CHAPTER 15

...***...

Di ruangan pribadi raja.

Prabu Maharaja Kanigara Rajendra, Raden Kanigara Ganda dan Raden Kanigara Hastungkara saat itu sedang menyimak apa yang telah dikatakan Sutang mengenai Raden Kanigara Lakeswara.

"Bagaimana situasi saat itu saat itu?. Siapa yang mengeroyoknya?. Sehingga dia terluka parah seperti itu?."

"Mohon ampun gusti prabu. Saat itu hanya satu orang saja yang bertarung dengan raden lakeswara. Hamba menyaksikan, jika satu lawan satu saat itu. Tapi orang itu menghajar raden lakeswara dengan sangat brutal."

"Satu lawan satu?."

Prabu Maharaja Kanigara Rajendra, Raden Kanigara Hastungkara dan Raden Kanigara Ganda sangat terkejut mendengarkan apa yang dikatakan Sutang.

"Apakah dia memiliki ilmu kanuragan yang sangat mempuni?. Sehingga dia bisa menghajar lakeswara hingga babak belur seperti itu?."

"Kau tidak salah?. Apakah kau yakin dia sendirian saat itu?. Bukankah mereka berkelompok?."

"Mohon ampun gusti prabu, raden. Menurut pengamatan kami saat itu, jika dilihat dari keganasan ilmu kanuragan yang ia mainkan?. Pemuda itu salah satu dari kelompok pendekar kegelapan."

"Seberapa kuatnya dia?. Apakah kau kenal dengan jurus yang dimainkan olehnya?."

"Mohon ampun raden. Hamba juga kurang mengerti. Sebab ia menyerang raden lakeswara dengan sangat ganas. Sehingga raden lakeswara tidak melawan sedikitpun raden."

"Kalau begitu aku ingin mencarikan lawan tanding yang sangat kuat untuknya."

Mereka tampak berpikir sejenak atas apa yang telah dikatakan Sutang. Akan tetapi mereka belum puas, meski hanya mendengarkan salah satu dari anggota kelompok pendekar kegelapan.

"Tapi saya masih penasaran ayahanda prabu. Mengenai dia yang seorang diri melawan rayi lakeswara?. Tapi bisa melumpuhkannya?."

"Mungkin saja rayi lakeswara memang sangat lemah raka. Sehingga musuh dapat melumpuhkannya tanpa meminta bantuan dari teman-temannya."

"Masuk akal juga apa yang dikatakan rayi mu. Dia saja yang lemah, sehingga cukup satu orang saja?. Bisa membuat dia lumpuh seperti itu."

Prabu Maharaja Kanigara Rajendra, Raden Kanigara Hastungkara dan Raden Kanigara Ganda tertawa puas ketika memikirkan itu?. Mereka menganggap Raden Kanigara Lakeswara memang sangat lemah, sehingga melawan kawanan perusuh saja dia tidak mampu?.

...***...

Sementara itu Ratu Arundaya Dewani sangat bersedih hati. Karena anaknya saat ini dalam keadaan setengah lumpuh. Tabib istana telah memastikan itu dengan tenaga dalamnya?.

"Mohon ampun gusti ratu. Hamba tidak bisa berbuat banyak. Keadaannya sangat parah gusti ratu."

"Apa yang terjadi pada putraku?. Sehingga ia tidak bisa disembuhkan?."

Tangisan seorang ibu yang sangat pilu?. Ibu mana yang sanggup melihat, dan mendengarkan keadaan anaknya yang seperti itu?.

"Raden lakeswara buta, tidak bisa berjalan, tidak bisa melihat, tidak bisa berbicara, dan juga tidak bisa mendengarkan. Sungguh keadaan orang mati yang sangat mengenaskan gusti ratu."

"Oh!. Putraku!. Putraku!."

Tangis itu telah pecah saat ia mengetahui tentang buruk mengenai anaknya. Apalagi yang dapat dibanggakan dari anaknya setelah mengalami hal yang seperti itu?. Bagaimana tanggapan orang-orang mengenai anaknya?. Apakah ia masih sanggup mendengarkan gunjingan orang lain tentang anaknya?.

...***...

Di sebuah tempat yang tak jauh dari hutan larangan. Arya Susena saat itu sedang duduk di atas pohon yang cukup tinggi. Matanya menerawang jauh, membayangkan apa yang akan terjadi pada Raden Kanigara Lakeswara.

