KABAR?

...***...

Sudah beberapa kali memastikan bahwa tidak ada orang yang mencurigakan?. Nismara dan Patari berhenti di perbatasan desa, sekalian untuk istirahat sejenak.

"Kau ini sangat gila sekali nismara! Nafasku benar-benar hampir saja putus!."

"Kau saja yang lemah, jangan salahkan aku!."

"Kau ini memang sangat keterlaluan sekali!."

Patari sangat kesal, karena Nismara hanya terbawa amarah, sehingga ia tanpa berhenti terus berjalan?. Namun pada saat Patari marah-marah?. Bajra dan Darsana datang, keduanya hanya pasrah saja melihat pertengkaran kedua pendekar wanita itu.

"Makanya aku malas melakukan pekerjaan apapun denganmu! Karena kau sangat menyebalkan!"

"Hei?! Ada masalah apa? Sehingga kau marah-marah seperti itu?."

Bajra dan Darsana malah melihat perdebatan yang tejadi antara Patari dan Nismara, keduanya pendekar wanita itu terlihat sangat ngotot akan sesuatu.

"Akhirnya kalian datang juga."

Patari  mendekati Bajra dan Darsana, ia merengek mengadu atas apa yang ia alami saat itu.

"Nismara sangat jahat sekali padaku bajra, dia memaksa aku hingga jalan terus."

"Heh!. Dasar wanita lemah!. Sekarang kau malah mengadu pada laki-laki yang belum tentu bisa membelamu!."

"Ahaha!."

Bajra dan Darsana hanya mampu tertawa saja atas apa yang dikatakan Nismara.

"Dia ini punya dendam apa sebenarnya pada laki-laki? Sehingga seperti itu?." Dalam hati Bajra. "Sangat menakutkan sekali dia ini." Dalam hatinya sangat bingung dengan sikap yang seperti itu.

"Rasanya aku tadi tidak salah dalam menghidangkan makanan untuknya? Tapi kenapa dia ini sangat pemarah sekali?." Dalam hati Darsana. "Aku sudah sangat yakin makanan yang aku sajikan itu aman, aku rasa mereka saja yang cepat naik darah." Dalam hatinya sangat yakin dengan apa yang telah ia masak itu aman untuk pencernaan, otak, dan pikiran mereka.

"Aku kadang bertanya-tanya pada diriku ini? Apakah aku kategori wanita yang suka marah-marah seperti dia?." Dalam hati Patari tidak bisa membayangkan dirinya yang memiliki sifat pemarah seperti itu. "Tapi aku rasa tidak." Dalam hatinya lagi.

"Apakah pekerjaan kalian telah selesai? Membebaskan tahanan dari tangan ampas busuk itu?!."

"Tentu saja kami telah berhasil melakukannya."

"Wah! Hebat sekali."

Patari sangat terkesan dengan apa yang ia dengar saat itu. Mereka hanya melakukan berdasarkan tugas masing-masing saja, tentunya itu sangat mudah untuk mereka selesaikan.

...***...

Di sebuah tempat persembunyian.

Ada dua orang laki-laki masuk ke dalam sebuah Goa, di sana mereka menemui seorang laki-laki setengah baya yang telah dianggap sebagai pemimpin.

"Sampurasun."

"Rampes."

"Ada apa adi? Apakah sudah ada kabar dari arya susena?."

"Untuk saat ini belum kakang, belum ada surat sama sekali yang datang pada kami."

"Kalau begitu bersabarlah, mungkin saja dia sedang mengatasi masalah lain."

"Katanya sedang mengincar beberapa petinggi istana yang telah menyengsarakan rakyat, mereka membunuh petinggi istana yang mencekik rakyat."

"Mencekik rakyat? Maksudmu dalam masalah pajak?."

Mereka tentunya mengetahui apa yang akan dilakukan Arya Susena, kadang mereka juga mendapatkan surat dari Arya Susena tentang apa yang ia lakukan.

"Dalam gulungan surat terakhir? Bukan hanya masalah pajak, namun juga masalah kehormatan seorang wanita, mereka benar-benar berhati binatang kakang."

"Demi Dewata agung, kenapa mereka sangat gemar sekali berbuat jahat pada orang lain? Sangat tidak manusiawi sekali mereka itu."

"Kehidupan yang kita lalui terasa di neraka, semenjak Gusti Prabu dan Gusti Patih disingkirkan dari istana."

