CHAPTER 13

...***...

Raden kanigara Lakeswara tidak mudah percaya begitu saja seseorang, apalagi dia adalah kelompok pendekar kegelapan.

"Tidak!. Itu tidak mungkin. Kau pasti telah berdusta padaku!." Bentak Raden Kanigara Lakeswara.

"Baiklah. Raden tidak perlu percaya pada hamba. Hamba tidak akan memaksa raden untuk percaya, atas apa yang hamba katakan." Arya Susena memperhatikan, bagaimana kemarahan yang diperlihatkan Raden Kanigara Lakeswara saat itu. "Tapi satu hal yang harus raden ketahui, Bahwa manusia memang dapat berbohong dari ucapannya. Namun kebenaran sejati adalah, mereka yang ingin melindungi hak orang lain, tanpa adanya pemberian imbalan, untuk meyakinkan kebenaran ucapannya." Lanjutnya.

Raden Kanigara Lakeswara terdiam saat mendengarkan ucapan itu. "Ucapan orang ini hampir sama dengan ucapan ibunda." Dalam hatinya mulai bimbang. "Lantas?. Apa yang harus aku lakukan untuk melihat kebenaran itu?. Katakan padaku!." Raden Kanigara Lakeswara terlihat sangat frustasi.

"Hamba akan melambari raden dengan jurus penembus sukma. Jurus yang dapat raden gunakan untuk melihat kebenaran yang selama ini mereka sembunyikan dari raden." Arya Susena menawarkan sebuah tindakan yang sangat menarik.

"Kau akan menggunakan sihir padaku?." Raden Kanigara sedikit curiga.

"Tentu saya tidak. Jurus ini sangat murni, jurus yang dapat menyatu secara alami dengan tenaga dalam raden." Arya susena tersenyum kecil.

"Baiklah. Akan aku percayakan padamu." Raden Kanigara Lakeswara hanya menurut saja, karena ada perasaan penasaran yang membuncah di dalam hatinya.

Kembali ke masa ini. Arya Susena telah membuat Raden Kanigara Lakeswara lumpuh, menurut pandangan orang biasa. Bukan hanya lumpuh saja, dan ia bahkan dibuat tidak bisa berbicara, mendengarkan, bahkan melihat. Sungguh, sangat sadis sekali apa yang telah dilakukan Arya Susena pada Raden Kanigara Lakeswara.

"Raden bisa melihat, mendengarkan, apa yang mereka katakan. Namun raden tidak bisa membalas ucapan mereka. Cukup dengarkan, lihat, apa yang akan mereka katakan. Raden harus bisa menahan amarah yang raden rasakan saat itu juga." Itulah pesan yang di sampaikan Arya Susena. Saat itu juga Raden Kanigara Lakeswara dapat mendengarkan apa yang telah dikatakan prajurit itu mengenai hal luar biasa?. Apa yang dikatakan Arya Susena benar.

"Apakah kita benar-benar akan membawa nya ke istana."

"Bukankah raden kanigara hastungkara dan raden kanigara ganda yang telah memerintahkan kita untuk membawa mayatnya?."

Deg!.

Raden Kanigara Lakeswara sangat terkejut dengan apa yang ia dengar?. "Jadi benar raka ganda dan raka hastungkara yang menginginkan kematianku?." Dalam hatinya sangat marah mendengarkan itu.

"Tapi dia masih hidup. Jadi kita bawa saja dalam keadaan yang sepertti itu."

"Sudahlah. Jangan banyak mengeluh!. Aku sangat benci dengan keluhan kalian."

Setelah itu mereka benar-benar melanjutkan perjalanan mereka tanpa banyak berbicara lagi. Sedangkan Raden Kanigara Lakeswara benar-benar ingin mengetahui kebenaran itu secara langsung. "Apakah mereka benar-benar menginginkan kematian ku?. Akan aku buktikan sendiri." Dalam hatinya sangat mengutuk untuk itu.

...***...

Arya Susena terpaksa duduk bersama teman-temannya, karena mereka ingin mendengar apa yang telah direncanakannya pada Raden Kanigara Lakeswara yang sebenarnya.

"Katakan pada kami, tidak biasanya kau hanya diam saja." Bajra yang memberanikan dirinya untuk berbicara.

"Apakah ada sesuatu yang kau sembunyikan dari kami?." Nismara juga memberanikan dirinya.