"Aku sangat yakin dia akan mengetahui semuanya dari mulut raja busuk itu." Arya Susena sangat dendam pada Prabu Maharaja Kanigara Rajendra. "Kelak kau akan mendapatkan hukuman langsung dariku. Karena kau telah menjadi raja biadab!. Raja yang telah menyengsarakan rakyat." Dalam hatinya telah menyimpan dendam yang sangat membara di dalam hatinya. "Tunggulah saat itu tiba." Dalam pikirannya saat itu hanya diisi oleh dendam yang sangat membara. Sehingga hatinya terbakar oleh amarah yang sangat bergejolak.

Di sebuah desa yang tak jauh dari hutan larangan.

Bajra kini sedang menyamar menjadi seorang pemuda biasa. Tentunya ia mengumpulkan informasi yang sangat berguna. Karena panah tidak ada yang menancap di hutan larangan. Saat itu ia mendengarkan pembicaraan para penduduk.

"Ini benar-benar gawat atuh kang."

"Ya, benar sekali. Kita tidak dapat lagi mengandalkan kelompok pendekar kegelapan."

"Pemerintahan benar-benar ingin membuat kita menderita di tanah kelahiran sendiri kang."

"Ini sangat keterlaluan sekali. Padahal saya baru saja mau meminta bantuan pada mereka?. Eh malah keluar pengumuman yang sangat tidak manusiawi."

Sepertinya mereka semua tampak sedih dan kecewa. Ada pengumuman yang keluar dari istana, ada larangan meminta bantuan pada kelompok pendekar kegelapan dalam menyelesaikan masalah.

"Jika tidak meminta bantuan pada mereka?. Pada siapa lagi kita akan meminta bantuan atuh kang?. Rasanya saya sudah tidak sanggup hidup jika seperti ini keadaan negeri kita."

"Mau minta tolong langsung ke istana?. Pasti dimintai kepeng dahulu, baru ditanggapi."

"Benar itu. Kita mesti mengeluarkan kepeng dulu baru dilayani. Jika tidak?. Kita kena usir."

"Memangnya kepada siapa lagi kita akan meminta bantuan?. Kita ini bukanlah orang yang bisa adu ilmu kanuragan, selain mengadu nasib melalui pacul."

"Tapi, kalau kita ketahuan meminta bantuan pada kelompok pendekar kegelapan?. Kita bisa terkena hukuman gantung. Itu sangat berbahaya buat keselamatan kita semua."

"Nasib rakyat kecil memang sangat sadis ya?."

"Belajar ilmu kanuragan saja kita tidak bisa, tentu saja kita meminta bantuan pada orang yang lebih kuat. Tapi sekarang malah keluar pengumuman yang dapat membunuh kita semua."

"Mau bagaimana lagi?. Kita ini hanyalah rakyat kecil yang tidak pandai membela diri?. Sekali kena sentil langsung keok."

"Ucapan kakang membuat saya semakin takut. Hi!."

Mereka semua tidak bisa membayangkan kehidupan kejam seperti apa yang akan menunggu mereka. Ketakutan telah menghantui mereka semua, karena itulah mereka sebisa mungkin tidak akan pernah melibatkan diri dengan pemerintahan.

Bajra dapat menyimak dengan sangat baik, walaupun ia tidak mendengarkan dari awal?. Apa yang mereka ceritakan?. Namun ia dapat mengambil sedikit kesimpulan, bahwa pemerintah sepertinya membuat larangan?. Larangan meminta bantuan pada kelompok pendekar kegelapan, jika mereka masih sayang nyawa?.

"Sepertinya aku harus mengunjungi beberapa tempat lainnya yang tidak jauh dari sini. Hanya untuk memastikan, apakah desa lain, atau tempat lain mengalami nasib yang sama?." Dalam hati Bajra merasa sangat gelisah, dan tidak nyaman sama sekali. "Aku juga harus menyelidiki yang lainnya juga. AKu sangat yakin, bukan hanya larangan meminta bantuan saja yang mereka keluarkan. Aku sangat yakin ini ada juga ancaman bahaya yang akan kami dapatkan nantinya. Aku harus segera mencaritahu ini semua." Bajra bergegas meninggalkan tempat itu tanpa mereka ketahui.

Bajra hanya ingin mengetahui semuanya, tentang larangan itu, juga tentang kelompok mereka yang kemungkinan juga dalam bahaya yang mengintai keselamatan mereka. Semangat hidup bagi para pejuang!.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!