Terlihat sangat jelas bahwa mereka sangat mengeluh, bahkan mereka sebelumnya adalah petinggi istana. Namun saat ini mereka menjadi buronan selama bertahun-tahun demi bertahan hidup. Lantas apa yang akan mereka lakukan setelah ini?. Simak dengan baik kisahnya.

***

Di sebuah tempat yang cukup terpencil.

Saat itu ada tiga orang pendekar yang sedang bertarung, mereka terlihat sangat berambisi sekali. Apakah mereka hanya melindungi diri atau apa?. Sementara itu di saat yang bersamaan ada seorang wanita yang bersembunyi di tempat aman.

Duakh!.

Terdengar suara tendangan yang cukup keras, namun pendekar itu tidak jatuh begitu saja ke tanah, karena ia menahan tubuhnya dengan tekanan ilmu tenaga dalamnya, hingga tubuhnya aman dari benturan pohon.

Pertarungan tidak akan terhenti hanya karena itu, ia segera membantu temannya untuk menjatuhkan musuhnya.

"Kurang ajar! Ternyata mereka ini cukup keras kepala juga." Dalam hati pemuda itu merasa sangat kesal dengan apa yang telah terjadi.

Untuk sesaat mereka mengambil nafas setelah melepaskan beberapa jurus, ternyata mereka cukup seimbang?.

"Heh! Boleh juga kau orang asing, kau cukup pintar untuk mengatasi jurus milik kami." Ia telah siap dengan golok tajam di tangannya.

"Kisanak terlalu memujiku, aku hanya menghindari serangan saja."

"Merendahkan diri, ternyata kau memiliki sifat seperti itu?." Pemuda yang satunya lagi telah siap dengan cambuk di tangannya. "Aku sangat benci dengan orang yang merendahkan begitu, rasanya aku sedang diremehkan olehnya."

"Cepat sekali kisanak tersinggung."

"Sudahlah! Tidak ada gunanya aku berbicara panjang lebar denganmu!."

Setelah itu terjadi lagi pertarungan diantara mereka, namun entah apa masalah yang terjadi?. Mereka hanya bertarung untuk mempertahankan apa yang mereka anggap itu adalah hal yang sangat penting.

***

Mereka masih lanjut dengan apa yang telah terjadi saat mengerjakan misi itu.

"Kabar yang aku dengar, bukankah ada banyak pendekar tanding yang menjaga rumah itu? Namun ada juga pendekar pembunuh bayaran di sana." Ia meneliti penampilan Bajra dan Darsana yang baik-baik saja. "Bagaimana mungkin kalian bisa aman keluar dari sana tanpa adanya luka satupun?."

"Benar itu, apakah kalian menggunakan ilmu aneh untuk keluar dari sana?."

"Jangan mengada-ada, kami ini adalah pembunuh yang sudah berpengalaman." Ucapnya dengan kesal. "Masuk ke dalam rumah busuk itu bukan lah masalah yang sulit bagiku!." Ada raut wajah penuh kepuasan saat itu, terlihat bagaimana mereka melakukan pekerjaan itu dengan sangat hati-hati.

Kembali ke masa itu.

Saat kelima wanita tahanan itu sedang menyiapkan diri?. Bajra dan Darsana sedang menyusun rencana untuk kabur?.

"Kau tenang saja, aku akan menggunakan tukar sukma, jadi kau jaga tubuhku agar aman."

"Baiklah, jika memang itu yang dapat kita lakukan saat ini untuk kabur dari sini."

"Apa yang akan tuan lakukan? Apakah tidak akan berbahaya jika mereka mengetahui jika taun ampas telah meninggal?."

"Kalian tenang saja, serahkan saja masalah ini pada kami. Dan kalian akan aman bersama kami."

"Akan kami percayakan semuanya pada tuan."

Setelah itu Darsana menggunakan jurus merasuki jiwa, tuan Ampasutra hidup?. Dan ia bisa berjalan seperti biasanya?. Tentunya kelima wanita utu sangat takut dengan apa yang mereka lihat.

"Kalian tenang saja, aku tidak akan berbuat hal yang mencurigakan."

"Kalau begitu langsung saja, kita tidak boleh terlalu lama berada di sini." Bajra membantu Darsa untuk bangun.

Darsa merapikan pakaian tuan Ampasutra dengan baik, agar tidak terlihat mencurigakan?. Setelah itu mereka keluar dari sana, dan seperti yang telah diperkirakan sebelumnya. Para pengawal yang berjaga-jaga di rumah mewah itu akan curiga.

