CHAPTER 10

...***...

Kelompok pendekar kegelapan telah bergerak, mereka telah berada di desa Rambi, desa yang kini sedang mengalami nasib yang sangat malang. Desa yang katanya dijarah oleh para perampok yang sangat ganas. Bukan hanya merampok saja, tapi mereka membawa anak gadis desa. Sungguh tindakan yang sangat kejam, dan sangat tidak manusiawi.

Saat ini mereka sedang memantau di mana lokasi para perampok itu sedang bercokol, sebelum mereka melanjutkan aksi mereka. Namun sayangnya meraka tidak bisa mendengarkan apa yang dibicarakan para kawanan perampok itu. Tanpa banyak bicara?. Arya Susena berubah menjadi kucing hitam, dengan santainya ia melompat dalam wujud kucing hitam.

"Kurang ajar sekali anak ini. Dia bisa melakukan itu dengan cepat, dari pada aku yang rajanya mengumpulkan informasi." Dalam hati Bajra.

"Jurus itu sangat kurang ajar sekali. Dia lebih unggul dari pada kami." Dalam hati Nismara.

"Jurus yang sangat merepotkan buat musuh, namun menguntungkan bagi lawan. Tapi bagiku itu adalah jurus yang sangat pengecut!. Dasar tidak jantan sama sekali!." Dalam hati Patari.

"Dia ini memang sangat pandai membuat orang lain merasa minder dengan apa yang telah dia lakukan. Rasanya ingin aku mengutuknya." Dalam hati Darsana merasa heran.

Mereka sebenarnya sangat kagum dengan kesaktian yang dimiliki oleh Arya Susena, hanya saja ada perasaan kesal, dan perasaan iri yang terselip di hati mereka. Kita lupakan sejenak apa yang mereka rasakan, karena ilmu kanuragan yang dimiliki oleh Arya Susena memang di atas mereka, jadi mau tak mau mereka harus mengakui itu.

Arya Susena yang berada di dalam wujud kucing pun telah berhasil masuk ke dalam tenda kawanan perampok dengan aman, tanpa ada satu orangpun yang merasa curiga. Arya Susena dengan sangat leluasa mendengarkan apa yang mereka bicarakan.

"Apakah kalian telah menyebarkan berita tentang itu?. Berita tentang kawanan perampok yang melakukan aksi mereka atas perintah dari raden kanigara lakeswara?."

"Kakang tenang saja. Kami telah melakukannya dengan sangat baik. Warga desa rambi sangat percaya, dan mereka sangat ketakutan sekali kakang."

Mereka malah tertawa setelah mendengarkan ucapan itu?. Seperti ada hal yang sangat lucu, sehingga mereka tertawa sangat puas. Pada saat itu mereka berbicara dengan sangat lancar, tanpa menyadari jika ada seseorang yang menyimak pembicaraan itu.

"Seperti yang aku duga sebelumnya. Ini ada kesalahan yang tidak bisa dimaafkan." Dalam hati Arya Susena sangat marah luar biasa.

"Panas. Kenapa cuaca tiba-tiba saja panas kakang?."

"Entahlah adi. Rasanya tempat ini hampir saja terbakar saking panasnya."

Saat itu mereka semua kepanasan, sehingga pergi meninggalkan tenda besar itu untuk mendinginkan suhu tubuh. Sedangkan Bajra, Nismara, Patari, dan Darsana dapat melihat, serta menebak alasan kenapa mereka semua keluar dari tenda itu dalam keadaan kepanasan.

"Aku rasa si arya itu memang gila!. Ketika marah?!. Udara sekitar jadi panas. Aku rasa saat ini dia sedang sangat marah, meskipun aku tidak mengetahui dengan jelas, alasan kenapa dia marah."

"Mungkin dia sedang mendengarkan rencana jahat dari kawanan perampok itu. Sehingga dia kepanasan."

"Kadang aku merasa arya memang sangat menyeramkan dari malaikat maut."

"Kalian ini terlalu berlebihan dalam menilainya."

Hanya Darsana yang kadang merasa Arya Susena itu masih normal, dan masih memiliki perasaan yang sangat sensitif. Apakah yang akan mereka lakukan setelah ini?. Simak terus ceritanya.