"Aku hanya mengatakan sebuah kebenaran pada raden kanigara lakeswara. Bahwa dia sebenarnya adalah putra dari gusti prabu maharaja kanigara maheswara." Jawabnya dengan sangat cueknya.

"Apa?!." Mereka sangat terkejut, dengan apa yang dikatakan Arya Susena.

"Kenapa kau mengatakan itu padanya?!."

Brukh!.

Bajra menggebrak meja itu dengan sangat kuat. "Kau ini masih waras?. Lalu bagaimana dengan!-." Bajra saat itu menghentikan ucapannya. Ia melihat Arya Susena dengan tatapan membunuh. Deg!. "A-a-pakah!. kau telah memikirkannya dengan matang?." Bajra hampir saja kehilangan kata-kata, dan bahkan rasanya ia tidak sanggup untuk menelan ludahnya saking takut melihat penampilan Arya Susena.

"Hufh!." Nismara, Darsana dan katari hanya bisa menghela nafas lelah.

"Ternyata tidak semudah yang dibayangkan." Dalam hati mereka telah pasrah, jika berbicara dengan Arya Susena.

"Aku akan mengatakannya pada kalian. Jadi simak dengan baik, apa yang aku katakan pada kalian." Ucapnya dengan nada yang sangat serius.

...***...

Di Istana.

Prajurit telah masuk ke halaman istana, sehingga menarik perhatian penghuni istana Lainnya.

Di tempat para putra raja tinggal. Ada seorang prajurit yang tampak berlari menuju tempat kediaman putra raja.

"Hormat hamba raden." Ia memberi hormat.

"Ada apa prajurit?. Kau tampak tergopoh-gopoh seperti itu. Apakah ada hal penting yang hendak kau sampaikan?." Raden Kanigara Ganda yang bertanya.

"Mohon ampun raden. Prajurit yang bertugas dari desa rambe telah kembali." Jawabnya.

"Apa?. Secepat itu?." Raden Kanigara Ganda dan Raden Kanigara Hastungkara heran mendengar itu, sehingga secara spontan keduanya berdiri.

"Benar raden. Saat ini mereka berada di halaman istana." Jawabnya lagi.

"Baiklah. Kau pergi saja dahulu, nanti kami akan ke sana." Ucap Raden Kanigara Ganda.

"Baik raden." Prajurit itu memberi hormat. Setelah itu ia pergi meninggalkan tempat.

"Bagaimana menurut raka?. Apakah ini tidak aneh?. Terlalu cepat mereka kembali." Raden Kanigara Hastungkara sangat curiga. "Apakah menurut raka?. Ini adalah siasat yang telah dibuat lakeswara untuk menjebak kita?." Tiba-tiba saja ia menaruh perasaan curiga yang berlebihan.

"Kalau begitu, kita pastikan itu semua. Mari kita lihat keadaanya rayi." Raden Kanigara Ganda terlihat cemas.

"Mari raka." Raden Kanigara Hastungkara untuk berjalan duluan.

"Mari rayi." Balasnya dengan perasaan yang Sangat cemas. Keduanya langsung bergegas pergi menuju halaman istana.

Di tempat kediaman ratu, prajurit juga tampak bergegas. Kebetulan saat itu Ratu Arundaya Dewani hendak menuju istana utama.

"Hormat hamba gusti ratu." Ia memberi hormat.

"Ada apa prajurit?. Katakan padaku, ada keperluan apa kau datang menemui aku?." Ratu Arundaya Dewani tersenyum kecil.

"Raden kanigara lakeswara telah kembali gusti ratu. "Jawabnya.

"Putraku telah kembali?!." Terlihat raut wajahnya yang terkejut dari Ratu Arundaya Dewani.

"Benar gusti ratu. Raden kanigara lakeswara telah kembali." Jawabnya lagi.

"Lalu dimana putraku sekarang?. Katakan padaku." Entah kenapa perasaannya sangat cemas.

"Di halaman istana. Raden-." Belum sempat ia menjelaskan keadaan Raden Kanigara Lakeswara?. Akan tetapi pada saat itu Ratu Arundaya Dewani langsung bergegas meninggalkan prajurit itu.

"Oh!. Putraku lakeswara. Akhirnya kau kembali nak. Ibunda sangat mencemaskan keadaanmu." Dalam hati Ratu Arundaya Dewani sudah tidak sabar ingin bertemu dengan anaknya.

"Saya harap gusti ratu akan tabah, ketika melihat keadaan anaknya." Dalam hati Prajurit itu merasa sangat bersimpati. "Pasti sangat berat menerima kenyataan yang sangat memilukan itu." Dalam hatinya tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Ratu Arundaya Dewani ketika melihat keadaan anaknya.

