."

"Aku ingin kau membuat pengumuman sayembara. Bagi siapa saja yang bisa membunuh kelompok kegelapan, maka akan aku hadiahkan emas dan juga jabatan di istana ini."

Pada saat itu Prabu Maharaja Kanigara Rajendra mengatakan akan mengadakan sayembara bagi siapa saja yang dapat membunuh kelompok pendekar kegelapan?.

"Apakah itu tidak akan berisiko gusti?."

"Resiko apa yang akan kita dapatkan?. Katakan padaku."

"Bisa saja rakyat akan marah, dan malah balik memberontak gusti."

"Akan aku hukum mati!. Siapa saja yang berani melindungi mereka semua!."

Kemarahannya semakin memuncak, mendengarkan apa yang dikatakan Patih Palasara Mada. Sang prabu hanya tidak ingin pemasukan istana berkurang, karena sang prabu menyadari jika hanya melalui orang-orang yang seperti itu lebih banyak, dari pada rakyat kecil yang memiliki penghasilan kecil.

"Katakan dengan tegas dalam sayembara itu!. Supaya mereka semua mengetahui!. Siapa prabu maharaja kanigara rajendra!."

"Baiklah gusti prabu. Akan hamba sampaikan dengan benar, apa yang gusti prabu katakan."

"Bagus!. Katakan dengan jelas!. Dan ini adalah ancaman buat kelompok pendekar bodoh itu!. Bahwa mereka telah salah lahir di negeri yang aku pimpin!."

"Akan hamba sampaikan semuanya gusti prabu."

Apakah negeri ini memang dipimpin oleh seseorang yang memiliki kekejaman yang sangat luar biasa?. Apakah tidak ada niat untuk memberikan kemakmuran yang ia miliki pada rakyat kecil?. Simak terus ceritanya.

...***...

Masih dilingkungan istana.

Raden Kanigara Ganda saat itu menemui adiknya Raden Kanigara Lakeswara. Ada maksud hal yang hendak ia sampaikan pada adiknya.

"Duduk lah raka."

"Terima kasih rayi."

"Apakah aku mengganggumu?."

"Sama sekali tidak raka. Aku baru saja hendak keluar untuk latihan berkuda."

"Bukankah kau sudah mahir dalam berkuda?. Tapi kenapa masih ingin belajar naik kuda?. Kau ini agak aneh."

Raden Kanigara Lakeswara hanya tertawa saja, karena itu hanyalah alasannya saja agar rakanya itu tidak merasa curiga dengan apa akan ia lakukan.

"Lantas?. Apa yang membuat raka datang ke sini?. Apakah ada hal penting yang hendak raka sampaikan pada saya?."

"Ada. Ada hal yang sangat penting, dan ini hanya kau saja yang bisa melakukan itu."

"Apakah itu raka?. Katakan saja padaku."

"Ini tugas penting dari ayahanda prabu. Katanya ada beberapa kelompok perampok yang sangat meresahkan sebuah desa. Jadi kau diminta ayahanda prabu untuk mengatasi masalah itu."

Raden Kanigara Lakeswara tampak berpikir dengan apa yang diucapkan Raden Kanigara Ganda. Karena informasi yang diberikan kakaknya itu terasa sagat aneh, dan ada yang tidak beres dengan itu.

"Tidak biasanya raka ganda yang memberitahu tugas penting ini. Rasanya ada sesuatu yang akan ia lakukan padaku." Dalam hatinya merasakan perasaan yang tidak enak sama sekali.

"Bagaimana rayi lakeswara?. Apakah kau bisa melakukan tugas khusus yang diberikan ayahanda prabu padamu?."

"Oh?!. Baiklah raka. Akan saya lakukan. Saya akan melaksanakan tugas dari ayahanda prabu dengan segenap hati saya."

"Bagus sekali rayi. Kau memang paling bisa diandalkan. Aku yakin ayahanda prabu akan bangga padamu."

Tidak ada tanggapan dari Raden Kanigara Lakeswara, ia hanya mengiyakan saja. Meskipun ia merasa keberatan dengan apa yang akan dilakukan nanti, tapi ia merasa sangat penasaran dengan rencana yang akan siapkan mereka untuknya.

"Kalau begitu aku pamit dulu. Karena ada hal penting yang akan saya lakukan. Selamat menjalankan tugas rayi."

"Baiklah raka. Saya akan melakukan persiapan sebelum melakukan tugas."

Raden Kanigara Ganda pergi meniggalkan Raden Kanigara Lakeswara yang saat itu sedang memikirkan hal buruk yang akan ia alami nantinya. Apakah nasib buruk?. Atau hanya perasaannya saja?.

"Aku harus memastikan kebenaran itu."

Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Temukan jawabannya.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!