...***...

Di istana.

Ratu Arundaya Dewani saat itu menemui Prabu Maharaja Kanigara Rajendra. Hatinya masih merasa keberatan dengan tugas yang telah dilakukan oleh Raden Kanigara Lakeswara anaknya.

"Mohon ampun kanda prabu, jika saya datang di saat yang tidak tepat."

"Katakan saja, apa yang dinda ingin katakan. Jangan berbelit-belit. Aku sangat tidak suka jika kau telah mengetahui bahwa kau mengganggu aku?. Tapi kau masih berani masuk ke sini?."

"Saya hanya ingin memastikan, kenapa kanda prabu menyuruh putra saya melakukan tugas membasmi para kawanan perampok?. Itu adalah pekerjaan yang sangat berbahaya kanda. Bisa membahayakan keselamatan ananda lakeswara."

Ratu Arundaya Dewani mengatakan itu sambil menahan perasaan tangisnya. Sedangkan Prabu Maharaja Kanigara Rajendra sangat marah.

"Sebagai putra mahkota?. Apakah tidak ada yang bisa anakmu lakukan selain berdiam diri saja?. Bahkan para prajurit yang berdiam diri mematung di pintu bilik aku ini masih memiliki manfaat, untuk melaporkan siapa saja padaku yang hendak masuk ke ruangan ini!. Bahkan mereka lebih berguna dari putramu itu!."

"Kejam sekali engkau kanda prabu!. Kejam sekali kanda prabu membandingkan putra saya dengan tugas seorang prajurit jaga!."

"Jika anakmu itu tidak ingin dibandingkan dengan prajurit jaga?!. Maka lakukan apapun yang aku perintahkan!."

Hati Ratu Arundaya Dewani sangat sakit mendengarkan ucapan itu. Apa lagi suaminya itu sangat marah-marah padanya. Perasaan dendam di masa lalu, masih membekas di dalam ingatan masing-masing, atas apa yang telah mereka lalui saat itu.

"Setidaknya kanda prabu-."

"Pergi kau dari sini!. Kesabaranku hari ini sedang sangat tipis. Setipis daun lontar yang siap aku tulis, jika kau bukanlah istriku lagi."

"Baik!. Saya pergi!."

Kala itu Ratu Arundaya Dewani sedang menahan suaranya karena ia tidak ingin menangis. Hatinya sangat sakit, dadanya terasa sangat sesak menahan kesedihan yang ia rasakan.

"Saya harap kanda tidak akan pernah menyesal, apapun yang akan kanda terima nantinya."

Setelah berkata seperti itu, Ratu Arundaya Dewani langsung meninggalkan tempat. Hatinya yang saat itu sangat sakit atas apa yang telah dilakukan Prabu Maharaja Kanigara Rajendra padanya. Hati ibu mana?. Hati wanita mana?. Yang tidak sakit?. Jika ucapannya tidak didengar oleh orang yang seharusnya melindungi dirimu?. Dan melindungi anakmu?.

"Sampai kapan dia akan memperlakukan aku seperti ini?. Dia yang telah merebut aku darinya. Tapi kenapa dia malah tega memperlakukan aku seperti ini?. Apakah dia pikir aku ini tidak memiliki perasaan sakit?!." Dalam hati Ratu Arundaya merasakan sakit yang sangat luar biasa. "Kenapa?. Jika kau hanya ingin balas dendam padanya?. Kenapa padaku kau lampiaskan semua rasa sakit itu?. Apakah kau tidak berpikir?. Jika aku merasakan sakit?. Atas apa yang telah kau lakukan?." Dalam hatinya sangat merasakan perasaan yang sangat luar biasa sakitnya. "Ah!. Aku lupa. Kau adalah orang yang sama sekali tidak memiliki perasaan apapun. Sehingga kau tidak akan pernah merasakan perasaan sakit yang aku rasakan selama ini. Kau adalah orang yang paling kejam yang ada di dunia ini!." Hatinya sangat lupa dengan siapa ia berhadapan. Prabu Maharaja Kanigara Rajendra yang tidak memiliki perasaan apapun untuk merasakan, bagaimana penderitaan pada orang lain. Hatinya benar-benar hati batu, dan tidak memiliki simpati.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!