"Tuan? Kenapa tuan keluar bersama para tawanan?."

"Apa yanng kau bicarakan dihadapan tamuku ini? Mereka ingin membeli semua wanita ini!."

"Apakah yang akan tuan lakukan? Kenapa tuan ikut keluar juga?."

"Tentu saja aku akan mengantar mereka sampai ke perbatasan!. Mereka ini adalah tamuku yang paling terhormat!."

"Apakah tuan perlu pengawasan dari kami?."

"Tidak usah!. Aku masih bisa melindungi diriku!. Dan kalian tidak perlu ikut denganku!."

"Tapi tuan?."

"Apakah kau tidak dengar apa yang aku katakan?."

"Baiklah tuan."

Setelah itu mereka meninggalkan gerbang itu dengan sangat aman, tanpa adanya yang merasa curiga sedikitpun.

Kembali ke masa ini.

Darsana tampak tidak ikhlas atas apa yang ia lalukan saat itu. "Aku sangat benci masuk ke dalam tubuh babi kampung itu. Rasanya sukmaku langsung kotor setelah merasuki tubuh itu."

"Hahaha! Kau ini terlalu berlebihan sekali."

"Tapi kalian sangat hebat bisa menggunakan jurus itu untuk kabur. Sangat luar biasa sekali."

"Jadi pekerjaan kita hari ini selesai dengan sangat aman?."

"Satu pekerjaan belum selesai."

"Apa?."

Dengan serentaknya Bajra, Darsana, dan Patari melihat ke arah Nismara yang tampak kesal?.

"Si bodoh arya susena belum juga kembali! Jadi pekerjaan kita belum bisa dikatakan selesai."

Mereka semua tentunya menyadari apa yang telah dikatakan Nismara. Hanya Arya Susena saja yang belum kembali.

"Apakah pertarungannya dengan senopati itu sangat berat?. Sehingga dia belum juga kembali?."

"Aku rasa dia saat ini sedang bermalas-malasan layaknya seekor kucing yang sedang mencari tempat tidur."

"Oh?!. Maaf ya? Jika kau memberikan penilaian seperti itu tentang diriku."

"Arya susena?!."

Saat itu mereka semua sangat terkejut melihat Arya Susena yang sedang berdiri di atas sebuah pohon yang cukup tinggi.

"Maaf jika aku membuat kalian menunggu." Ucapnya dengan sangat santai, dan setelah itu ia malah melompat tanpa adanya perasaan takut.

"Sepertinya kau telah melakukan hal yang besar, sehingga kau terlihat tersenyum puas."

"Apakah kau berhasil membunuh senopati biadab itu?."

”Apakah kau mengalami kesulitan? Sehingga kau lama datangnya?."

"Bagaimana dengan nasib senopati bedebah itu? Apakah kau membiarkannya hidup?."

"Kalau bertanya jangan beruntun seperti itu." Balasnya. "Aku jadi bingung ingin menanggapi ucapan siapa? Kalian ini bertanya pada manusia." Malah mengeluh.

Siapa yang diakan keteteran menengadahkan pertanyaan seperti itu?. Empat orang teman yang menyerbu dengan pertanyaan yang beruntun. Siapa yang mampu menjawab itu?. Hanya orang-orang tertentu mungkin?. Mereka malah tertawa mendengarkan ucapan Arya Susena, dan bahkan melihat reaksi Arya Susena diserbu dengan pertanyaan seperti itu.

"Hehehe!."

"Maaf ya arya susena? Itu karena kami sangat cemas padamu."

"Kami sangat penasaran bagaimana kau menghadapi dia."

"Huffh!."

"Aku rasa kita tidak bisa melanjutkan pembicaraan, aku merasakan ada yang mendekat ke arah kita."

"Kalau begitu kita langsung saja pergi dari sini."

"Baiklah."

"Kau ini sangat curang sekali arya susena! Kau malah berubah menjadi burung elang!."

Mereka semua sangat marah, karena Arya Susena mengubah dirinya menjadi Elang untuk mengelabui musuhnya?. Pada saat itu mereka terpaksa pergi dari sana karena ada hawa yang tidak biasa mendekati mereka saat itu. Sebagai pendekar kegelapan yang membunuh banyak musuh?. Tentunya mereka dapat membedakan hal yang berbahaya dan hal yang harus mereka tanggapi.

Simak terus ceritanya.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!