...***...

Nismara on.

Aku katakan pada kalian. Namaku adalah Nismara, aku adalah pendekar wanita yang sangat cantik. Jika kalian ingin bertanya aku memiliki kemampuan apa?. Amu memiliki banyak kemampuan yang dapat aku lakukan. Namun hanya satu yang sulit aku lakukan adalah melawan Arya Susena. Melawan Arya Susena sama saja dengan kita melawan malaikat maut. Sebab hawa yang dia tunjukkan saat itu sangat mengerikan sekali. Aku sama sekali tidak sanggup untuk melawan hawa kematian yang ia tebarkan. Bayangan saja jika dia marah?. Tiba-tiba saja hawa sekitar berubah jadi panas yang sangat mengerikan. Apakah menurut kalian itu berlebihan?. Bagaimana kalian simak kembali bagian ini.

Di tempat persembunyian pendekar kegelapan.

Mereka telah mendengarkan cerita yang sesungguhnya dari Arya Susena yang ternyata kenal dengan Raden Kanigara Lakeswara?.

"Jadi kau mengetahui sesuatu tentang raden kanigara lakeswara?."

"Apakah gurumu itu tidak berbohong?."

"Aku tidak percaya jika raden kanigara lakeswara bukan anak kandung raja kejam itu. Pantas saja sikapnya berbeda."

"Apakah karena fitnah yang beredar mengenai hubungan raden kanigara lakeswara yang terlibat dengan kawanan perampok itu?. Kau sengaja melakukan ini semua?."

"Kau telah merencanakan ini semua dengan matang, kan?."

Bajra, Patari, Nismara, dan Darsana menghujani Arya Susena dengan ucapan dan pertanyaan mereka. Kembali Arya Susena menghela nafasnya dengan sangat pelan. "Rasanya aku sangat lelah dengan sikap kalian yang seperti ini."

Deg!.

Mereka semua sangat terkejut, karena suasana tiba-tiba saja panas. Panas itu terasa sangat berbeda dari panas karena cuaca.

"Ah!. Benar juga. Aku mau mencari kayu bakar dulu. Aku tidak mau kelaparan jika persediaan kayu bakat mendadak habis." Darsana langsung keluar. Karena itu adalah tugasnya?.

"Oh?!. Aku baru ingat. Aku ada tugas untuk memeriksa panas masuk ke hutan ini. Akan kau periksa sekarang juga. Bisa jadi ada anak panah yang melesat masuk ke sana." Dengan perasaan yang sangat gugup Bajra ingat dengan tugas utamanya yang mengumpulkan informasi tentang permintaan rakyat yang meminta bantuan pada mereka.

"Aku-aku-, aku mau latihan sebentar." Patari juga langsung melarikan diri.

"Aku mau melihat sekitar. Mungkin ada sesuatu yang bisa aku makan." Nismara juga mengambil langkah seribu.

Mereka tidak akan berani berkata apapun, ataupun melawan Arya Susena jika merasakan hawa yang seperti itu. "Hufh!." Arya Susena menghela nafasnya dengan pelan, ketika ruangan itu telah kosong. "Mereka ini sangat tidak sopan. Mereka yang penasaran?. Kenapa malah melarikan diri?. Benar-benar sangat tidak sopan." Keluh Arya Susena dengan kesalnya. Setelah itu ia juga pergi meninggalkan ruangan itu, karena ada hal penting yang harus ia lakukan.

Sementara itu Darsana yang melarikan diri ke hutan?.

"Anak itu memang sangat mengerikan jika marah. Bukan hanya marah saja, bahkan sekitarnya ikut panas." Darsana saat itu ingat dengan masa lalu. "Rasanya aku tidak ingin mengingatnya. Badanku semakin ketakutan mengingat itu semua." Darsana hampir saja setengah berteriak dengan masa-masa menyakitkan.

Nah?. Apakah menurut kalian di adalah orang yang normal?. Apakah menurut kalian dia masih normal dengan sikapnya yang seperti itu?. Bahkan Patari, yang pada dasarnya adalah pendekar wanita yang galak sama seperti aku saja tidak berani untuk melawan Arya Susena. Apalagi Bajra dan Darsana?. Parah memang.

Nismara off.

...***...

Terpopuler

Comments

Sak. Lim

Sak. Lim

goblokkkk

2023-08-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!